Hari minggu ini, Abel – anak lanangku – menunjukan tulisan untuk tugas sekolahnya. Sebuah karya tulis mengenai RA Kartini yang ditulis dalam bahasa Inggris. Tentu saja grammaticalnya masih berantakan disana sini. Ndak masalah. Ada yang jauh lebih menarik, bahwa ia bisa menuangkan sebuah ide tulisan dari berbagai sumber tulisan yang dibacanya. Lihat saja, saya bisa merasakan kepedihan seorang Kartini karena tidak bisa melanjutkan sekolah. Apatisnya menghadapi hidup, bahkan ceritanya bisa menyambar ke sosok Agus Salim.
Untuk kesekian kalinya saya kehilangan moment moment pertumbuhannya dengan sebuah alasan klise. Kesibukan dan selalu di luar. Sepertinya tiba tiba ia sudah bisa bicara, lalu sebuah lompatan lagi ketika melihatnya sudah bisa berjalan. Lalu saya juga tak tahu kapan ia belajar komputer, tiba tiba saya menemui ia sudah duduk browsing di internet mencari kunci kunci rahasia untuk permainan Play Stationnya. Kini ia sudah bisa mengarang tulisan.
Ah, sungguh kesia siaan. Sekonyong konyong saya mengutuk diri sendiri.
Browsing Tag