jurnalisme delik aduan

Sarah Azhari sempat mengutarakan kekesalannya dalam sebuah dialog publik, sambil menunjuk aneka pemberitaan media info hiburan ( infotainment ) yang kerap menulis dan bernada menyudutkan. Lebih jauh ia menggugat tiadanya verifikasi terhadap dirinyasebelum berita itu muncul. Persoalan ini menjadi ide pembahasan menarik sebuah jurnalisme – terutama blog – sampai seberapa penting sebuah pemberitaan memerlukan cross check atau tidak sama sekali karena justru karena sifatnya yang instant dan lebih mementingkan ke-kinian up to date.
Berbeda dengan prinsip dan pola kerja jurnalistik mainstream yang berpedoman pada koridor jelas, yakni kode etik dan profesionalisme. Dalam blog sepertinya memang tak ada tatanan yang mengaturnya. Padahal dalam perjalanannya, selain menjadi media pewartaan, blog bisa mengusung issue issue seperti halnya infotainment – yang menurut Komisi Penyiaran Indonesia, info-hiburan dikategorikan sebagai program faktual alias program siaran yang menyajikan fakta nonfiksi – Panas, mendebarkan dan sekaligus membuat sebagian orang kebakaran jenggot.

Kejadian pemberitaan dalam blog Mas Wicak , tidak bisa otomatis dikategorikan fakta non fiksi. Mungkin saja masuk kategori fakta fiksi – dalam tanda kutip – silahkan mengartikannya sendiri.
Sampai sekarang masih ada kegamangan untuk memasukan blog sebagai alternative media jurnalistik. Identitas pemilik blog tidak semuanya terbuka. Bagi yang tidak pernah melakukan ‘ kopdar ‘ mungkin hanya mengetahui nama nama samaran saja. Url tidak bisa disamakan dengan data identitas diri seperti Kartu Tanda Penduduk. Sehingga pertanggungjawaban sebuah berita bisa menjadi sumir. Mungkin hanya beberapa orang seperti saya yang begitu bodoh – membuka diri – memakai nama sesungguhnya sebagai nama blog saya.

Sehingga verifikasi yang bagaimana pada dunia yang maya ini. Dalam sebuah perdebatan di sebuah milis group. Seseorang mengatakan, blogger tidak perlu kros check ketika memposting surat pembacanya. Banyak media mainstream tradisional melakukannya tiap hari, dan tidak ada yang mengeluh. Kalau blog mau jadi pewartaan yang mengimbangi media tradisional, mengapa harus diperlakukan berbeda.

Ada yang lain mengatakan perlu karerna arus perbincangan di blog itu tidak seperti koran yang tidak memungkinkan isu berkembang dengan cepat dari satu blog ke blog yang lain. Koran itu rapi dan runtut kalau polemiknya diikuti. sementara dalam blog mudah jadi bola liar. Sehingga tanpa verifikasi akan mempertaruhkan nama baik yang bersangkutan.

Kedua opini sama sama memiliki dasar pembenaran dan tidak melulu salah. Harus dipahami aktivitas utama dalam jurnalisme adalah pelaporan kejadian. dengan menyatakan siapa/Who, apa/What, kapan/When, di mana/Where, mengapa/Why dan bagaimana/How. Juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau trend.
Dalam sebuah sisi saya bisa membenarkan tindakan Mas Wicak memposting surat itu. Saya tidak tahu motivasi surat itu dikirim. Saya asumsikan pengirim tidak sekadar curhat, karena isi surat sudah seperti investigative reporting. Sehingga bisa dipahami surat itu sebagai ‘ delik aduan ‘. Disini harus dipahami peran seorang bloger.
Seorang polisi yang menerima laporan dari seseorang tentang adanya pencurian di tetangganya, bisa langsung menindaklanjuti ‘ delik aduan ‘ tanpa harus ada laporan dari korban sendiri. Walau si pelapor akhirnya menyesali telah mengadukan ke polisi karena kompleknya jadi heboh dan terusik para polisi yang hilir mudik.

Perlu dicatat, bahwa sejarah media tidak pernah benar benar netral. Sifat struktur psikologis manusia tidak bisa pernah bisa netral. Termasuk dalam sebuah pewartaan gagasan di sebuah blog. Seorang jurnalis tak akan mampu melihat segala sudut pandang pada saat yang sama. Mau tidak mau ia harus memilih sebuah sudut pandang dari sebuah kejadian. Secara sosialitas sejak lahir manusia tak memungkinkan manusia terbebas dari keberpihakan secara sosial. Ketika ia mengambil sikap untuk tidak berpihak, sekalipun ia telah memilih keberpihakannya. Paradoksalnya justru disini.

Jadi jika ada orang orang yang terusik dengan sebuah pewartaan. Justru disini letak nikmatnya demokrasi blog. Hak Jawab.
Sebagaimana mekanisme jurnalistik lainnya. Para pihak bisa menuliskan paparan bantahan – baik di kolom komentar – atau lebih baik dalam bentuk cerita versi masing masing di blognya sendiri. Ini jauh elegan daripada sekadar mengancam atau menteror bloger pewarta. Sebuah verifikasi sanggahan akan melengkapi both sides cover story. Saya percaya prejudice memang menyakitkan. Tapi bagaimanapun sebuah kebenaran harus melalui tahapan yang tak pernah mulus jalannya. Selalu ada proses berliku.

Bagi saya berita berita seperti itu tidak harus disikapi seolah olah bisa terjerat pasal karet hatzai artikelen– karena mengganggu ketertiban umum – jaman orde baru. Ini dunia blog yang bergerak cair dan cepat. Hanya satu barometernya. Jujur dan Adil. Saya rasa dengan integritas Mas Wicak, ia telah menulis dengan fairness sesuai intuisinya, tanpa harus berpretensi buruk. Masalah ada yang terusik itu soal lain. Mudah mudahan Hak jawab itu bisa dipakai sebagai media pemberitaan yang berimbang.
Anda tidak sepakat dengan saya ? Kalau begitu kita sepakat untuk tidak sepakat. Should be proud living in democracy.
Wong blog saja kok repot repot. Sarah Azhari saja akhirnya tak mau pusing pusing meributkan ini.

You Might Also Like

61 Comments

  • Restoe
    August 5, 2008 at 7:31 pm

    Meong,
    Ya cuma si KUCING salah posisi, disini topiknya adalah masalah diskusi mengenai pro dan kontra postingan ndoro kakung. Tidak sepantasnya dia marah marah nggak keruan di blog Mas Iman. Wong esensinya adalah diskusi, dan saling menghargai pendapat orang tentang topik ini. Walau pendapat mas Iman kelihatan bodoh, tapi semestinya kita tidak bisa memaksa kehendak kita agar ia merubah pendapatnya. Kalau dia mau marah marah ya sepatutnya di blog ndoro..
    saya malah kasihan dengannya, tidak bisa mengendalikan emosi.Lha kalau dlihat backgroundnya sebagai psikolog mestinya bisa mengendalikan amarah.
    Legowo saja lah…

  • c el o
    August 6, 2008 at 12:37 am

    numpang OOT bentar *lha komen saya belum di feedback je*

    #kang kombor… sarah azhari bukannya udah punya blogg ya di blogdetik… cmiiw.

  • Sembilan
    August 6, 2008 at 2:27 am

    CATSHADE
    mungkin dia bloger kopassus..bawaanya ngamuk dan emosional he he he..
    * di postingan ndoro terbaru, si kucing ini sudah nulis boleh ikhtiar..cuma ternyata ikhtiar caranya dia pakai tarik urat dan mata mendelik

  • Rita
    August 6, 2008 at 8:14 am

    Ihihihih…. ngetawain kebakaran jenggot….:D
    Saya juga make nama asli mas, berarti bodoh ya? hikssss.. how could you hikss,hiksss 😀
    Iya, mau sepakat : sepkatat…. atau mau sepakat : tidak sepakat, blog tetep jalan atau jalan teruuuussss GAKR hehe 😀

  • sofie
    August 6, 2008 at 12:29 pm

    blog adalah media alternatif yang memiliki mekanisme sendiri, melalui komentar, trackback atau yang tidak setuju bisa menuliskan kembali di blog nya, dan bukannya ‘nyampah komen’, hahaha, boleh juga siy nyampah tapi jangan bikin pusing yang baca. dan itulah uniknya blog, membuat orang tak perlu berkonflik lisan atau fisik tapi melalui tulisan, meskipun kadang pusing baca komen marah2:p….tapi ini membiasakan orang indonesia untuk membaca dengan benar bukan?;)

  • yati
    August 6, 2008 at 1:42 pm

    saya jg pake nama asli lho…buat chating sama buat comment. halah…laporan gag penting.

    keknya setuju ma Epat deh… soal nama si anak (korban) disebut, gpp, toh itu dilingkungan keluarga dengan maksud biar CLEAR, biar ga ada pertanyaan ‘siapa korbannya, jangan2 ngarang neh’ Kalo ternyata si anak/korban ga ngakuin dirinya korban, menyusul pertanyaan berikut ke dia: ada apa? kenapa dia takut ngaku?
    kalo si anak/korban malu namanya disebut2 sebagai korban…ya, selalu ada risiko itu. tapi kalo ga kotor, ya ga belajar kan (kalo kata iklan). dengan begitu, harapannya mata semua orang jadi terbuka, menyadari bahwa ada bahaya di sekelilingnya dan mereka akan berusaha melindungi korban untuk ga jadi korban kedua kalinya si kakek bandot atau penjahat lainnya

  • ngodod
    August 6, 2008 at 9:23 pm

    jadi bijak dan dewasa itu susah ya ternyata…

  • sluman slumun slamet
    August 10, 2008 at 1:20 pm

    telat….
    mbaca doang ah…
    tapi memang menghebohkan postingan ndoro itu… untung sudah di wordpress jadi servernya gak njengking
    😀

  • Endang
    August 13, 2008 at 12:49 pm

    Mas Iman,

    saya sih gak mau perduli soal benar salahnya tindakan ndoro seleb itu. Sebab, masing2 punya sudut pandang yang sangat berbeda dan gak bisa dipertemukan. Punya argumentasi kebenarannya masing2.

    Tapi, tidak bisa dipungkiri, ada orang2 yang terluka karena postingan. Kenyataan.
    Jadi, kalau saya bisa titip pesan untuk beliau ndoro yang tidak pernah saya kenal. Ada baiknya ndoro itu sedikit saja merendahkan hati dengan meminta maaf kepada siapapun yang terluka karena postingan itu. Tidak perlu berargumen lagi soal benar salahnya beliau itu. Meminta maaf saja untuk ketidaknyamanan yang sudah ditimbulkan oleh postingan ndoro itu ( bukan oleh permasalahan penipuannya lho ). Rasanya, cara ini akan sedikit memberikan air dingin bagi mereka yang terluka itu sekaligus menunjukkan bahwa usia tua dan dewasa itu ada maknanya. Kan ada yang bilang bahwa mengalah bukan berarti kalah kan?

    Maafkan saya, kalau dianggap sok tau…….

  • film semi asia subtitle Indonesia
    May 9, 2014 at 12:55 pm

    What’s up, I desire tо subscribe for this webpage tο take hottest updates,
    sߋ աɦere caո i dо it pleasе assist.

  • berita nasional
    May 9, 2015 at 8:51 am

    I always spent my half an hour to read this blog’s articles every day along with a mug of
    coffee.

1 2

Leave a Reply

*