Gempita pesta blogger sudah memperlihatkan gaungnya. Seminggu sebelumnya di Jogyakarta pada malam 15 Oktober 2009 kemarin. Ini merupakan pamungkas acara dari penutupan rangkaian blogshop di sepuluh kota Indonesia.
Ada ratusan blogger dari – selain tuan rumah Jogjayakarta sendiri – juga dari Semarang, Jakarta, Bogor, Solo, Makasar, Wonosobo bahkan Banjarmasin. Mereka tumpah ruah dalam kemeriahan gathering – Herman Saksono , ketua Komunitas Cahandong Jogyakarta menyebut kopdar sebagai budaya yang paling popular masyarakat Indonesia – di pendopo Museum Nasional Yogjakarta.
Hanya satu kata. Keren !. Apalagi ini merupakan swadaya solidaritas anggota komunitas sendiri. Ada pameran batik, dan juga workshop membatik. Pojok kopi nusantara, lesehan nasi brongkos, pameran photo, presentasi dari Yahoo South East Asia, tari tarian tradisional dari Jawa, Bali, Aceh sampai Adonara, Nusa Tenggara Timur.
Ini membuat saya selalu percaya bahwa tak ada yang yang lebih hebat daripada sebuah pewartaan tentang Indonesia yang disuarakan oleh blogger. Yogjakarta adalah teater sebuah mini Indonesia, dan mereka bisa menampilkan utuh dalam sebuah solidaritas satu semangat satu bangsa.
Richardson Logan tak pernah menyangka bahwa sebuah nama yang diusulkan – Indonesia – dalam majalah ilmiah tahunan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) pada tahun 1847, kelak merupakan entity yang menyatukan semangat kebangsaan negara kepulauan di selatan katulistiwa ini.
Kita bangga menjadi bagian dari nama itu.