Browsing Tag

Idul fitri 1434 H

Pulang

Jumlah pemudik yang akan keluar dari Jakarta pada tahun ini ( 2013 ) diperkirakan berkisar 9.7 juta orang. Sementara secara nasional, jumlah pemudik akan menggerakkan 18 juta orang yang pulang kampung. Berbeda dengan mudik thanksgiving di Amerika atau sincia di Cina. Mudik disini terasa, rasa kebersamaannya, ketika berjuta juta orang bergerak menuju kampung halaman secara bersamaan dengan berbagai alat transport. Mobil, bus, pesawat, kapal, truk, motor sampai bajaj. Bikin infrastruktur jalanan macet karena tidak kuat menampung beban yang membludak.
Para pemudik, tetap saja bergembira bertemu handai taulan. Inti hakekatnya adalah pulang. Momen lebaran adalah waktu yang tepat. Tidak salah, karena Idul Fitri di Indonesia bersifat kultural. Kita memanggilnya hari raya. Bahasa Arabnya Yaumul Haflah, hari pesta.

Selalu ada rasa ingin pulang, saat kita merasa jauh bepergian. Ini mungkin ciri yang mudah ditandai dari orang Indonesia. Saya tidak melihat ciri ini pada Muhammud Yussuf, pengungsi asal Somalia yang tinggal di Seattle sekarang. Tapi saya bisa melihat percikan rindu di mata Dany Malik – teman SMA, yg kini bermukim di LA dan menjadi warga negara Amerika. Atau Marina, kawan dari etnis Tionghoa yang setelah kerusuhan 1998 memutuskan tinggal di New York bersama suaminya. Ada semacam penyesalan, dan kini ia merencanakan pulang kampung.
Ketika saya belajar di luar dan kembali pulang. Kegembiraan saya meluap luap dari udara begitu memasuki teritori nusantara. Saya melihat hamparan pulau pulau dibawah yang seolah akan memeluk saya jika seandainya pesawat ini jatuh.

Rasa rindu akan kampung halaman, bukan melulu monopoli mereka yang berlebaran. Ini hakekat kerinduan manusia Indonesia ketika jauh dari kampung halaman. Sitor Situmorang menulisnya dalam perantauannya di Paris.

Continue Reading