Dalam ‘ Laporan dari Banaran ‘, sebuah catatan perang kemerdekaan yang ditulis Jenderal TB Simatupang, mantan Kepala staf angkatan Perang, menyebutkan radio menjadi sangat langka dalam masa itu. Pemancar radio di pulau Jawa hanya ada di Wonosari yang kemudian dipindahkan dekat Banaran, disamping yang ada di sekitar Gunung Lawu dan Madiun. Pemancar itu yang kemudian merelay segala berita perjuangan kemerdekaan, atau menangkap berita berita radio luar negeri.
Kisah Radio ini menjadi penting, karena selama sejarah ditulis orde baru, selalu dikisahkan bagaimana Letkol Soeharto, seorang komandan Brigade di sekitar Jogja yang kerap mendengarkan berita sidang PBB tentang perkembangan invasi Belanda ke Indonesia. Hasil dari kebiasaan mendengarkan radio itu, menghasilkan ide pemikiran untuk melakukan serangan mendadak ke Jogjakarta, sebagai isyarat bahwa Republik Indonesia masih eksis.
Sekian lama penokohan ini masuk dalam buku buku pelajaran, termasuk melalui akting Kaharudinsyah sebagai pahlawan pembebas alias overste Soeharto dalam film ‘ Janur Kuning ‘.
Sementara Sri Sultan HB IX mengatakan bagaimana mungkin seorang komandan brigade di pedalaman bisa mendengarkan radio – yang menjadi barang langka, terutama siaran radio berbahasa asing tentang sidang PBB. Cerita ini dikisahkan dalam biografi Oei Tjoa Tat, seorang Menteri negara jaman Sukarno yang ikut ditahan rezim orde baru.
Sri Sultan HB IX tidak secara khusus menyatakan dia yang merancang sebuah Serangan Umum. Namun setelah agresi militer Belanda II, Sultan telah melakukan komunikasi perundingan dengan utusan utusan Panglima Besar Soedirman yang hadir ‘ melebur ‘ menjadi bagian abdi dalam Keraton.
Dalam buku ‘ Laporan dari Banaran ‘ itu, tidak ditemukan nama Soeharto. Justru TB Simatupang menyebut dirinya membicarakan dengan Bambang Sugeng tentang Serangan 1 Maret itu. Diantaranya, termasuk skenario menugaskan Sumali dan Dipokusumo untuk menyiarkan berita SO – Serangan Oemoem, melalui pemancar radio dekat Banaran ke Sumatera dan New Delhi. Lebih jauh Jenderal Sim mencatat, sebuah berita yang sensasional mengenai serangan umum atas Jogjakarta pasti akan mempunyai efek yang sangat baik di dunia Internasional.
Nama Soeharto tidak menjadi penting untuk disebutkan, mungkin karena ia hanya sebagai komandan brigade yang menjadi bagian dari pion pion yang digerakan markas besar tentara. Jelas Panglima Soedirman meminta Soeharto untuk menjadi pelaksana, karena sesuai strategi peperangan gerilya, pasukan pasukan Soeharto ditempatkan di pinggir kota, sekitaran Jogjakarta.
Untuk itu Sultan memanggil Soeharto yang diantar Prabuningrat, adik Sultan HB IX. Dalam pertemuan ini, Letkol Soeharto juga menyamar jadi abdi dalam untuk menghadap Sri Sultan HB IX.
Sejarawan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Suhartono, pernah mengatakan dalam sebuah seminar, bahwa Serangan Umum 1 Maret berasal dari ide Sri Sultan Hamengkubuwono IX berdasarkan dokumen yang disimpan Departemen Luar Negeri Belanda. Menurut dia, setelah mendengar siaran PBB, Sultan HB IX menyusun ide pokok untuk mengadakan serangan umum. Dalam dokumen itu juga ada perintah untuk menangkap lurah-lurah antek NICA.
“ Dokumen penting itu berupa tulisan tangan Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX dengan kop surat di kanan atas ‘Hamengkoe Boewono, Menteri Negara’ mengenai serangan umum. Dokumen itu saya temukan di arsip Departemen Luar Negeri Belanda “
Saya belum pernah berkesempatan membaca dokumen tadi, kecuali sebuah surat yang ditulis Sri Sultan Hamengku Buwono IX, 25 hari setelah ‘ Serangan Oemoem 1 Maret ‘. Surat ini ditujukan kepada Sudjono di Jakarta yang saat itu menjadi sekretaris delegasi Indonesia yang diketuai Moh Roem di perundingan dengan Belanda dalam perjanjian Renville. Sebagian besar surat ini ditulis dalam bahasa Belanda, dan hanya sebagian kecil diselingi bahasa Indonesia.
Beriku terjemahan surat ini.
Merdeka,
Bersama surat ini saya mengucapkan diperbanyak terima kasih atas kiriman rokok sigaret dan bahan bahan naskah delegasi. Semua itu telah saya terima. Telah berbulan bulan lamanya saya hanya menghirup rokok kretek, jadi kedatangan Phillip Morris sangat menggembirakan.
Agar orang Jakarta sedikit mengetahui dan untuk menghindar kemungkinan salah paham atau tuduhan tuduhan terhadap saya, akan saya kisahkan kepada anda apa yang sebenarnya terjadi pada hari 1 dan 2 Maret yang baru lalu. Akan saya ceritakan semua fakta, tanpa mengurangi ataupun menambah sedikitpun.
Sepekan sebelum 1 Maret saya sudah rasakan bahwa akan terjadi ledakan bom antara saya dan Beland, sebab keadaan tegang makin lama makin membesar, justru karena belum ada seorang Belandapun yang saya terima.
Banyak provokasi yang mereka lakukan dan kejadian yang terbesar adalah penyerbuan terhadap kepatihan, yang mereka rampok habis habisan. Waktu hal itu terjadi, saya berpikir bahwa sasaran berikutnya adalah rumah saya. Dan saya benar juga.
Hari Selasa 1 Maret jam 6 pagi terjadilah serangan dari anak anak kita. Saya kira, kalau mereka ( Belanda ) cerdik, serangan ini mereka pergunakan sebagai alasan. Dan benar, esoknya jam 9.15 di pintu gerbang benteng bagian selatan terjadi kegaduhan. Saudara saya membukan pintunya dan menyaksikan tiga tank, satu brencarrier serta beberapa truk bermuatan kira kira 40 orang tentara. Mereka minta masuk, karena ditembaki dari dalam sana. Saya segera perbolehkan mereka masuk dan saya sendiri menghampiri mereka.
Kepada Overste ( Letnan Kolonel ) Scheers saya tanyakan apa yang dituduhkannya. Dijawab bahwa mereka ditembaki dari balik tembok dan dari atas pohon pohon. Dimana tepatnya peristiwa ini ? tanya saya. Ya mengenai hal ini, ia tidak dapat menunjukkannya. Baik, kata saya. Silahkan ikuti saya. Tiba di pintu gerbang utara, saya katakan kepada mereka bahwa di sinilah batas terakhir tanggung jawab saya. Apa yang terjadi di luar itu, sesuai ketentuan komandan setempat Van Langen, bukanlah menjadi tanggung jawab saya. ( Ketentuan Van Langen ini semuanya tertulis, saya tidak pernah berjumpa dengan dia).
Nah, kami berjalan terus, tapi ia belum dapat menunjukkan tempatnya. Ketika setelah lama ia dengan ragu ragu menunjukkan juga. Daerah itu berada di luar wilayah tanggung jawab saya. Ia tentunya tidak tahu sedikitpun tentang perjanjian saya dengan Van Langen. Kemudian kami berjalan kembali dan meminta kepada saya apakah boleh melanjutkan pemeriksaan. Silahkan saja kata saya.
Tetapi selama penelitian itu saya melihat bahwa serdadu serdadu berjalan seenaknya saja di belakang kami tanpa berusaha menemukan sesuatu. Sesudah itu, kira kira jam 10 mereka keluar. Jadi memang benar bahwa yang mereka lakukan adalah suatu penyelidikan. Menurut Harian Nieuwsgier : Tidak.
Kira kira jam 11.45 datanglah Van Langen, Stok, Vosveld, Berkhuis, Scheers.
Van Langen marah marah. Pokoknya mereka minta saya agar mau menerima Jenderal Meyer dan Angenent. Saya meminta, sampai dua kali agar Van Langen mau memeriksa tempat tempat.
Jawabnya : Akh, soalnya bukan itu. Tetapi hal hal yang lebih penting lagi.
Baiklah, saya akan menerima kunjungan Jenderal itu, pada hari Senin seminggu yang akan datang.
Akh itu terlalu lama, mengapa tidak besok saja.
Saya Jawab : Sayang, maafkan saya, saya tidak bisa sebelum hari Minggu yang akan datang.
Baiklah. Minggu jam 12 waktu Batavia.
Baik. Tapi saya yakin benar bahwa Jenderal itu akan datang esok paginya. Van Langen juga mengatakan : Saya akan menempatkan di depan sini penjaga untuk melindungi Tuan.
Saya angkat bahu, dan menjawab : Saya tidak membutuhkan perlindungan, tetapi kalau tuan mau menempatkan penjaga, itu adalah kekuasan tuan. Kerjakanlah apa yang tidak dapat tuan abaikan.
Malam itu dilakukan provokasi dan intimidasi terus menerus. Tembakan menembus gerbang. Tembakan menerabas pohon pohon, sehingga peluru pelurunya jatuh ke dalam rumah saya serta bermacam macam kejanggalan lainnya.
Pada hari Rabu 3 Maret jam 8 pagi saya menerima surat yang agak kurang ajar dari Van Langen yang memberitahukan bahwa Jenderal akan datang pada jam 12 siang. Surat itu tidak saya jawab.
Kira kira jam 8.30 rumah saya dikepung. Di sebelah utara tiga tank. Di sebelah selatan beberapa brencarrier dan banyak sekali tentara dan perwira. Kira kira jam 11.30 datang lima pesawat pemburu. Mereka terbang berputar putar di atas rumah saya atau terbang menukik ke atas Keraton.
Jam 12 siang tepat, Jenderal Meyer datang Angenent ( Recomba Jawa Tengah ), Van Langen, Stok, dan ajudan ajudan Jenderal Meyer dan Van Langen. Mereka duduk, lantas Jenderalnya berbicara, yang pokok ialah :
1. Sejak 19 Desember sampai sekarang banyak korban, baik dari pihak rakyat maupun tentara Belanda. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah ‘ Sri Baginda ‘.
2. Mereka punya bukti jelas, bahwa saya melakukan non kooperasi. Bukannya pasif tetapi aktif dan bahkan sangat aktif.
Pertanyaan mereka harus dijawab dengan ya atau tidak.
Apakah Tuan pada masa yang akan datang bersedia meninggalkan sikap aktif non kooperasi ? Ya atau Tidak ( ini diulang dua kali ).
Jawabab saya. Tentang tanggung jawab saya tolak mentah mentah. Saya bukannya meminta tuan tuan untuk datang ke Yogja. Tentang hal kedua, apakah tuan mengharapkan sikap yang lain dari saya ? Bagaimanapun juga, apa yang terjadi kemarin bagi saya merupakan penghinaan yang tidak dapat saya telan begitu saja. Itu sungguh sungguh perlakukan yang provokatif dan ini tidak dapat saya lupakan begitu saja ( kata kata ini saya ulangi sekali lagi dan ditujukan terhadap pernyataan Van Langen dan Stok )
Karenanya : Saya mempunyai rencana mengadakan persiapan untuk mengundurkan diri, dan apabila terjadi sampai sejauh itu, maka hal itu merupakan kesalahan dan tanggung jawab tuan tuan. Marilah kita persingkat perundingan ini, supaya tidak mempertajam keadaan ini, yang tidak perlu. Tetapi saya mengharapkan tuan hendaknya jangan mengganggu saya, dan seandainya tuan berangan angan hendak melakukan sesuatu terhadap Keraton ini seperti yang dilakukan terhadap Kepatihan yang dirampok habis habisan, silahkan tuan tembak saya lebih dulu.
Jawabnya : Untuk tidak mengganggu tuan, maka semua kunjungan harus dilakukan melaului Van Langen. Tentang permintaan tuan yang kedua, pasukan saya tidak akan kesini.
Angenent bertanya : Bagaimana caranya tuan memberitahukan hal ini kepada pemerintahan tingkat tinggi ?
Saya mengangkat bahu dan berkata : Saya tidak tahu. Lantas saya bertanya : jadi secara formal, saya ini seorang tahanan.
Jawanbnya : Oh tidak. Tidak.
Dan saya tidak boleh menerima tamu kecuali melalui tuan Van Langen,lagi pula apa pekerjaan penjaga di depan pintu saya ?
Tidak. Tuan dapat pergi berkeliling dengan bebas.
Jawab saya : Tuan Van Langen belum pernah menarik kembali suratnya, jadi saya tidak dapat pergi ke luar.
Lalu ada perundingan antara Jenderal dengan Van Langen dan kemudian mereka mengundurkan diri. Sore harinya Stok datang ke rumah Bintoro, katanya : kami mendapat kesan bahwa Sri Sultan tidak mau mengungkapkan semuanya, barangkali ia malam nanti mau menerima Angenent dan mengadakan pembicaraan empat mata dengan dia.
Saya minta Bintoro menjawab, bahwa saya telah mengatakan semuanya, apa yang tersimpan dalam hati saya, saya tidak mempunyai hal hal yang akan ditambahkan atau dikurangi.
Lagipula saya tidak biasa berbicara empat mata dengan orang orang yang tidak saya kenal ( ingin saya tambahkan kata kata : hal itu tidak diperkenankan oleh ibu saya. Tetapi kata kata ini saya telan ).
Sekianlah peristiwa 1 Maret. Sebelum itu mereka telah sering kali dan dengan berbagai cara melakukan tindakan provokasi, tetapi saya tetap bungkam.
Harap surat ini bisa dibaca oleh Leimena dan Natsir untuk menghindarkan salah paham tentang sikap saya. Lagi pula, harap sampaikan ucapan terima kasih saya kepada ipar anda, Nyonya Diah, atas kiriman majalah Merdeka.
Sekian dulu. Kita akan berjumpa.
Salam hangat, juga untuk istri anda
( Hamengku Buwono IX )
NB : Niet voor publicatie
3 Comments
OrbaFuckinShit
March 2, 2015 at 7:25 amsatu lagi kisah SU 1 maret yang lumayan ironis adalah kolonel latief (komandan brigif jayasakti yang dituduh PKI tahun’65) secara tidak sengaja memergoki suharto sedang makan soto di sebuah warung padahal saat itu situasi sangat genting LoL….apakah ini karakter seorang “ahli strategi”??? 😛
churi
March 8, 2015 at 9:31 pmSy pun meragukan kalo overste soeharto adl master mind nya SO 11 maret… tp terlepas dr itu semua kt jg hrs obyektif melihat bhw dia adl salah satu figur yg jg pny peranan penting dlm SO itu..(walau sempat makan soto..hehehehe.)…. dan jgn lupa dia yg dipilih dan ditugaskan bersama bung roesihan anwar menjemput pak dirman utk kmbali ke jogya…
ibas
October 10, 2023 at 8:39 amgood article, thank you