Tentang BBM Subsidi

Urusan kenaikan harga BBM lagi lagi ‘rauwis uwis ‘, terus bergulir jadi perdebatan antara jadi atau tidak karena tersandera realitas politik.. Kalau jaman Pak Harto, tak perlu pakai wacana. Cukup diumumkan Harmoko setelah Berita Nasional. bahwa harga bensin akan naik tepat pukul 00.00. Setelah pengumuman itu, puluhan mobil – jaman itu motor masih jarang – sudah mulai mengantri di SPBU di seluruh penjuru kota.
Tapi ternyata kenaikan harga bensin jaman orba yang menyesuaikan dengan harga di pasar dunia. Bukan karena pengurangan subsidi. Karena bensin tidak disubsidi. Dalam sebuah talkhow di TV merah kemarin, rezim orba ternyata hanya mensubsidi minyak tanah.
Jadi ada salah kaprah tentang hak hak yang berhak menerima subsidi selama ini.

Saya pernah menulis 5 tahun lalu tentang penolakan terhadap kenaikan harga BBM.
“ subsidi yang besar dalam pos APBN bukan melulu urusan BBM. Ada pos dana talangan BLBI yang hampir 100 trilyun. Kenapa bukan itu yang dipangkas. Lalu penghematan pos anggaran negara lain, yang kecil kecil tapi bisa menjadi bukit, seperti kenaikan gaji anggota DPR setiap tahun atau luberan biaya birokrat yang sepertinya susah sekali dipotong.
Lalu penjadwalan utang luar negeri yang jumlahnya 158 trilyun. Kenapa harus takut ? negara negara Amerikan latin bisa melakukannya dan kreditor di luar negeri tetap ‘ terpaksa ‘ mengikuti skema ini.
Yenni Wahid mengusulkan pajak progressive bagi perusahaan perusahaan minyak yang sedang menikmati booming kenaikan harga minyak. Ini bisa menjadi subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan terbukti sukses di di negara negara Amerika latin.

Dalam talk shownya, ekonom Rizal Ramli mengemukakan biaya biaya mafia dan sindikat minyak yang sebenarnya sangat besar nilainya.
Kenapa Indonesia tidak membangun oil refinery. Justru industri itu dibangun oleh Singapura. Kita yang sesungguhnya pengekspor minyak mentah, malah menjadi pengimpor minyak olahan. Tidak jauh jauh, ekspor minyak kita hanya ke Singapura, kemudian diolah dan dikirim kembali ke Indonesia dengan mark up keuntungan untuk para broker. Belum cukong cukong Singapura yang memodali untuk menyelundupkan minyak subsidi dari Indonesia untuk dijual di luar negeri “

Sekarang saya berpikir, Indonesia bukan penghasil minyak yang besar. Bahkan sebentar lagi energy fosil itu akan habis. Dengan mengatasnamakan pasal 33 UUD 45, kita menuntut negara untuk mensejahterakan rakyat atas penguasaan isi bumi. Jika isi buminya sudah habis. Apakah kita masih berhak menuntut itu ?
Dosa kita adalah membiarkan mengeruk hasil bumi yang ada untuk ketamakan hari ini, lalu membiarkan generasi anak cucu kita mewarisi negeri yang habis. Hutan lindung di Kalimantan dirambah dan ditembusi jalan raya untuk hilir mudik truk truk pengangkut batu bara.

Tiba tiba saya teringat sebuah analogi menarik, dengan mengambil contoh pasar bebas ASEAN 2015. Kelak dokter, pengacara dari Malaysia akan bisa bekerja di Indonesia, demikian pula sebaliknya dosen, arsitek kita bisa mencari nafkah di Thailand. Lalu apakah buruh pekerja di jalan tol dari Singapore akan datang bekerja di Indonesia ? tentu saja tidak, karena standar upah yang berbeda. Buruh pabrik, pekerja lepas jalanan, kuli, kelas bawah dsb tidak akan terganggu lapangan pekerjaaannya. Justru kelas menengah yang paling ketakutan karena belum siap mengantisipasi pasar bebas pada tahun 2015.

Apakah selama ini rakyat kecil benar benar yang menikmati subsidi BBM. Jangan jangan justru kelas menengah ke atas ? Pengguna mobil, motor, industri pabrik dsb. Lalu apakah benar, argumen kenaikan harga BBM akan membuat rakyat kecil bertambah susah, karena akan diikuti kenaikan harga harga bahan pokok lainnya.

Membaca Kompas hari ini menarik, bahwa nasib nilai tukar rupiah yang terus merosot, karena pasar ‘ menghukum ‘ karena harga BBM yang tidak dikoreksi. Keraguan SBY dengan melempar bola BBM ke DPR. Padahal dia punya kewenangan menaikan harga BBM dengan sejumlah asumsi.
Ini sebenarnya masalah keberanian pemimpin negeri – baca SBY – untuk memutuskan. Iya apa tidak.
Jika naik, maka subsidi bisa dialihkan untuk kepentingan kesehatan, pendidikan dsb. Sementara kalau tidak. Berharap apa supaya anggaran tidak jebol. Disamping memikirkan pembangkit listrik tenaga alternative seperti nuklir atau panas bumi.

Bung Karno dulu pernah didesak untuk membuka seluruh cadangan minyak. Hanya saja dia menolak, walau ditakuti takuti bahwa nanti rakyat Indonesia akan tetap miskin, karena mengabaikan pemasukan yang besar dari minyak. Bung Karno hanya berkata, lebih baik ia menunggu Indonesia memiliki insinyur insinyur minyak sendiri, untuk membuka cadangan minyak tersebut.
SBY memang ditantang untuk mengambil sikap. Seorang pemimpin harus berjalan didepan berani mengambil keputusan. Bukan membebek menunggu sinyal dari orang orang. Benar atau salah keputusannya hanya sejarah yang akan membuktikan.

Kalau anda tanya ke saya. Biarlah harga BBM dinaikan. Sudah sekian lama kami menikmati subsidi atas nama rakyat

You Might Also Like

9 Comments

  • orbaSHIT
    June 15, 2013 at 8:20 am

    hmmm masih ingat jaman para “bonanza” minyak menggurita periode 1967~1975, dipelopori oleh JENDRAL IBNU SUTOWO cs melakukan manipulasi dan korupsi di PERMINA (nama pertamina tempo doeloe) suharto perlu dana segar untuk membiayai rezim barunya dan dana cepat hanya tersedia dari hasil produksi minyak,kebetulan pada saat itu timteng lagi memanas negara2x arab (perang 1967 dan 1973) memboikot ekspor minyak mengakibatkan harga minyak melonjak……seperti yg pernah dibilang salah satu personil MAFIA berkeley ALI WARDHANA : “…ekonomi saat itu indonesia mengapung di atas MINYAK…” dan terbukti pada tahun 1975 PERTAMINA bangkrut dan meninggalkan hutang 3.5 billion USD!!!! 😛

  • Sarah
    June 17, 2013 at 12:26 pm

    jangan naik dong bensinnya…

  • Ryan Perdana
    June 17, 2013 at 1:04 pm

    Biarlah BBM naik, karena telah ada alasan klise yang didengungkan, yaitu subsidi yang selama ini digelontorkan tidak tepat sasaran. Orang bermobil dan bermotor yang menikmatinya. Ditambah dengan orang-orang kaya ber-Alphard tak tahu malu yang mengisi mobil kerennya itu dengan Premium.

    Di samping itu pula, dengan subsidi terus-menerus, sama saja akan melenakan kita semua bahwa seolah bahan bakar fosil tak pernah habis. Jelas BBM adalah jenis energi tak terbarukan. Dengan dinaikkannya harga BBM, maka akan merangsang pihak berkompeten untuk segera berlomba mencari energi jenis baru yang lebih melimpah dan renewable.

    Terkait kompensasi BBM yang diejawantahkan melalui proyek bernama BLSM, saya kurang setuju. Kenapa harus menggunakan cara tendensius seperti itu. Apa tidak lebih baik dengan mengalihkannya melalui berbagai proyek besar yang hasilnya dapat secara langsung dirasakan secara luas dan lebih tepat sasaran. BLSM rawan bocor, mulai dari tidak baiknya administrasi pencatatan penerima bantuan tersebut dan juga pungli di sana-sini. Banyak sekali orang mampu yang menerimanya, ketika bantuan tersebut masih bertajuk BLT. Sekaligus, bantuan tersebut semacam “ngeloloh” rakyat dan mengajarkan ketidakkreatifan, pun menempatkan rakyat miskin sebagai si fakir yang benar-benar dinafikan kemampuan cipta karyanya.

    Sangat dimengerti banyak pihak suudzon terhadap BLSM. Dikatakan berlatar belakang politiklah, pencitraanlah, kenang-kenangan Pak SBY sebelum turunlah. Akhirnya, semoga kelak dalam perjalannnya ditemukan suatu formula solutif untuk mengurai benang kusut permasalahan harga bahan bakar energi kendaraan kita itu. Salam. Matur nuwun Pak Iman..

  • charles
    June 18, 2013 at 3:22 pm

    kalau BBM naik apakah standart tunjangan yang lain akan naik, mungkin contohnya transportasi umum.

  • mitra w
    June 19, 2013 at 7:33 am

    Kalau anda tanya ke saya. Biarlah harga BBM dinaikan. Sudah sekian lama kami menikmati subsidi atas nama rakyat

    Setuju…

  • Cumi MzToro
    June 21, 2013 at 11:36 am

    Jadi lucu bener yaa negara ini, kita pengexport minyak mentah kok jadi mengimport minyak olahan.

  • gurukecil
    August 10, 2013 at 11:41 pm

    Benar Mas Iman, sudah sekian lama orang kaya selalu mengatasnamakan rakyat kecil untuk mempertahankan kepentingannya. Dan pemerintah berpihak kepada yang kaya, tentu saja.

  • jordan pas cher
    November 28, 2013 at 3:14 pm

    When i were feeling all of these needed a little too much time and energy for your final result.
    [url=http://www.clubmackdaddys.com/node/3]jordan pas cher[/url]

  • ibas
    October 10, 2023 at 11:14 am

    good article, thank you

Leave a Reply

*