Browsing Tag

piala dunia

Politik Bola. Suara Rakyat ?

Bung Karno mungkin tersenyum dari alam baka. Tersenyum melihat Aljasair lolos dari Grup H Piala Dunia 2014 sebagai runner up dan bakal menantang Jerman sebagai juara grup G. Ini adalah pertemuan kedua tim setelah Piala Dunia di Spanyol tahun 1982, di mana Jerman – waktu itu Jerman Barat – harus menelan kekalahan karena gol gol Rabbah Majjer dan Lakhdar Belloumi.

Bagaimana tidak ? Aljasair adalah bayi atau buah hati karya perjuangan Bung Karno memerdekan negara negara Asia Afrika. Gedung Merdeka, Bandung, 18-24 April 1955, adalah saksi kehadiran pejuang FLN Aljazair (Front de Liberation Nationale) bernama Yazid dan Hoceit Ahmed dalam Konferensi Asia-Afrika dan turut serta mendapat dukungan dari 29 negara, sampai akhirnya mencapai kemerdekaan Aljazair pada tanggal 5 Juli 1962.

Dalam surat Presiden Abdelaziz Bouteflika, yang dimuat di Jakarta Post, 6 Juni 2001 berjudul A Tribute to Soekarno from People of Algerie . Salah satu petikan suratnya ia mengatakan, ” Melalui Konferensi di Bandung, Presiden Sukarno menawarkan untuk perjuangan Aljazair, dalam sebuah tribun yang tak terduga, untuk membuat suara kami didengar untuk perjuangan kemerdekaan nasional

Bung Karno pernah menuturkan peranan Indonesia kepada Guntur Soekarnoputra sambil menyebut berita ini “top secret” kelas A. Katanya, Indonesia bukan cuma memberi dukungan diplomatik terhadap Aljazair, malah membantu dengan menyelundupkan senapan senjata untuk pejuang pejuang kemerdekaan Aljasair.
Diketahui memang Bung Karno memerintahkan kapal selam Indonesia yang baru dipesan dari Uni Sovyet agar mampir dulu ke Yugoslavia untuk mengambil senjata senjata yang didaratkan diam diam di pantai Aljasair. Selain itu Indonesia juga mengirim instruktur instruktur militer untuk melatih pejuang pejuang Aljasair.

Aljasair membutuhkan Jerman Barat menang lebih banyak gol atas Austria. Namun konspirasi pertandingan antara Jerman Barat dan Austria membuat Aljasair tersingkir. Jerman dan Austria tidak bermain ngotot setelah gol Horst Hrubesch, menit ke 11. Tentu saja kalau Bung Karno hidup, dia akan berteriak, “ Ini konspirasi Nekolim. Mari buat sendiri ajang sepak bola negara negara new emerging forces ! “. Jangan salah, Bung Karno pernah menggelar GANEFO – Games of the New Emerging Forces tahun 1963 di Jakarta, sebagai pesta olahraga tandingan Olimpiade.

Continue Reading

Selamat Datang Piala Dunia

Jangan salahkan sepak bola. Piala dunia membius manusia sejak mereka mengenal bola. Saya yang masih duduk di sekolah dasar, pertama kali mengikuti berita berita Piala Dunia tahun 1978 di Agentina. Bagaimana kami anak anak komplek duduk rebutan membaca harian sore ‘ Sinar Harapan ‘ milik om Lawalata tetangga kami. Koran adalah sumber literatur, karena belum ada siaran langsung seperti sekarang, kecuali pertandingan final yang disiarkan oleh TVRI.

Kami anak anak singkong bisa seolah mengenal akrab Mario Kempes atau striker Polandia – Lato, walau tak pernah melihat gaya permainannya di televisi. Imajinasi tetang Ruud Krol, libero Belanda yang tangguh mengilhami seorang teman yang jadi kapten kesebelasan kampung kami. Ia berlagak elegan untuk anak seumur 12 tahun.
Tentu saja saya yang dipercaya menjadi penjaga gawang, berlagak seperti Sepp Maeir, kiper Jerman Barat yang legendaris. Jauh jauh hari saya memesan kaos lengan panjang yang di sablon angka 1 besar besar. Entah kenapa bahan sablon yang terasa lengket di punggung, membuat saya berjibaku dan jarang kebobolan.

Sejarah sepak bola memang mengajarkan sebuah perhelatan Piala Dunia akan mampu membius penduduk planet bumi selama sebulan. Makan, tidur, kerja menjadi kegiatan selingan diantara kegiatan wajib, yakni memelototi jadwal jadwal pertandingan. Tidak hanya kaum lelaki, tapi juga kaum perempuan. Lihat saja cerita ini.
Sejak revolusi Islam di Iran tahun 1979, para kaum hawa dilarang masuk menonton bola. Segala ingatan hiruk pikuk menonton di Stadion Azadi, stadion berkapasitas 120,000 orang di Teheran menjadi sirna dalam balik perintah ulama. Ternyata memang tidak mudah, karena masa kekuasaan Syah Iran, para wanita bercampur baur dengan laki laki, berteriak sumpah serapah dan menyanyi untuk pemain pemain pemain pujaannya.

Continue Reading