Lagi lagi Malaysia

Udara masih dingin dan suasana mencekam memenuhi markas Bala tentara Jepang untuk Asia Tenggara di Dalat, Saigon. Marsekal Terauchi, wakil Kaisar Jepang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
Tinggal menunggu waktu, Jepang akan kalah perang. Ia hanya memberi tahu Soekarno dan Hatta – sebagai wakil bangsa Indonesia – yang diundang datang bahwa Indonesia diberi kemerdekaan.

Ia juga menambahkan bahwa ada permintaan dari wakil rakyat Malaysia ( d/h Malaya ) bahwa mereka ingin bergabung dengan saudara saudaranya dari Indonesia. Menjadi satu negara.
Dalam perjalanan pulang ke Indonesia, Soekarno dan Hatta bertemu dengan Ibrahim Yacoub, ketua Kesatuan Malayu Muda dan mendengar ikrarnya.
“ Kami setia menjadikan ibu negeri dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia merdeka. Kami ingin menjadi bangsa Indonesia “

Sebelumnya memang utusan Malaya sudah datang ke Indonesia dan membicarakan penggabungan negara ini. Karena sama sama dijajah Jepang, semangat nasionalisme Indonesia menular ke tanah Malaya.

Dalam sidang BPUPKI ada tiga pilihan mengenai batas negara Indonesia merdeka. Pertama, seluruh bekas wilayah Hindia Belanda. Kedua wilayah Hindia Belanda ditambah Malaya, Borneo, New Guinnea dan Timor Portugis – dikenal wilayah Pan Indonesia Raya – lalu ketiga Wilayah Hindia Belanda minus New Guinnea.
Mohammad Yamin mengusulkan opsi kedua ini dan dalam pengumutan suara, sebanyak 39 anggota dari 62 anggota BPUPKI menyetujui Pan Indonesia Raya ini.

Namun sejarah mengatakan lain. Malaya tidak pernah menjadi bagian dari Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Ibrahim Yacob dan 2 utusan lainnya, Adenan dan Sekhar Chandra Bose yang menemui Soekarno mendapat jawaban yang mengecewakan.
Soekarno tak mau mengambil resiko berhadapan dengan Belanda dan Inggris sekaligus. Ia bahkan mengajak Ibrahim berjuang mewujudkan Pan Indonesia Raya dengan bergabung di kesatuan tentara Indonesia.
Sejak itu Ibrahim tak pernah kembali ke Malaya, karena diburu oleh Inggris yang mengganggapnya sebagai kolaborator Jepang. Ia mengganti namanya menjadi Iskandar Karmel dan kelak pensiun sebagai kolonel Angkatan Darat.

Pan Indonesia raya memang tak pernah terwujud. Namun hubungan rumpun bangsa ini selalu dekat. Indonesia sebagai saudara tuanya. Tahun 50an, film film Malaya dengan P Ramlee sangat popular di Indonesia. Gaya rambut dan kemeja kotak kotaknya menjadi trend setter mode di Indonesia saat itu.

Juga ketika lagu Stamboel Terang Boelan, yang biasa dinyanyikan di pesisir Sumatera dan sebagian Jawa. diganti liriknya dan dijadikan lagu kebangsaan Malaysia dengan judul ‘ Negaraku ‘. Soekarno dengan santun meminta rakyat Indonesia agar lagu Terang Boelan – yang pernah direkam secara resmi di perusahaan rekaman Lokananta Solo tahun 1956 – tidak dinyanyikan lagi.
Ini untuk menghormati negara yang baru merdeka itu.

Kini sang saudara muda itu sudah menjadi salah satu macan asia. Perekonomiannya maju pesat. Ironisnya dulu Indonesia mengirim guru guru untuk mengajar di Malaysia. Banyak regulasi perekonomian dan industri yang dicomot dari sistem Indonesia. Petronas belajar minyak dari Pertamina. Kini Petronas menjadi pemain dunia, sementara Pertamina masih terengah engah dengan birokrasi dan stagnan di negeri sendiri.

Negara itu tak ragu ragu menunjukan identitasnya dengan gagah berani. Kalau dulu Soekarno pernah mengumandangkan gagasan Berdikari ke segala penjuru dunia. Malaysia jauh lebih berdikari dengan konsep itu dibanding Indonesia saat ini. Dalam krisis Asia, mereka menolak bantuan asing dan mematok mata uang ringgitnya. Resep yang terbukti manjur. Berbeda dengan Indonesia dengan resep IMFnya justru membawa ke jurang kehancuran.

Malaysia memandang saudara tuanya dengan sebelah mata. Bangsa yang lemah. Bangsa yang miskin, dengan jutaan tenaga kerjanyanya yang memenuhi negerinya. Kapal patrolinya dengan sengaja melakukan manuver di sekitar blok Ambalat.

Setelah sekian lama berada dalam bayang bayang adik kecil. Malaysia kini menggeliat memberontak bahwa mereka juga butuh identitas bangsa kuat. Siapa lagi kalau bukan Indonesia sebagai ujud pelampiasannya. TKI yang dianiaya, wasit karate yang digebuki , hutan yang dijarah dan produk budaya yang dicomot dari Indonesia.
Ini tak mungkin dilakukan jika mereka memandang Indonesia sebagai negara kuat.

Political will pemerintah kita masih setengah setengah untuk urusan kedaulatan bangsa.
Mengapa kita kalah dalam kasus Sipadan – Ligitan. Bukan rahasia lagi kalau kita tak pernah perduli dengan pulau pulau luar perbatasan negeri. Malaysia menunjukan asas efektifitas dan proksimitas. Bahwa ia sudah membuat mercu suar, mengawasi konservasi penyu disana dan membangun resor parisawata. Sama sekali tak ada bukti ke – Indonesiaan atau campur tangan Indonesia selama ini.

Kita tak perlu marah marah ketika Malaysia kembali mencomot Reog Ponorogo, batik atau Tari Pendet. Tunjukan dulu kepedulian kita terhadap kelestarian warisan budaya sendiri. Sampai sejauh mana Pemerintah atau bangsa kita memang peduli.
Ada seorang teman yang mengatakan, bahwa walau kita mematenkan budaya Barongsai. Tetap saja dunia tahu bahwa itu adalah produk bangsa Cina.

Ada yang jauh lebih penting. Bagaimana menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan besar. Baik dari segi ekonomi, militer dan martabat. Tidak percaya ? Coba dengarkan pidato Soekarno ketika menggayang Malaysia jaman dulu. Bahkan Tunku Abdul Rahman harus berhati hati agar jangan sampai si saudara tuanya tidak kelewat marah.


Pidato Bung Karno ( 1964 ) | Online recorder

You Might Also Like

56 Comments

  • andrew
    February 19, 2010 at 12:22 pm

    Imperialisme gaya baru sudah mencengkeram negeri ini. Kita bener2 malu tidak bisa meneruskan pahlawan2 kita yg dengan gagah berani membela harga diri bangsa Indonesia. Seharusnya kita tinggal meneruskan konsepsi2 (yang benar tentunya) dan menyempurnakan, tapi sayang kita terjebak dari egoisme2 pemimpin2 selanjutanya. Smoga kesadaran berbangsa semakin tumbuh di generasi sekarang dan yang akan datang. Amin

  • houston lawyer website marketing
    April 10, 2010 at 7:57 pm

    Automatically get buyer leads from established websites such as Amazon, PayDotCom, and other websites with push button simplicity!

  • xxxxxxx
    August 18, 2010 at 9:51 pm

    hemmmmmmm

  • Nutrisi
    February 25, 2011 at 3:56 pm

    Malaysia, Malaysia…
    cuma waktu mereka butuh Indonesia aja bawa2 sebutan ‘serumpun’

  • radityo
    November 28, 2011 at 10:25 pm

    Yup saya setuju dengan postingan mas iman, kita harusnya berterima kasih pada malaysia, coba dulu sbelum ada kasus batik yang diclaim oleh malay, apa kita peduli dengan batik, keberadaan nya tergerus dengan pakaian mode masa kini. Ada stigma kalau kita pake batik itu ndeso, kuno, katrok dan sebagainya….nah sekarang begitu batik diclaim oleh malaysia, kita beramai-ramai membudayakan penggunaan batik, batik menjadi eksis kembali, ada hari batik, ada batik carnival dsb…

    saya pernah dengar dari seseorang bahwa sebetulnya sah-sah aja malaysia mau claim penggunaan batik, karena coba kita pikir apakah batik ditiap daerah itu sama ? apakah batik solo itu sama dengan batik pekalongan ? jawabannya tentu tidak jadi kalau ada yang mau claim batik itu ya sah-sah aja, karena corak dari batik itu sendiri pasti berbeda. batik model malaysia sudah tentu beda dengan batik model indonesia, solo, pekalongan dll…

    masalah pulau juga begitu, apakah kita sudah menjaga pulau-pulau terluar di wilayah terluar di indonesia ?? saya yakin tidak, garis pantai indonesia itu luas bung….bahkan mungkin terluas di dunia ini, jadi ini hal yang menguntungkan namun juga merugikan, kita disisi lain kaya akan sumber daya alam dsb, tapi juga harus mampu menjaga wilayah yang sangat luas itu…kalau tidak mampu ya sudah, wasalam….

    nah balik ke masalah pulau lagi, malaysia pintar dengan melihat pulau-pulau yang mana tidak begitu diperhatikan oleh pemerintah indonesia, lalu mengajak investor untuk menanam modal di pulau tersebut seperti mendirikan resort dan menjadikannya tempat wisata, jadilah dia sipadan-ligitan, dan masyarakat yang tinggal disitu pun memilih untuk bergabung dengan malaysia karena lebih sejahtera daripada masuk ke wilayah indonesia. jadi sebenarnya itu bukan salah malaysia kalau mereka sampai berusaha “mencuri” kekayaan indonesia….

    yap, malaysia memang sudah seratus ribu langkah lebih maju daripada kita, bank-bank asal malaysia sudah masuk ke negeri ini, operator – operator seluler pun sudah dimiliki oleh negara tetangga, petronas sudah menjelajah di spbu-spbu di beberapa kota besar di indonesia, maskapai LCC mereka pun sudah mengepakkan sayapnya di angkasa indonesia, dan bahkan katanya mereka mau beli lapangan pondok cabe untuk dijadikan base nya….

    pertanyaannya kapankah kita akan bangkit dari keterpurukan ini ? tentunya dengan mengolok-olok malaysia bukanlah suatu cara untuk bangkit bukan

  • Soegoes
    March 13, 2012 at 4:21 pm

    ijin share ya buat blog yang bagus ini..
    thanks

1 2

Leave a Reply

*