Obama tidak jadi datang. Ditunda untuk beberapa waktu dengan meninggalkan kerepotan tuan rumah yang sudah mempersiapkan sambutan. Secret service yang sudah dikirim jauh hari bersama kapal kapal fregat Amerika yang sudah bersandar di pelabuhan Benoa, Bali, kini lebih rileks menikmati liburan.
Saya bersama Enda, Wicak dan beberapa teman blogger yang tadinya sudah direncanakan bertemu dengan seorang pejabat penting dari Amerika untuk membahas perkembangan issue issue internet sehubungan dengan kedatangan Obama, juga dibatalkan.
Ya tidak apa juga. Tidak ada yang membuat kecewa saya rasa.
Dan saya juga tidak segirang Hisbut Tahrir Indonesia yang dari tadi memang menyuarakan penolakan Presiden Amerika yang dianggap sebagai bagian dari simpul konspirasi kafir yang menindas Islam.
Jadi apa yang dipetik dari hiruk pikuk ini. Di satu sisi saya melihat bahwa negeri ini bisa jadi begitu menakutkan dengan sebagian rakyatnya yang sangat tidak toleran dan fanatik. Perjuangan Hisbut Tahrir untuk menegakan khilafah di muka bumi menjadi antesis demokrasi dan pluralisme yang bagi sebagian orang sudah menjadi pilihan tepat bagi bangsa ini.
Katakanlah pemahaman saya tentang Islam masih dangkal. Tapi di sisi lain, akal sehat saya tidak bisa menerima pemikiran bahwa sesuatu yang berbau barat harus dibuat haram. Entah itu demokrasinya atau kebiasannya.
Ada cerita menarik sewaktu KH Hasyim Ashari dengan bijaknya mementahkan fatwa haram para ulama ulama pada jamannya yang mengharamkan memakai dasi dan jas. Juga anak anak muda NU waktu itu dilarang menggunakan terompet pada arak arakan pawai yang biasa dilakukan saat itu.
Penjajah Belanda yang dianggap kafir harus dilawan dengan keras, termasuk penggunaan kebiasaan kebiasaan barat. Dengan dialog dan memaparkan akal sehat, Hadraitus Syaikh NU membalikan fatwa tersebut dengan menyilahkan memakai jas, dasi, terompet bahkan kalau perlu belajar bahasa Belanda. Sehingga Islam kelak bisa mensejajarkan dengan mereka, orang asing yang menjajah. Suara terompet diperlukan untuk menyuarakan kemegahan Islam dalam pawai arak arakan.
Tidak ada yang perlu disikapi dengan kebencian. Penjajah Belanda atau Jepang kelak juga diterima berkunjung ke pesantrennya. Berbeda prinsip tidak melulu menjadikan hubungan antar manusia penuh dengan kebencian.
Dengan atau tanpa Obama, Amerika tetap sosok negeri yang ingin menjadi polisi dunia. Dalam film ‘ My name is Khan ‘ kita melihat Islam-phobia akibat trauma masyarakatnya setelah tragedi World Trace Centre. Sementara umat Islam juga melihat kesewenang wenangan terhadap Islam di Palestina, Afganistan. Ternyata tidak sesimple itu. Kekerasan tidak harus dilawan kekerasan. Kebencian tidak harus dijawab dengan penyebaran kebencian pula.
Kehidupan begitu kompleks dalam sebuah ruang berisi begitu majemuk manusia, termasuk keyakinan dan pilihan hidup. Hanya dialog dan demokrasi yang bisa menjembatani semuanya.
Agak aneh jika kita berteriak teriak atas nama solidaritas muslim terhadap saudara saudara kita di Palestina tetapi kita tutup mata dengan bangsa sendiri – yang juga beragama Islam – diperkosa, disiksa di Arab. Juga ketidak adilan antar sesama Muslim di tanah air.
Apakah Amerika – Obama – berkepentingan terhadap Indonesia. Pastinya. Tapi juga bukan merupakan prioritas, karena terbukti kepentingan dalam negerinya tetap prioritas, tak perduli seberapa sibuk dan uang yang sudah dikeluarkan Indonesia untuk mempersiapkan kedatangannya.
Yang lebih pasti, lagi justru Indonesia membutuhkan Amerika dalam perdagangan, hubungan antar bangsa dan strategi global politik. Kita tak mungkin menafikan kenyataan ini. Juga para penyokong Hisbut Tahrir yang saya rasa masih mengenakan blue jeans, makan di Kentucky atau nonton film film Hollywood.
Bung Karno pernah mengatakan, Jangankan Jepang dengan setanpun saya akan bekerja sama agar Indonesia bisa merdeka. Pragmatis ? Justru realistis.
Obama mau datang, atau Ahmadinejad sekalipun tak akan merubah persepsi saya bahwa manusia tidak dilihat dari afiliasi, agama atau golongannya. Satu satunya penilaian adalah benar atau salah, jujur atau maling.
Saya memang terus memimpikan Indonesia yang indah dengan manusia manusianya yang toleran. Bagaimana mungkin saya bisa membayangkan bagaimana bisa hidup penuh dengan kebencian setiap hari terhadap mereka yang berbeda.
Malam ini sambil makan lesehan ketupat bebek ‘ Blengong ‘ atau entog dalam bahasa lokal di tengah sawah sekitar kota Tegal. Saya melihat orang orang – Cina, Jawa dan jilbab – yang makan dan duduk dengan damai.
Tentu saya ragu menukar kedamaian ini dengan berpikir tentang sebuah ide besar Khilafah di negeri ini.
30 Comments
lindaleenk
March 19, 2010 at 11:55 pmmereka yang fanatik berlebih itu mengerikan
itu yang demo ini itu, ga ada hal lain yang lebih baik apa yang bisa disumbang buat negeri,selain berorasi dan berkoar2..
kalau mau negeri jadi lebih baik ya benahi dulu diri masing2..
jangan dikit2 nolak ..dikit2 demo #sigh
Nugroho Ponco Sumanto
March 20, 2010 at 12:01 amsatu lagi artikel bagus. makasih mas, bacaan bagus sbelum tidur 😀
tapi menurut saya yang salah bukan ide khilafahnya yang salah, ataupun agama/kepercayaan, yang salah seperti biasa itu manusianya.
quote dari kartun south park:
“you must be smart enough to believe and follow any ism”
ketika orang yang selalu merasa benar, padahal ilmu dunia dan akhirat mereka blom seberapa bertindak atas nama ~ism mereka, cuma kebodohan dan kerusakan yang terlihat.
Bangpay
March 20, 2010 at 1:40 amJadi inget kalimat : “jika kamu kambing, jadilah kambing yg baik, tidak usah kesapi-sapian apalagi berusaha mengkambing-kambingkan sapi lain, bantulan kambing lain menjadi kambing dan jika ketemu sapi, bantulah ia menjadi sapi yang baik..”
—saya skrg di Tobelo, Halmahera Utara. Bingung, jika benar ada kerusuhan SARA disini kenapa nampaknya semua sudah saling memaafkan? Jadi ngeri kalo tudingan bbrp org itu benar adanya soal kerusuhan di negeri ini hanya skenario belaka…
edratna
March 20, 2010 at 10:12 amAgak aneh jika kita berteriak teriak atas nama solidaritas muslim terhadap saudara saudara kita di Palestina tetapi kita tutup mata dengan bangsa sendiri – yang juga beragama Islam – diperkosa, disiksa di Arab. Juga ketidak adilan antar sesama Muslim di tanah air.
——————————–
Quote di atas sama seperti yang dikatakan oleh sopir taksi, mengomentari ribut-ribut demo ini.
Bagi saya, jika iman kita kuat, dan pede, maka kita sebetulnya tak perlu takut. Bukankah dengan adanya diskusi bisa dicari titik temu dan kesamaan pandangan? Bagaimana mau aman, jika saling curiga terus….
Kekerasan tak akan pernah menyelesaikan persoalan
Eka
March 21, 2010 at 10:08 amSepemahaman saya, umat Islam di Indonesia sejak jaman penjajahan tidak dapat memperoleh pengetahuan tentang Islam yang sesuai Al-Quran dan sunnah yang benar. Mayoritas masih sebatas ritual tanpa pondasi pemahaman aqidah yang benar. Mungkin karena memang umat Islam diharapkan jadi singa yang tidur. Terbuai dengan dunia fana. Tentang kedatangan Obama, kita sebaiknya taat dan sabar kepada pemimpin negara kita. Juga menyambut tamu yang datang dengan sebaik-baiknya. Asalkan wibawa dan kepentingan rakyat Indonesia dijaga dengan baik.
agiek
March 21, 2010 at 5:48 pminspiratif +1
kenapa ga diposting di politikana juga mas?
DV
March 22, 2010 at 6:07 amSemoga para HTI-ers itu tidak bersorak karena doanya didengarkan Tuhan, Mas Iman.
Saya selalu suka bagaimana Anda menutup artikel 😉
adi
March 22, 2010 at 8:37 amresiko demokrasi adalah munculnya kelompok-kelompok ‘anti demokrasi’ seperti HTI itu 😀
pitik
March 22, 2010 at 2:18 pmdan HTI bisa berteriak2 karena ada demokrasi..sebuah penafikan terhadap demokrasi yang membuat saya semakin muak dengan HTI.
kombor
March 24, 2010 at 1:59 pmSaya tertawa melihat debat Ulil dengan Ismail Yusanto di televisi. Kata Ulil (tidak pas benar), “Hizbut Tahrir ini tidak mengakui Indonesia dan bahkan akan menghancurkan Indonesia dan menggantinya dengan Khilafah. Sedangkan, Obama akan berkunjung ke Indonesia. Kalau Hizbut Tahrir tidak mengakui Indonesia, mengapa melarang Obama berkunjung ke Indonesia?.”
Bagi saya, dalam pergaulan internasional, siapa pun tamu negara harus kita terima. Apabila ada pesan-pesan yang perlu disampaikan, justru pada saat tamu itu berkunjunglah pesan disampaikan. Buat apa sih capai-capai menolak tamu negara? Memangnya kita tidak membutuhkan hubungan dengan negara-negara lain?
Ahmad
March 24, 2010 at 3:40 pmHTI pada masa kelahirannya ingin melawan imperialisme. Seperti tersirat dalam artikel Mas Iman, penjajah itu bisa berupa siapa saja. Masalahnya, mengenal dengan baik dan melawannya dengan cantik adalah tugas yang paling sulit.
Rasanya tidak sulit menemukan penjajah baru di negeri ini. Tinggal memantapkan dalam hati untuk melawannya dengan seluruh.
Abihaha
March 24, 2010 at 10:43 pmTanpa latar pikir religi, saya termasuk kurang suka dengan kedatangan Obama. Bukan dari segi Obamanya, tapi dari sisi ‘hingar bingar’ berlebihan prosesi lokal yang menyertainya. Terlebih yang berkait romantika hidupnya di Menteng dulu.
Apa pernah ada yang bertanya betul pada Obama, apa pada masa lalunya tinggal di Menteng adalah masa indah yang patut di’romantika’?
elly.s
March 27, 2010 at 3:11 pmyang penting kita nggak usah kege-eran Obama mau dateng..biasa aja kali kayak pemimpin2 dunia yang lain..
dan jangan pula norak menolak hanya karena Obama Amerika…banyak kali yang buruk kali dr Amerika..tapi banyak juga kan yang baeekk…Coooolll
@topikhidayah
March 29, 2010 at 3:33 pmsaya sependapat mas, kerukunan hdp beragama tdk bisa ditukar dgn apapun, ide2 segelintir orang yg mengatasnamakan salah satu agama dan bertindak arogan dan dengan kekerasan tetntunya rdk dpt sy tolerir.. seharusnya bisa berpikir lebih terbuka lagi..
Salam,
Topik H
orbaSHIT
April 6, 2010 at 3:12 pmHTI,FPI,MMI,LASKAR JIHAD etc..etc.. kan bekerja menurut pesanan para sponsor yang sok “kearab araban” pengen mambuat INDONESIA ARABIA RAYA… lol..well we could just wait and see then…
Fachmi De Jogja
April 13, 2010 at 5:13 ambener… positif thinking aja
kardjo
April 13, 2010 at 6:06 pmpodho menungsane… lahir ora iso klamben dhewe…urip golek sandang pangan … ning mati yo tetep ora iso klamben dhewe….
Aybi
April 15, 2010 at 5:05 amSaya yang barusan tinggal di arab hampir empat tahun, miris meliat kelakuannya… yang cenderung meniru barat…!
ahmad
April 15, 2010 at 4:49 pmGak semudah itu untuk menyimpulkan, Mas IB. Itu cuman kesimpulan dangkal kalo menyamakan perjuangan menegakkan syariah Islam dengan tidak memakan KFC, tidak ke mall, tidak nonton film barat, tidak baca buku barat dsb. Pada dasarnya Islam adalah agama yang komplit, yang mengatur semua segi kehidupan manusia. Mulai masuk WC sampai berpolitik itu ada aturannya, gak asal aja. Nah, yg dilawan HTI itu adalah sekularisme, paham yang memisahkan antara urusan agama dan politik atau kenegaraan. Jadinya, ya demokrasi ini. Indonesia sebagai negara yg 85% adalah orang Islam, sudah sewajarnya menerapkan aturan-aturan Islami (syariah), walaopun ada beberapa peraturan (seperti zakat) yg tidak diterapkan pada penduduk non muslim. Islam masih memperbolehkan gaya hidup barat selama tidak bertentangan dengan aturan2 Islam. Kalau cuman pakai jeans atau jas, itu gak masalah, selama itu menutup aurat.
Mas IB, lainkali kalau bikin artikel, mbok ya belajar dulu apa yang akan mau dikomentari. Biar gak jadi fitnah. Salam dari Solo.
lance
April 15, 2010 at 5:17 pmWah Mas Ahmad Solo, ini khan pendapat pribadinya Mas Iman. Sebagaimana anda yang lebih ( paham ) dan mendukung penerapan syariat Islam di Indonesia. Masak semua orang harus setuju dengan pendapat anda. Sah sah aja dalam demokrasi, itu kalau anda juga menyetujui paham demokrasi.
ahmad
April 22, 2010 at 9:12 pmsaya minta maaf atas komentar saya, saya kebanyakan menghisap sisha sehingga hilang akal
andi
April 23, 2010 at 7:07 pmNamanya demokrasi mas, ada yg suka dan ada yg ngga suka….kalo anda menyalahkan kelompok lain yg tidak sejalan…yaa anda termasuk yg ngga siap berdemokrasi…sama saja kan??/santai aja..ngga usah mikirin …kaya orang yg tau politik aja, anda sendiri ngaku dangkal masalah Islam…saran saya baca deh khilafah dijaman Nabi Muhammad….jangan berburuk sangka dulu….
DenBEY
April 24, 2010 at 12:36 amSelain “khilafah dijaman Nabi Muhammad” ada juga “khilafah dijaman 4 sahabat (bukan kerajaan)” lalu ada lagi “khilafah berbagai kerajaan”. Yang mana yang mau dipakai HTI semuanya berbeda. Apakah salah satu ada yang salah?
Menurut saya berbagai khilafah itu tidak ada yang salah, karena Quran tidak memuat aturan bernegara secara sempit. Islam menyerahkannya pada setiap masa dan setiap tempat. Karena Quran berlaku sepanjang masa (setelah nabi Muhammad) dan disemua tempat di muka bumi. Paling Islam mengawalnya dengan “musyawarah” untuk memastikan pendapat yang tepat (tidak otoriter & egois). Bisa saja khilafah, dinasti atau demokrasi, atau kelak akan ada lagi.
Yang penting sistem manapun sedapat mungkin kita berusaha “diwarnai” Quran. Baik komunitas Islam didaerah itu minoritas, 50-50, apalagi mayoritas …
mamah wulung
April 24, 2010 at 11:29 pmpiagam madinah itu adalah contoh implementasi demokrasi di jaman rasulullah. jadi mengapa benci demokrasi?
sebenarnya salut sesalutnya pada rakyat amerika yang rela seorang minoritas (baca kulit hitam) menjadi presiden mereka. betapa logika mereka lebih jalan ketimbang indonesia yang saya yakin takkan rela seorang minoritas jadi presiden.
"markus(makelar kasus seks"
April 29, 2010 at 7:25 amApabila ada orang yg dikenal sebagai perampok,begal,pezina pemabok bertamu kerumah anda dan sudah umum diketahui maksud dan kedatangannya ingin merampok,menghamili istri ato anak perempuan anda, masihkah anda mau menyambutnya….Camkan ini..apa yg sudah dilakukan AS di negara2 yg mereka datangi…memakmurkan..??ato merampok harta negeri yg menyambutnya…??? pikir dengan otak bukan dengan dengkul….!!! fuck you kafir penjajah…
orbaSHIT
May 6, 2010 at 9:04 am@markus
hari genee masih ada yang ngecap orang laen “kafirr” ??? jangan ALAY bung…elo tau waktu taleban berkuasa di afghan??? apa taleban membawa kedamaian sesuai ide “khlifah” or whatever shit ?? the answer is NO !!! malah taleban di dongkel ama pejuang2x mujaheeden yang laen (aliansi utara) apa yang elo maksud “khilafah” itu apakah kaya model SAUDI ARABBBBBBIA??? hahahha…if this kinda shit you meant to be a “khilafah” then i’m just LMFAO on you..gw anti amerika tapi gw masih punya logika ama realistis ngeliat situasi kalo elo segolongan ama IMAM SAMUDRA+NOORCE M TOOP seeh i just rest my case….cheers
rizki
May 21, 2010 at 8:39 ammereka muslim mas, tapi tidak beriman. menonjolkan sisi emosi, tanpa membahas dan mengerti dalam-dalam apa yang sudah di tuliskan di al-qur’an dan hadits. mereka hanya menjunjung tinggi 1 ayat di alqur’an, tanpa melakukan kesinambungannya dengan ayat2 dan hadits lainnya. sehingga apa yg seharusnya indah, seolah-olah menjadi seperti manusia kesetanan. begitupun untuk menjadikan negara yg ada, dibuat model khilafah. ada aturannya, DAN TIDAK SEPERTI HTI, dan golongan yang mirip dengan islam pergerakan.
noordin m top, imam samudra, dan ‘orang islam’ lainnya yg dicap teroris. YA, mereka Muslim (orang islam). tapi mereka bukanlah orang Mukmin (orang yang paham benar al-qur’an dan hadits). saya sebagai muslim, melihat ‘teroris’ yang dimaksud bukanlah islam yang benar mas. logika paling sederhana untuk membungihanguskan orang non muslim di indonesia, tidak harus dengan menggunakan bom dan menyulutnya di tempat yg dianggap kafir. tapi bisa dengan cara membunuh tetangga kita yg non muslim. klo demikian simpel untuk menegakkan khilafah, kenapa tidak diterapkan pada tetangga saya, teman2 saya di kantor, dan dimanapun ???
mas, mereka2 yg berteriak islam di luar sana yang sering kita lihat di media cetak maupun elektronik, mereka munafik. mereka membawa islam nama, tapi tidak tau apa2. percayalah, mereka ‘buta matanya’ akan kepentingan nafsu masing-masing. yang akhirnya membuat mereka menghalalkan segala cara. dunia islam, bertolak belakang terhadap apa yg diberitakan di seluruh dunia mengenai bom, senjata, dan yg buruk sebagainya.
rahmat mustafa dylan
June 1, 2010 at 5:54 pmmas imam…ditunggu postingannya untuk tragedi penyerbuan brutal tentara israel pada para pekerja kemanusiaan yang akan ke gaza…dan semoga anda tidak diam sama seperti diamnya negara adidaya yg begitu rajin menggembor2kan dirinya adalah pembela HAM nomor wahid sama seperti juga diamnya komunitas utan kayu….jika anda diam,taulah saya seperti apa anda “sebenarnya”
dian
August 29, 2010 at 6:43 pm@mas rahmat: jangan dipaksa mas..
kita semua punya persepsi masing2 mengenai kejadian itu..
ada yang pro israel, ada yang pro ke “korban penyerangan”..
bahkan ada yang pro “emang gw pikirin”..
saya mah pro “mending gw nonton berita dalam negeri”
terlalu jauh kalo dibahas apalagi ama orang indonesia..
udah banyak forum2 kyk gitu ujung2nya emosi..
hahahaha.. saya ketawa aja ngeliatnya..
mending kita baca2 dulu.. dzikir dulu.. barulah ngasi komen.. tapi pakai akal sehat toh.. jangan kayak orang kampung yang berat sebelah..
kalo mau postingan “penyerbuan tentara israel” coba pergi ke TKP, lihat bukti2, tanyain saksi mata secara langsung, trus bikin penelitian sendiri, analisis, dan akhirnya dapat kesimpulan..
yang kayak gitu bisa disebut akurat, terpercaya, dan berbobot..
jangan seperti orang kita kebanyakan..
nonton berita di TV, dengar radio, baca koran doang n langsung disimpulkan..
gak akurat itu mah.. kita ga boleh langsung berkoar2 gak jelas..
fathul
May 26, 2011 at 10:18 amruar biasa i really like this…good artikelnya..