Mantan Presiden Soeharto memiliki hobby memancing di laut. Bisik bisik orang yang sirik bin dengki mengatakan bahwa ada marinir yang menyelam di bawah kapalnya selalu menyiapkan berbagai jenis ikan besar. Jadilah kita terbiasa melihat senyum sumringah Pak Harto dengan topi khas, dan cerutunya memperlihatkan ikan hasil tangkapannya.
Setelah Soeharto lengser. Saya menyelam di kawasan sekitar pulau semak daun dan beberapa pulau kecil disekitarnya. Area pulau pulau tempat mantan penguasa orde baru ini selalu memancing dalam kawasan Kepulauan Seribu.
Ternyata memang ikan ikannya banyak, karena terumbu karangnya sehat. Siapapun yang memancing di sini pasti mendapat ikan. Tidak perlu jasa pasukan katak dari Marinir.
Hanya satu yang pasti. Bahwa selama masa kekuasaan Pak Harto, nelayan dan siapapun dilarang menangkap ikan di kawasan ini. Untuk menjaga kerusakan terumbu karangnya sekaligus memastikan supply ikan ikan untuk penguasa Indonesia.
Sampai sekarang area itu masih menyisakan ekosistem bawah laut yang relatif sehat. Menurut penelitian hampir 98 % terumbu karang di kawasan Kepulauan Seribu sudah rusak berat. Sisanya 2 persen, mungkin di sekitar pulau pulau tempat Pak Harto memancing dulu.
Pola hidup masyarakat , pencemaran, serta kebiasaan menangkap ikan yang salah membuat kehancuran terumbu karang. Padahal terumbu karang merupakan rumah ikan karena menghasilkan plankton untuk makanan mereka. Tanpa terumbu karang, laut menjadi mati dan kosong. Tak ada ikan.
Sekarang nelayan kepulauan Seribu mengeluh, kalau melaut harus jauh ke utara di laut lepas. Karena ikan ikan disekitar kepulauan Seribu sudah mulai sedikit.
Laut adalah masa depan. Demikian Bung Karno sejak dulu selalu mengucapkan. Dengan wilayah yang 73 % terdiri dari laut dan sisanya 27 % daratan kita menolak konsep Hukum Internasional β yang diakui saat itu β tentang batas teritori suatu Negara hanya sampai 3 mil dari garis pantai. Tidak cocok untuk Negara kepulauan. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Sampai kemudian lahir konsep wawasan Nusantara yang dideklarasikan Perdana Menteri Juanda pada tahun 1957. Deklarasi ini menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.
Deklarasi akhirnya diterima sebagai bagian dari konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982.
Universitas Patimura dibangun dengan kekuatan riset perikanannya. Namun laut kita tetap bukan milik kita. Sampai sekarang. Tetap saja pelaut Philipina, Cina, Taiwan, Thailand seenaknya menguras isi laut kita. Jepang membangun pabrik pengolahan ikan terapung yang kapal kapalnya berlayar jauh sampai laut Arafura.
Konperensi Kelautan Dunia di Manado yang dihadiri 6 kepala Negara dan utusan khusus dari Amerika dan Australia, harus menjadi titik kesadaran kita tentang bagaimana melestarikan laut sebagai pemasok nilai ekonomis kehidupan bangsa. Seperempat terumbu karang dunia terletak di Indonesia, dengan kekayaan hayati yang luar biasa.
Bahkan di kawasan Papua, masih banyak jenis jenis ikan dan biota laut yang belum teridentifikasi. Bisa jadi kelak tak pernah terkuak tabir ini, karena keburu punah, seiring dengan rusaknya ekosistem terumbu karang.
Jauh sebelum penyelenggaraan World Oceanic Conference, Presiden SBY mengajak sejumlah pemimpin dunia tentang gagasan membentuk Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security.
Coral Triangle adalah sebuah wilayah yang terbentang dari Filipina, Indonesia, Malaysia, Papua Nuigini, Kepulauan Salomon,Timor Leste dan Australia. Bentangan seluas 5,7 km persegi disebut segi tiga terumbu karang dunia.
Wilayah ini memiliki 80 % jenis koral di dunia, dan tak kurang 140 juta manusia tergantung hidupnya pada Coral Triangle. Sebagai pemasok sumber makanan dan tempat mata pencaharian pada laut seperti pariwasata, dan perikanan.
Penangkapan ikan dengan bom dan racun potas, polusi, sampai reklamasi pantai tanpa amdal menjadi penyebab utama semakin habisnya terumbu karang di Indonesia.
Lucunya, Manado sebagai tempat penyelenggara Konperensi ini adalah sebuah kota yang dengan terstruktur melakukan reklamasi pantai di depannya. Kalau dulu kita bisa berjalan jalan di boulevard sambil memandang laut lepas dan gunung tua. Kini pemandangan itu tertutup oleh Mall, gedung gedung dan ruko.
Reklamasi adalah cara yang paling murah dalam mendapatkan lahan yang kelak dijual oleh Pemda kepada investor.
Menurut penelitian, di kawasan Bunaken dan manado Tua, sekitar 40 % terumbu karangnya sudah rusak atau mati. Selain akibat kenaikan suhu laut akibat pemanasan global, sampah dan pencemaran dari kota Manado menjadi salah satu sumber perusakan.
Terumbu karang sebagai tempat hidup biota laut β yang usianya mencapai lebih dari 240 juta tahun β menjadikan sebagai ekosistem paling kompleks di muka bumi. Kita tak perlu marinir untuk menjaga ekosistem bawah laut. Kita semua yang harus peduli . Karena terumbu karang ini bukan warisan dari nenek moyang kita. Ini adalah peninggalan yang harus dijaga untuk anak cucu kita.
Kita tentu tidak mau membayangkan ramalan bahwa tahun 2050 terumbu karang dunia akan punah jika tidak ada usaha nyata pencegahan dan konservasi.
Apa jadinya dunia tanpa sumber hayati laut ? Kiamat. Siapa tahu.
30 Comments
Sunu Po
May 13, 2009 at 12:47 pmSebelum tahun 1999, gue & teman2 Klub Iindonesi Hijau Reg. Jakarta pernah bikin inventarisasi soal perdagangan Ikan Hias Air Laut dan menyerempet ke arah Terumbu Karang, tahun itu saja sudah banyak Ikan Hias Air Laut yg bukan hasil penangkaran (breeding) di tangkap baik untuk pajangan ataupun konsumsi (Ikan Napoleon sempat ngetop sbg ikan konsumsi bernilai jual tinggi) dan ini diperbesar jumlahnya dengan adanya perusahaan-perusahaan perdagangan Ikan Hias Air Laut yang resmi.
Penangkapan Ikan Hias Air Laut ini kadang menggunakan racun & jala yang juga ikut menyumbang terhadap rusaknya Terumbu Karang dimana banyak ikan-ikan tersebut bermukim. Rendahnya pemahaman dan pengertian akan kelangsungan hidup Terumbu Karang dan ekosistem kelautan ikut menyebabkan kurang pedulinya masyarakat Indonesia terhadap kelestarian kehidupan laut padahal Indonesia adalah negara dengan prosentas laut lebih luas dibandingkan daratan.
Memang pendidikan lingkungan dari keluarga juga penting untuk dibudidayakan agar anak terbiasa memiliki nilai terhadap kelesatrian lingkungan, tidak hanya di darat tapi juga dilaut. So, we can start from our family for our family future.
DV
May 13, 2009 at 1:43 pmSemakin banyak isu tentang kiamat membuat Tuhan bingung akhirnya menggunakan strategi yang mana untuk dijalankan π
Ndak ngeliput ke Manado, Mas?
Kombor
May 13, 2009 at 2:39 pmWalah… karang di Bunaken sudah pada mati? Padahal, yang terkenal dari Bunaken dan terendap di memori saya adalah keindahan terumbu karangnya.
Sungai-sungai sudah kehilangan sebagian besar jenis ikannya. Yang tinggal, kalau di Jawa mungkin wader, cethul, dan uceng saja. Betapa mengerikannya apabila banyak biota laut di sekitar Papua yang keburu punah sebelum berhasil diberi nama.
Mudah-mudahan seluruh stakeholders laut mau sadar untuk menjaga kelestarian ekosistem laut agar kita dapat mengembalikan laut dalam keadaan lestari kepada anak cucu cicit kita nanti.
epat
May 13, 2009 at 5:46 pmkapan diving lagi mas? mbok ya ajak-ajak ….
hehehe
zam
May 13, 2009 at 6:09 pmpengen belajar diving!
wieda
May 13, 2009 at 10:15 pmyup, karena kita tidak “care” tidak mencintai alam, maka alampun di rusak, sampah2 dibuang ke laut…dan isi laut dikuras seenaknya…..
tapi senggaknya, disini dimana saya tinggal semua beraturan…mau mancing? harus beli surat ijin mancing dan perhari (kecuali nelayan asli, yg ijinnya beda tentunya) hanya diperbolehkan memancing dengan jumlah tertentu (contoh : ikan spring salmon hanya boleh 4 ekor/orang, kepiting hanya boleh 4 ekor /orang dan gedenya paling ngga 20 cm), klo mau mancing di air tawar malah lebih rumit lagi…karena banyak ikan air tawar yg dilindungi…..jadi ada panduan bukunya ..begitu pancing kita dapat ikan…kita harus mengenali, ikan itu yg boleh dikomsumsi ato “in danger/populasi nya hampir habis), klo yg in danger harus dilepas lagi…klo ngga? wow…mobil, peralatan pancing, bisa melayang semua…….
mari kita cintai alam, supaya alam tetap mencintai kita dan selalu ramah
maryulismax
May 13, 2009 at 10:49 pmkekhawatiran saya, justru World Oceanic Conference itu cuma menghasilkan semacam resolusi2 di atas kertas yg aplikasi di lapangannya entah dimengerti oleh pelaksananya atau tidak.
kesadaran tetap berpulang pada diri orang per orang
Hoek Soegirang
May 13, 2009 at 10:56 pmtentang laut dan keindahannya, saia jadi ingat waktu saia dan ayah saia ke aquatica, Sangatta. KalTim. Tempatnya asik sangadh, airnya jernih dan banyak anak-anak bule yang maen disana, jadi berasa lagi di pantai luar negeri aja…Tapi yang paling asik itu pasir dan air yang jernih sangadh!!! didalemnya tuh kliatan sangadh ada terumbu-terumbu karang gitu. Itu fas saia SD.
arrghhh, setelah beberapa tahun, saat saia SMP tempatnya uda difenuhi bakul-bakul dan airnya? errghh….dan anak-anak bule itu fun ndak keliatan lagi, juga ikan dan terumbu karangnya….
luigi
May 13, 2009 at 11:25 pmKalau bukan sekarang – kapan lagi – tulisan seperti ni hendaknya terus digelorakan dengan tangan mahir blogger2 lain yang peduli lingkungan dan sustainability.
Mungkin Mas Iman bisa kedepan mengedpenkannya dalam buah karya perfilman?
acip
May 13, 2009 at 11:49 pmwew…sedih rasanya mbayangin apa yang ada di negara kita ini…Inilah negara kita teman2…dimana semua bisa berjalan dengan normal dan TIDAK NORMAL dalam satu kesatuan waktu…satu sisi..suara2 dan aksi2 utk menuju perbaikan melaju kencang…disisi lain suara2 dan aksi2 penghancuran kita juga melaju kencang..mungkin kita cuma bs nunggu IBU PERTIWI MARAH…MARAH….dan MARAH thd kita….dan sedihnya cuma itu yang bs kita lakukan…
semoga masih ada ampunan buat KITA…Amien
buat mas Imam..keep it sharp!!!
-tikabanget-
May 14, 2009 at 12:07 amsita itu lagi demen diving loh.
tukang Nggunem
May 14, 2009 at 2:14 amhanya bisa berpartisipasi melestarikan laut melalui doa aja, gak papa kan pak Iman? lha saya gak bisa nyelem e..palagi mo ikutan bikin poto2 underwater kek gitu..ndak bisaa..jadi ya urun doa aja deh…hehehehe
edratna
May 14, 2009 at 7:54 amSedih mas kalau memikirkan orang mencari ikan dengan merusak.
Dulu, saya membayangkan Manado kota yang indah dengan pemandangan lepas pantainya yang dipenuhi pohon kelapa, sehingga sebutan kota nyiur melambai tepat sekali.
Kenyataannya, kota Manado, pantainya justru terttutup Mal dan pertokoan…..kenapa ya, lepas pantai tak dibiarkan jadi arena terbuka?
adi
May 14, 2009 at 9:27 amjd inget lagunya leo kristi ‘laut lepas kita pergi’ π
bang fiko
May 14, 2009 at 4:18 pmSemoga bukan hanya akan menjadi sebuah wacana tanpa realisasi. BTW masa sih, Mas, Bunaken udah separah itu? Prasaan dulu aku taunya kalau Bunaken itu taman laut yang paling indah di Indonesia.
yudhi
May 14, 2009 at 4:36 pmkemarin waktu main ke daerah ujungkulon saya ketemu sama orang yg nyari ikan make sejenis harpun yg bentuknya senjata laras panjang gitu. ya, meskipun semua itu tergantung kepada si penembaknya, jitu atau tidak, mendadak saya kok ya sedikit jengkel. jengkelnya, iya kalau yang kena harpun itu ikan ? lha kalau terumbu karang ? hehehe.
racheedus
May 15, 2009 at 12:21 amArmada laut kita masih kedodoran menjaga laut kita yang begitu luas. Sementara anggaran militer juga masih jauh dari ideal. Jadi, tak aneh jika para pelaut dari negera-negara tetangga bisa seenaknya mencuri kekayaan laut kita. Mudahan ke depan, para pemimpin di negeri ini betul-betul serius menjaga kekayaan yang tak ternilai itu.
lance
May 15, 2009 at 7:28 pmsave the world !
Sarah
May 15, 2009 at 7:29 pmwalau apatis dengan kerusakan yang terjadi..tetap ada ada harapan dengan perbaikan lingkungan
iman brotoseno
May 15, 2009 at 7:31 pmDonny,
mestinya sih ikut ke manado, udah planned dive bareng dubes amrik..he he cuma nggak jadi
Zam,
ayo ikut
Ahmad
May 16, 2009 at 4:32 pmMas, laut di tempat saya luas dan menghasilkan banyak kekayaan, gas, ikan dan minyak. Namun, semuanya diangkut entah ke mana. Hanya garam yang mereka enggan membawanya, karena murah.
Laut itu telah menyimpan bencana?
titiw
May 16, 2009 at 11:41 pmNice post mas. Menurutku, hal ini harus jadi concern pemerintah banget, dan tentu saja dengan dukungan: KITA SEMUA. Tambah pengen indonesia lebih rapih lagi sejak perdana snorkelling di pulau peucang ujung kulon mas.. Hehe.. kapan2 kalo ada acar2 gini, ajak2 aku ya.. π
meong
May 17, 2009 at 1:52 amsense of belonging masyarakat thd laut dan seisinya masih sgt rendah -sigh-
cara pandangnya perlu di ubah. caranya gimana yah?
mungkin materi kelautan perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, ga cuma di beberapa daerah tp seluruh indonesia.
udah gitu, dukungan pemerintah pun bisa dibilang minim, thd potensi kelautan indonesia.
*menghela napas*
semoga menteri pendidikan bisa bersinergi dg menteri LH dan menteri kelautan *eh ada ga sih?* shg muatan materi ini bisa tampil menarik serasa nonton film kartun apa tuh, yg ada dory fish yg pelupa dan clown fish yg lucu itu. (doh) *lupa*
padahal kan asyik, bercinta di pinggir pantai yg bersih….
*loh*
leksa
May 20, 2009 at 4:20 ampengen snorkling aja,..
belom berani diving π
Catra
May 26, 2009 at 8:31 pmBener ya mas, kalau Pak harto ditipu begitu? hahaha… Tapi memang benar, kekayaan laut Indonesia memang melimpah. Tergantung bagaimana kita bisa mengolahnya
Pandu Saksono
June 11, 2009 at 11:23 amkapan ya perusak ekosistem itu sadar. mungkin kalau seluruh kekayaan laut sudah habis dan seluruh ekosistem laut sudah rusak semua dan tidak ada lagi baru mereka sadar.
lorenso alberto
June 13, 2009 at 2:03 pmMas Iman,aku tertarik utk program peduli terumbu karang yg di padaido biak,apa bisa aku dpt data ttg siapa dan apa program yg sdh di jalankan sampai saat ini buat share buat program lanjutan.terimakasih
Maricela Ruckdeschel
April 2, 2010 at 9:34 pmappealing little title, Hehe
cinta bahari
May 6, 2011 at 2:32 pmterima kasih atas informasinya, salam kenal dari cinta bahari
situs judi
April 9, 2015 at 1:08 pmThank you for another informative website. Where else could I get that kind
of information written in such an ideal means?
I’ve a venture that I’m just now running on, and I’ve been on the look out for such information.