Seorang pakar periklanan pernah mengatakan kepada saya mengenai sebuah definisi dalam strategi kampanye pemasaran. Yakni Politik Ruang dan Politik Luar.
Kenangan percakapan ini muncul begitu saja, melihat kesengkarutan – mengutip istilah Mas Wicak – dalam dunia internet akhir akhir ini. Apalagi kalau bukan pertikaian dan saling serang. Apakah ini penting ? Tergantung kita melihatnya, dan saya tidak membahas siapa yang benar. Saya hanya mengaitkan dengan positioning ‘ politik ‘ masing masing pihak. Blogger dan Roy Suryo.
Kita blogger hanya bermain dalam ruang blogsphere saja, maka dinamakan bermain politik ruang. Sementara Roy Suryo berani mengambil inisiatif bermain di luar wilayahnya, yang disebut bermain politik luar. Butuh keberanian dan strategi.
Kenapa demikian ?
Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulan, produk yang disengketakan adalah dunia internet. Merknya yang satu Roy Suryo dan yang satu Blogger. Sebagaimana masing masing merk pasti memiliki keunikan , dalam hal ini pendapat masing masing pihak.
Saya mengganggap Roy Suryo sangat brilliant mengemas positioning dirinya. Kita sudah memasuki era positioning. Ia tahu bagaimana cara mengangkat Public Relation yang efektif ? Jangan lagi berorientasi ke produk, tapi seranglah benak dan pikiran masyarakat di luar sana. Masyarakat yang mana? Mereka yang di luar komunitas blogsphere yang menjadi saksi pertikaian ini dengan membaca di surat kabar, internet atau media lainnya.
Jadi matematikanya sangat simple ada sekitar mungkin 100.000 – 200.000 blogger aktif melawan seorang Roy Suryo dengan disaksikan oleh sekian puluh juta orang Indonesia lainnya. Ya jelas dia orang kuat.
Roy Suryo berani mengambil politik luar, dengan memainkan persepsi mereka yang mayoritas dan bukan komunitas blogger. Ini bisa pegawai biasa, pengambil keputusan, Islam tradisional, pelajar, ibu ibu, sampai Menteri atau bahkan Presiden.
Hermawan Kartadjaya menulis, persepsi memegang peranan penting dalam pemasaran, karena pemasaran bukan ajang pertempuran produk ( dalam hal ini issue UU ITE ) tapi ajang pertempuran persepsi. Dalam pemasaran persepsi dianggap lebih penting ketimbang kenyataan.
Mengapa demikian ? Perilaku manusia biasanya lebih dikuasai kepercayaan terhadap sesuatu yang dianggap benar ketimbang apa yang sesungguhnya benar. Akibatnya orang dapat dikelabui gagasan dan harapannya.
Persepsi apa yang tampak ? Orang di luar sana kini melihat seorang Roy Suryo – good guy– menjadi pendekar terakhir yang melindungi benteng moral Indonesia, dikeroyok dari segala penjuru oleh tadi ratusan ribu blogger – bad guy – yang konon sekuler, mendukung pornografi dan liberal. Padahal belum tentu maksud dari blogger seperti yang tersurat. Namun persepsi masyarakat tak peduli. Ditambah hacker hacker yang memasang wajah Roy Suryo di situs situs resmi Pemerintah, membuat kesan dia benar benar di tindas. Sendiri tak berdaya.
Ini juga dulu kenapa Megawati dan SBY bisa menang. Karena persepsi orang melihat kedua orang ini sebagai tertindas dan lemah. Orang Indonesia khan mudah sekali jatuh hati dengan mereka mereka yang mempositioningkan diri sebagai kaum tertindas.
Jadi tentu saja saya tidak melihat dari segi siapa yang benar. Atau hal hal apa saja yang butuh klarifikasi baik dari Undang Undang itu sendiri atau komentar komentar Roy Suryo.
Saya hanya melihat Roy Suryo sukses mempositioningkan dirinya, bahkan bisa menarik garis kubu masyarakat luas. Jangan jangan ada puluhan juta orang Indonesia yang berpihak pada Roy Suryo. Sementara blogger berteriak teriak diantara komunitasnya saja. Ditambah wartawan yang mungkin memelintir. Posisi kini 1 – 0 untuk Roy Suryo yang sesekali ‘ ngecek ngecek ombak ‘ atau lempar bola lalu leyeh leyeh memperhatikan betapa paniknya blogger blogger terengah engah dan marah membabi buta.
Tagline iklan Bintangin dulu ‘ Memang hanya orang pintar yang boleh minum jamu‘ ternyata membuat bumerang karena dalam praktek justru iklan itu mengangkat positioning Tolak Angin dengan mottonya ‘ Orang pintar minum tolak angin ‘. Persepsi masyarakat justru hanya orang bodoh yang meminum Bintangin. Alhasil Biro Iklannya dipecat dan mereka mengganti positioning dan strategi kampanyenya.
Pertanyaan saya, Apakah respons dari Blogger yang tidak efektif akan mempopulerkan seorang Roy Suryo dan justru mengaburkan permasalahan.
Saya percaya ada strategi yang kampanye yang lebih jitu dan efektif. Kita butuh komunikasi lain. Mungkin ada yang bisa menjawabnya.
Sekali lagi saya mengutip den mas Wicaksono,
Tugas blogger bukanlah menyebarkan prasangka, justru melenyapkannya, bukan membenihkan kebencian, melainkan mengkomunikasikan saling pengertian.
80 Comments
siska
April 3, 2008 at 7:08 pmhmm, kalo gitu yg pertama harus dilakukan adalah membangun awareness masyarakat luas tentang apa itu blog, nge-blog, dan blogger. bisa dengan para blogger yg rela wara-wiri di tv untuk mengenalkan ttg blog (hihihihi…)
atau mau coba co-branding dengan roy suryo?? huehehehehehe jadi mikir, merk mana yang akan diuntungkan dengan strategi ini 🙂
kw
April 3, 2008 at 8:25 pmsekarang suda disiapin tuh mas ringnya, buat ngebuktiin roy itu sekuat apa, jumat 18 april 🙂
calonorangtenarsedunia
April 3, 2008 at 8:59 pmGini aja, kita aja yang jadi pakar IT atau Roy Suryo suruh ngeblog beneran.. Ga kayak di detik yg katanya hoax ituh..
nico
April 3, 2008 at 9:30 pmmas, bisa dateng acaranya dialog terbuka si om dgn riyogarta ga? seru keknya hehehe…
fauzan sigma
April 4, 2008 at 2:43 amRoy, blogger, internet.. dan dunia nyata..
kadang dunia nyata tidak bisa membedakan mana yg benar mana yg salah bahkan..
Ahmad
April 4, 2008 at 5:06 amBlogger itu kekuatan nyata. Di Malaysia, pemilik blogger mampu menjungkalkan partai yang telah berkuasa selama 50 tahun. Tetapi, mungkin itu tidak akan teradi di sini, di mana pengguna internet masih sedikit berbanding negeri Jiran.
Saya menikmati tulisan para blogger karena cerdas, lucu, dan jujur.
hariadhi
April 4, 2008 at 8:54 amHue? Analisa yang hebat. Ga kepikiran sama sekali.
Gimana caranya supaya blogger kelihatan ditindas Roy Suryo yah?
satya sembiring
April 4, 2008 at 10:52 amkebodohan roy suryo jadi kebenaran. kebodohan roy suryo jadi tontonan. kebodohan roy suryo bisa jadi pendukung kekuatan. semua di tentukan oleh budaya.. kalo di luar negri maka politik begituan di buang ke tempat sampah
hani
April 4, 2008 at 11:03 ampeace ah!
Indonesia Articles Online
April 4, 2008 at 11:05 ambanyak Cara menuju Puncak…
olangbiaca
April 4, 2008 at 2:04 pmAslkm……..
damai aja…
Arya
April 4, 2008 at 2:08 pmKritik buat Wicaksono/ndorokakung adalah kata dan perbuatan tidak sesuai alias tidak konsisten hanya mencari popularitas, karena pernah ngomentari topik tertentu yang asal heboh, bikin panas orang dan merugikan orang lain. maunya sih cari simpati ……… jadi awas hati2 kalo ngomong dan nggak ada dasarnya.
iman brotoseno
April 4, 2008 at 2:46 pmArya,
Nanti akan saya sampaikan ke Ndorokakung…( eh yang mana omongan dia yang masuk kategori ini ?? )
unai
April 4, 2008 at 4:41 pmAh Roy lagi, ndak ganteng jugak…
joni
April 4, 2008 at 6:42 pmYang dekat sama penguasa yang menang…
Mungkin kalo SBY berkuasa lagi RS bisa jadi menteri :((
GuM
April 5, 2008 at 2:34 amwah, pak. saya bener2 baru tau cerita dibalik tagline antangin ini 😀
*maap oot*
anton ashardi
April 5, 2008 at 9:58 amkirain tagline bintangin merupakan sesuatu yang keren tapi ternyata hasilnya tidak sesuai yang diharapkan ya…
* maap oot juga *
pahlawan bertopeng
April 5, 2008 at 2:31 pmheran d liad mas roy ini ??
pak Onno W. Purbo aj yang dah ilmu se tinggi langit ndak banyak omong..
nah ini orang, baru bisa sotosop dikid gaya nya dah ketinggian!
hahahahahaha~
tata
April 5, 2008 at 4:17 pmhahaha itu lucu mas yang terakhir…
adityasani
April 6, 2008 at 9:01 pmaku kok gumun ya, kok pada benci bgt sama RS? kok ky’nya pada benci bgt sama dia?
mbok iya o, banyak yg positif yang bisa kita lakuin selain membenci, klo memang yg dilakuin RS itu positioning, berarti kan dia mendapatkan posisi itu juga secara tidak sengaja. karena Blogger jumlahnya juga terbatas, apalagi kemudian terkotak dalam komunitas. jadi mungkin malah orang Indonesia pada umumnya yang menjadi ‘market’ bagi RS dari semua kalangan, jadi benci sama kita-kita yang blogger. kan gawat tu jadinya. jangan-jangan bener kata mas leksa, “saya jadi teringat kata teman… jangan2 bener tuh katanya dia,.. bahwa netter dan bloger adalah para autism dan kaum ber-ego tinggi….”
refanidea
April 9, 2008 at 11:41 pmmas iman pinjam istilah Hermawan atau comment saya di
http://blog.imanbrotoseno.com/?p=191
hehehe… nanti digugat sama Hermawan K. lho..
kalau saya sih udah bilang ma om Hermawan.
Hihihihi …
iman
April 10, 2008 at 5:48 pmRefanidea,
Dari Buku Hermawan Kartadjaya,..” Strategi Pemasaran Indonesia ” buku lama kok tahun 90an..( khan sudah saya tulis nama Hermawan Kartadjaya..jadi saya anggap dia mengerti )
He he mosok harus telpon dulu dia ya??
boed
April 11, 2008 at 11:27 pmMas Iman,
Analisis yg sungguh menarik ~ melihat dari satu perspektif yg tidak biasa, setidaknya untuk kasus ini. Saya sendiri ada beberapa catatan yg mungkin memberikan sedikit perspektif berbeda dengan yg disampaikan mas Iman.
#Dimensi waktu
Jika kita ambil snapshot kondisi ‘saat ini’, memang benar kanal komunikasi yg digunakan bloggers bukanlah kanal mainstream. Strategi positioning Pak RS *saat ini* sangat baik; fokus pada media mainstream.
Namun perlu kita ingat bahwa kondisinya dinamis, ‘potret snapshot’ hari ini sangat mungkin berubah di masa depan. Apa yg saat ini masih mainstream [hampir] mungkin suatu saat nanti menjadi marginal. Kita ambil contoh US ato tetangga dekat kita Malaysia di mana dalam beberapa kasus tertentu, media internet menjadi lebih efektif di bandingkan media konvensional. Contohnya: http://theunspunblog.com/2008/04/03/blogilitics-now-malaysians-say-blogs-influence-elections/
Yup, kita bukan US, bukan Malaysia ~ namun dengan refleksi ke arah trend global, saya kok yakin, arah Indonesia tetap ke sana –> media alternatif seperti blogs akan semakin diperhitungkan.
Pendek kata, jika kita lihat dinamikanya, saat ini blog dan sejenisnya masih marginal – tapi ke depannya akan semakin diperhitungkan. Gak ada seorangpun yg bisa menghalangi. Seorang ‘pakar’ sekalipun; drivernya terlalu besar.
So, menurut saya ajakan Mas Riyo dan bloggers agar pak RS menjadi blogger sebenarnya adalah ajakan yg sebenarnya sangat bagus untuk pak RS sendiri lho. Jika diikuti oleh pak RS, ini bisa menjadi strategic re-positioning beliau menghadapi dinamika Web 2.0; 2.5; 3.0 dst.
Kalo di kamus bisnis kan ada istilah ‘change or die ~ it’s your call’.
Yach ini sih emang pilihan 😀
regards
boed
dagadut
April 16, 2008 at 5:27 pmpercaya atau tidak…don’t Trust!!!
ingat slogan kita “jangan pernah percaya,pada siapapun”
yang kecil semakin di injak dan di tingglkan
yang besar menguasai dan memonopoli permainan ini…
butuh orang gila yang harus menghancurkan mafia-mafia di negeri ini.
Alpha
April 17, 2008 at 4:01 pmUsulan theme song buat “Blogger v.s. RS”:
“Sometimes in life you feel the fight is over,
And it seems as though the writings on the wall,
Superstar you finally made it,
But once your picture becomes tainted,
It’s what they call,
The rise and fall”
Sting – Rise and Fall
Biasanya kan jagoan kalah duluan…. wehehehe
DewVil
May 19, 2008 at 6:32 pmhe..he..he… jd pusing mikirnya…. kl sy seh… terserah meeka di luar mo ngapain… yg penting kita enjoy aja di sini…. “Gitu aja kok repot”
gopaan
May 28, 2008 at 9:51 amsaya suka blog ini karena artikelnya menarik juga gambarnya bagus bagus
nieke
November 30, 2008 at 3:07 pmMemangnya apa sih sebenarnya yg memicu pertentangan Roy Suryo dengan Blogger indonesia ?
nieke
November 30, 2008 at 3:09 pmMaksud saya sebelum ada kejadian deface depkominfo. Roy Suryo kan memang sudah dimusuhi.
moehfi
July 15, 2009 at 11:55 amMas, saya link ke tulisan ini ke blog saya ya mas…