Sontoloyo, kuwi ateges wong kang nduwèni panggawéyan angon bèbèk. Mulanè ana tetembungan ‘Sontoloyo, angon bèbèk ilang loro’. Terjemahan : “Sontoloyo adalah orang yang memiliki pekerjaan sebagai penggembala bebek. Oleh sebab itu, ada ujaran, ‘Sontoloyo, menggembala bebek hilang dua’.
Sementara menurut kamus kata lainnya. Arti Sontoloyo : konyol, tidak beres, bodoh (bisa dipakai sebagai kata makian )
Bung Karno pernah memakai istilah ini ketika menggugat kelakuan umat yang membela aturan fikih, padahal ada yang berkonsekuensi menjadi dosa menurut agama, namun dihalalkan menurut fikih itu sendiri. Rasa geramnya terhadap praktek pat gulipat terhadap agama ditulisnya dalam artikel berjudul “ Islam Sontoloyo “ yang dimuat majalah ‘ Panji Islam ‘ pada tahun 1940. Tentu saja jika Bung Karno masih hidup, tentu saya akan meminta dia untuk mengecam para penganut Islam di jaman sekarang yang masih saja sontoloyo.
Islam sebagai agama mayoritas ternyata telah menggoda orang orangnya dengan bungkus syariat untuk bertindak seolah sebagai satu satunya pemilik sah negeri ini. Pemaksaan , ancaman dan kekerasan adalah cara yang paling mudah untuk memaksakan sebuah ide besar tentang negara Islam yang ideal.
Bukan omong kosong, jika eskalasi jumlah kekerasan terhadap kaum minoritas atau bahkan mayoritas yang berseberangan semakin meningkat. Cara cara preman untuk memberangus kemajemukan dan demokrasi itu sendiri. Akhirnya Islam menjadi alat pemukul. Benar benar Sontoloyo.
Kekerasan terhadap keberagaman di negeri ini sudah ada sejak jaman revolusi Kemerdekaan. Penculikan dan pembunuhan terhadap Romo Sanjaya, seorang pastur Katolik, oleh oknum dari organisasi Hisbullah di Muntilan Jawa Tengah, tahun 1948. Ini menunjukan betapa fanatisme sempit bisa begitu mengerikan. Tubuh biarawan itu bersama bersama Boumans, biarawan asal Belanda, ditemukan dalam keadaan telanjang tak bernyawa di sebuah sawah. Tubuhnya penuh bekas siksaan pukulan dan luka tembakan di kepalanya. Bahkan lubang hidung rekannya, pastur Belanda, ditutup dengan belahan kayu bambu.
Satu satunya alasan pembenaran pembunuhan ini adalah karena mereka orang Kristen. Tak perduli bahwa Sanjaya adalah pribumi Jawa.
Bung Hatta mengecam keras pembunuhan ini, yang telah menodai kerja keras para pendiri republik membentuk negara muda ini.
Penyerangan yang dilakukan oleh mereka ormas Islam terhadap sebuah proses diskusi – dan di ruang privat – semakin meneguhkan stigma bahwa tidak ada yang bisa menghentikan mereka. Termasuk hukum di negeri ini. Tiba tiba saya merasakan kegetiran yang luar biasa dalamnya.
Saya tak pernah membayangkan apa yang dipikirkan oleh seorang Pesiden SBY, ketika diam saja, melihat warganya yang ditindas, dipukuli oleh preman preman berjubah. Kita tak bisa tergantung dengan pemimpin yang lemah.
Kalau kita tarik mundur. Setelah reformasi, negara gagal mewujudkan sebagai satu satunya payung hukum. Perda perda syariat – walau mengambil dasar dari hukum agama – itu sudah bertabrakan dengan konstitusi kita. Semua pakar hukum tata negara pasti sepakat dengan itu. Betapa tidak, banyak peraturan peraturan lokal yang justru membalikan tata perilaku masyarakat yang sudah terbiasa. Misalnya larangan keluar malam bagi perempuan.
Ini adalah ujian maha penting bagi kelangsungan hidup republik ini. Bagaimana kita bisa bertahan dari hantaman mereka mereka yang menolak keberagaman, dan memaksakan sebuah negara model wahabi.
Dengan membiarkan sebuah proses diskusi yang demokratis dihancurkan. Itu akan menjadi pembenar untuk menghancurkan peri laku kehidupan lainnya yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka.
Tunggu saja. Dimulai dengan mengkafirkan mereka yang berseberangan. Lalu adat istiadat yang selama ini hidup berakar, akan digerus. Baju bodo Makasar, kemben Jawa atau Jaipongan Sunda hanya dilihat dari kacamata kaum fanatik.
Para sineas akan malas berkreasi karena bisa saja diserbu bioskopnya. Ruang budaya akan mengkeret ketakutan, karena algojo algojo bersorban memasuki ruang pentas mereka. Indonesia yang kaya dan berwarna warni, akan menjadi sama semunya. Berwarna kuning padang pasir. Kering dan gersang.
Lucunya. Mereka para ormas keblinger begitu semangat memburu diskusi buku, dan semua yang dianggap representasi barat. Namun tak pernah memburu rumah bordil, hiburan esek esek yang jelas jelas melanggar syariat. Sontoloyo !
Jadi benar apa yang ditulis Bung Karno, bahwa Islam akan membeku menjadi satu sistem formil belaka. Islam akan kehilangan jiwa penariknya. Tidak bergerak bahkan mandeg ( berhenti ).
Dan bukan saja mandeg! Kendaraan mandeg pun lama-lama menjadi amoh. Fiqh bukan lagi menjadi petunjuk dan pembatas hidup, fiqh kini kadang-kadang menjadi penghalalnya perbuatan-perbuatan kaum sontoloyooo…! Maka benarlah perkataannya Halide Edib Hanoum, bahwa Islam di zaman akhir-akhir ini “bukan lagi agama pemimpin hidup, tetapi agama prokol-bambu”
Benar, ini sah, ini halal, tapi halalnya Islam Sontoloyo! Halalnya orang yang mau main kikebu dengan Tuhan, atau orang yang mau main “kucing-kucingan” dengan Tuhan. Dan kalau mau memakai perkataan yang lebih jitu, halalnya orang yang mau mengabui mata Tuhan!
Kalau sudah begini. Ketika hukum, polisi, aparat dan pemimpin kita menjadi mandul, ketakutan tak bergigi. Siapa salah, jika orangpun menyebutnya, benar benar negeri sontoloyo !
27 Comments
Gage
May 11, 2012 at 11:10 pmPertanyaanku, apakah ustad-ustad yang menganut paham agama tanpa kekerasan itu masih ada? Lalu kemana mereka?
ocha
May 11, 2012 at 11:43 pmMereka itu menganggap diri mereka yg paling benar, yg tidak berdosa, sehingga mengkafirkan orang2 yg berlawanan dg mereka. Tapi mereka ga ingat “Lakum diinukum waliyadiin”.. bahwa agama adalah urusan masing2 umat dengan Tuhannya.. Naudzubillah min dzalik! 🙁
Antyo Rentjoko
May 12, 2012 at 1:20 amSeperti yang saya tulis di http://bit.ly/K7sn88, maka pertanyaan saya tetap:
• Mengapa mereka tak menentang pemikiran dengan pemikiran — kalau perlu membuka diskusi sekalian?
• Apakah mereka juga mau jika acaranya diganggung oleh pihak lain, apapun isi acara itu?
Tentang perda yang sharia inspired, saya sama tak setujunya dengan kota yang ingin menjadi “kota injili” karena mayoritas penduduknya nasrani.
Tentu saya tak menolak nilai-nilai islami karena Islam adalah rahmat bagi kehidupan. Nilai-nilai islami itu juga bisa hidup di negara yang sekular misalnya Selandia Baru » http://bit.ly/KVPwXm
Sayang kita senang menjebak diri dengan formalisme, kulit luar, bukan esensi. Maka salah satu hasil adalah kita mengaku sebagai bangsa yang religius dan saleh, tapinm korupsi dan perusakan lingkungannya tinggi. Bahkan disiplin lalu lintas dan bersampah pun rendah — padahal itu semua adalah bagian dari akhlak.
Kesalehan sosial sepertinya diabaikan, tak dianggap bernilai…
Sarah
May 12, 2012 at 7:25 amIndonesia kok begini ya. “((
Korban Brotoseno
May 12, 2012 at 8:03 amHalaaaaah… koyo sing bener sampean ngomong… !!!! Preeeeeeet…. Fakta sebaliknya sampean-sampean inilah yang sibuk nyari “pembenaran” bukan “kebenaran”.
tea
May 12, 2012 at 10:52 amYa memang inilah yang terjadi sekarang. Atas nama agama mereka melakukan banyak tindak kekerasan yang sebenarnya diharamkan oleh agama. Kelakuan yang bodoh…
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang bodoh… Amiiinnnnnn
DV
May 14, 2012 at 6:48 amSaya berpikir, ideologi tak bisa dimatikan, diubah pun susah.
Jadi, daripada berharap yang sontoloyo menjadi baik, mending berharap supaya yang sudah baik tak ikut-ikutan jadi sontoloyo.
Ah sudahlah, yang saya tau sentolo itu kulon nya Jogja. Period! 🙂
Mustofa Abi Hamid
May 14, 2012 at 7:15 pmKearifan lokal mulai tergerus. 4 pilar kebangsaan tak dihiraukan oleh mereka para “sontoloyo”
fadhli
May 15, 2012 at 10:20 pmsangat memalukan sebagai umat Muslim berita ttg kekerasan yg mengatasnamakan Islam. gara2 berita ini, Islam identik dgn kekerasan dan itu pastinya membuat sebagia umat non Muslim gak bisa menerima Islam dan pemeluknya di daerahnya. gak usah heran deh dgn penolakan pada umat Islam di beberapa daerah yg didominasi ama non Muslim kan umat Islam yg membuat image Islam jadi jelek meskipun hanya oknumnya sih.
sulit membuktikan bahwa Islam adalah agama yg damai jika masih ada kekerasan yg mengatasnamakan Islam
orbaSHIT
May 16, 2012 at 1:48 pmsorry to say….lha mmg mereka DIPIARA oleh institusi negara kok (polisi/intel/TNI) 😛 …..secara lokal FPI cs sudah ditolak dibeberapa propinsi yg persentase islamnya 50:50 dengan agama lain (sebagian besar kalimantan,NTT,sulawesi utara,bali dan irian)….bagai bara dalam sekam tingkah “tengil ORMAS ISLAM” cepat atau lambat akan meledak menjadi perang saudara terbuka,maka tidaklah kaget bila INDONESIA akan tinggal nama saja dalam sejarah pada 20~30 tahun kedepan
edratna
May 16, 2012 at 5:34 pmKonyol memang…saya tahu arti sontoloyo dari sini….dari angon bebek.
Memprihatinkan…..berharap masih banyak orang yang baik.
Nad
May 18, 2012 at 10:30 amindonesia bukan indonesia yang dulu lagi, yang pertama didirikan … dan berubah cepat hanya dalam beberapa tahun terakhir. Ngeri ngebayangin yg terjadi 5-10 thn mendatang.
harga mahal yang harus dibayar karena weak leadership dari pemimpin yang kita punya sekarang.
arifr
May 21, 2012 at 9:20 amdamai di bumi damai di jiwa, damai di hati damailah kita semua
sylvi
May 25, 2012 at 2:52 pmsalut 2 jempol + bravo bwt nyali mas Iman, bikin lagi topik….klo perlu yang super hot, anggap angin lalu koment-koment yang mengecam anda.
orbaSHIT
May 25, 2012 at 8:42 pm…dan sang “anjing peliharaan” telah menggigit “tuannya” sendiri….awal crita FPI/FUI/MMI cs dibentuk oleh beberapa jendral TNI+polri yg tidak puas dng jatuhnya suharto (1998), para jendral tsb (wiranto sbg pangab dan kapolri pd saat itu juga merestui loh) bisa mengontrol sepak terjang “ormas” binaan mereka (1999~2012 lumayan lama khan?),memanfaatkan mereka sebagai “anjing gila” yg ngerusuh dimana-mana sesuai agenda sang majikan… namun lambat laun “sang anjing” smakin besar dan kuat…sang majikan tidak mampu lagi menahan tali kekangnya…ending storynya yah kek skarang ini 😛 btw “sang anjing” juga punya divisi legal formal juga loh (TPM cs)
sylvi
May 29, 2012 at 4:34 pmorbashit koment + revisi koment anda utk komentator, sngt membantu menambah wawasan sy, pepatah mengatakan “anjing menggonggong kafilah berlalu”, trma ksih.
Omar Salim
May 29, 2012 at 11:49 pmMetode dakwah dgn kekerasan memang tidak diajarkan oleh Rasulullah. Jika kita mempelajari bagaimana Rasulullah dan para pendahulu kita yang sholeh (salaf) dalam amar ma’ruf nahi munkar tanpa bikin onar, tentunya akan faham betul begitu indahnya Islam mengajarkan kerukunan tanpa mencampur adukkan dan tanpa menistakan ajaran agama. Sayangnya, terkadang kita terjebak pada pemikiran bahwa anarkisme itu ada pada si jenggot dan si celana gantung. Padahal, itu semua dalam rangka mengamalkan ajaran Islam. Dan tidak semua yang mengamalkan ajaran Islam itu pasti anarkis.. Insya Allah dgn kita mempelajari Islam lebih dalam, kita bisa membedakan mana dakwah Rasulullah dan dakwah ormas 🙂
Di Mana Pancasila Ku
June 4, 2012 at 2:34 amAku sangat merindukan Sosok Sukarno.?
gurukecil
July 20, 2012 at 8:14 pmNegara sudah dikalahkan preman. Mengapa? Karena dengan pemilihan langsung model sekarang ini, untuk menjadi pemimpin diperlukan dukungan preman. Bung Karno dan Bung Hatta menjadi pemimpin tanpa pemilihan langsung seperti sekarang, maka mereka tidak perlu takut terhadap preman. Pemimpin kita sekarang? Jangan salahkan mereka karena mereka memaknai demokrasi sebagai kemenangan mayoritas atas minoritas, bukan seharusnya mayoritas melindungi minoritas.
Eri
September 7, 2012 at 6:36 pmSemoga Allah SWT mengampuni dosa anda deh mas Iman…
Eri loyo
September 23, 2012 at 10:46 pmmas iman ga slh tuh..emng ini beginilah faktanya skrng indonesia mas eri
panggil saja lum
October 30, 2012 at 4:53 pmIslam Sontoloyo, awalnya saya pikir adalah pengejekan nama Islam, ternyata saya salah.. Maaf mas Iman hehehe…
Jika sudah dibaca dari awal sampai akhir ternyata Islam Sontoloyo = Islam KTP gitu 😀
Jujur ane juga ga suka dengan apa yang terjadi pada ormas jubah putih itu. lihat ketuanya juga meski bertitle habib ga bisa menerima kritikan.
itu ajasih, ga bisa panjang-panjang 🙂
Dhana
February 25, 2013 at 5:59 amAnda sendiri yang akan mempertanggungjawabkan apa yang anda tulis
Teja Wahyudi
March 30, 2013 at 2:12 pmhemm…dari rahasia umum dan berita sih..preman2 berjubah itu dipelihara oleh oknum2 Jendral2 POLRI (setelah reformasi). Seperti PP yg dipelihara oleh Jendral2 AD. Makanya mereka2 ini tambah besar dan berani.
Pendapat Mas Iman benar: SBY itu SANGAT LEMAH!!.
Muhammad Daffa Aulia
October 16, 2013 at 1:12 pmPenulis hanya melihat manusia islamnya tapi tidak melihat ISLAM nya. Fakta bahwa ada kekerasan-kekerasan yag terjadi, tidak hanya dilakukan orang Islam. Lupakah kau kepada para penjajah dari Negeri Eropa, Yahudi dan Amerika lewat penjajahan?? Kenapa kau diam saja. Negaramu dikuasai imprialisme barat apakah itu baik-baik saja?? Belajarlah engkau tentang kebenaran hakiki. Tidak hanya melihat kulitnya tapi kau harus melihat asal-usul danb akarnya. Andapun harus sadar bahwa anda tidak punya kemampuan apapun untuk mengatur dunia sesuai keinginan anda. Jadi belajarlah kebenaran. Jangan kau hanya melihat yang negatif
Anitra
April 5, 2017 at 4:57 amReading this makes my deicsions easier than taking candy from a baby.
ibas
October 10, 2023 at 11:09 amgood article, thank you