Syahdan pada waktu periode akhir 60an sampai pertengahan tahun 70 an, ada sosok yang sedemikian di hormati di kawasan Malioboro dan sekitarnya. Jika generasi flower generation di Amerika memiliki Simon & Garfunkel atau Bob Dylan. Di Jogjakarta siapa yang tak mengenal Umbu Landu Paranggi – raja sesungguhnya kawasan Malioboro.
Saya tak mengalami jaman jaman tersebut selalu bertanya tanya kepada mereka yang mengenal sosok gondrong itu, yang garis wajahnya seperti kuda sumba yang keras. Membuat penasaran apa yang membuatnya begitu begitu heroik dan menjadi sumber oase dari sastrawan, penulis, tukang becak sampai pelacur di seputaran Malioboro.
Jalannya hidupnya konon misterius – ada yang bilang nomaden – dan biasa berjalan dari tempat nongkrongnya di Malioboro utara sambil menyapa orang orang dan menulis puisi. Ia selalu mengajar orang menulis sastra ,membimbingnya dalam Persada Studi Klub di Koran Pelopor Jogja. Ia memperhatikan pertumbuhan puisi, menjaga dan menumbuhkan sastrawan sastrawan baru yang kini mungkin anda banyak mengenalnya, seperti Emha Ainun Najib, Linus Suryadi sampai musisi Ebiet G Ade.
Ya, keahlian sebagai penulis puisi membuat ia peka dengan manusia dan kehidupan sekitarnya. Sehingga ustad Umbu, – demikian Emha menjulukinya – karena integritasnya kepada lingkungan dan sastra, juga sangat peduli dengan orang orang kecil.
Pernah suatu ketika ia menghampiri seorang pemungut sampah dan mengajaknya bicara. Kemudian ia mengajari baca tulis, serta mengangkat derajatnya menjadi tukang becak. Setahun berselang kepada teman temannya ia menunjuk tukang becak itu yang sedang istirahat membaca Koran.
“ lihat tahun depan ia akan bisa menulis puisi “. Umbu memang selalu percaya bahwa manusia pada hakekatnya memiliki potensi yang sama.
Umbu adalah orang yang rendah hati. Pakde Umar Kayam begitu pulang dari Amerika terkaget kaget melihat betapa halusnya perikata sosok manusia ini. Padahal Umbu bukan orang Jawa. Ia berasal dari tanah Sumba , Nusa Tenggara Barat. Ia juga tak pernah mau tulisannya diterbitkan. Ia hanya mendorong murid muridnya maju dan menjadi sastrawan kelas atas. Ia cukup bangga sebagai begawan yang memperhatikan dari jauh.
Barangkali ini yang dinamakan sebagai penggerak swadaya masyarakat tanpa pamrih. Ia mungkin bisa sejajar dengan Romo Mangun yang juga menjadi pahlawan bagi masyarakat kali code. Bahwa kadang kadang dalam masyarakat dibutuhkan orang orang waras yang tak peduli untuk mengajarkan atau memberikan sesuatu. Apapun bentuknya. Hanya satu tujuannya, membawa ke wujud kehidupan yang lebih baik.
Para Blogger bisa saja menjadi ‘ Umbu Umbu ‘ yang tak berpretensi apa apa dalam mewartakan sebuah gagasan. Ia bisa menulis dalam menara gadingnya tanpa peduli dengan kehidupan sekitarnya atau bisa juga turun membawa perbaikan bagi bangsanya.
Jaman sudah berubah. Kertas kertas tulisan dalam kantung plastik yang selalu digembol kemana mana oleh Ustad Umbu, kini berganti tulisan tulisan yang tersimpan dalam hard disk atau hostingan dimana mana.
Jadi kita juga semestinya angkat topi dengan beberapa orang gila yang kelebihan energi untuk menyelenggarakan pesta blogger mendatang. Memang ada kesan sepertinya hanya mengakomodir blogger Jawa dan Bali. Tapi sepertinya itu hanya masalah teknis, karena bagaimanapun ini bukan ajang kegiatan nasional yang didukung dana dari Pemerintah. Keterbatasan dana – blogger sendiri yang harus menggalang dana melalui sponsor sponsor – membuat roadshow hanya menjangkau Bali dan Jawa.
Kampanye seperti bukanpestablogger.wordpress.com semestinya tidak dianggap sebagai model kecemburuan, tapi sebagai keinginan untuk berpartisipasi.
Sebenarnya ini bukan masalah mengatasnamakan blogger siapa atau dimana. Pesta Blogger bisa dianggap menjadi seremonial karena kebetulan didukungan mayoritas blogger dan sponsor serta blow up media. Tapi saya percaya para komunitas blogger dimana saja semestinya bisa mendukung dengan menjadi mercu suar bagi masyarakatnya, tanpa harus terikat dengan Pesta Blogger.
Swadaya masyarakat komunitas blogger bisa terus menerus sepanjang hayat. Gerakan Seribu Buku, advokasi, donor darah, bimbingan dan kegiatan lainnya tidak harus dilihat sebagai kegiatan pesolek.
Jika Umbu melalui sastra dan puisinya ingin merubah dunia. Blogger juga bisa mendekorasi dunia dengan gagasan dan pewartaannya. Harus ada konsistensi dan kepedulian. Syukur syukur jika kegiatan swadaya ini bisa seiring paralel dengan Pesta Blogger di Jawa dan Bali.
Umbu tak pernah puas. Suatu saat ia menghilang. Alasannya ia hendak menengok padang rumput savanna di kampungnya , Sumba. Seketika Jogja kehilangan denyut nadi kehidupan sastra yang tadi bergairah. Mungkin ia merasa sudah cukup meninggalkan 1000 penulis puisi dengan diantaranya 300 yang berbakat.
Ia memilih menetap di Bali. Ia menjadi brahmana Umbu disana, mendorong pertumbuhan sastra di pulau dewata. Ia tetap menggelandang, tidur beratap langit dan menyimpan uangnya di dalam tanah.
Kita bisa mencontoh Umbu. Menjadi mata air dimana saja, tidak harus dibatasi sekat budaya, agama dan manusia. Pesta Blogger bukan pencapaian yang harus diikuti. Namun jika anda bisa datang. Mari jabat tangan dengan saya di sana.
79 Comments
kopitozie
September 7, 2008 at 3:59 pmIkutan jabat tangan aza dech boss . Mohon maaf lahir bathin.
Inget Umbu Randu … dia khan Tempat tinggal tidak jelas, mandi dimana tidak jelas, menyimpan uang di galian tanah,
Seorang lelaki yang yakin Allah melarangnya untuk pernah punya niat untuk mencari uang, begitu ia mengerjakan sesuatu untuk mencari uang, uang tak datang, tetapi kalau ia kerjakan apa saja yang ia rasa wajib ia kerjakan dengan niat kerja itu sendiri, maka jadilah uang.
Kapan dilahirkan Umbu2 yang laen ya boss
Tapi mungkin Presiden Presiden Malioboro itu membuat Sakimin si Buta Huruf merasa di ‘manusia’kan.
Kalo Presiden Pesta Blogger 2008 ? hmm lupa lagee saya namanya boss Ndoro Kangkung kalo tidak salah.
hanggadamai
September 7, 2008 at 4:55 pmiya mas iman…
ini id ym saya hangga_damai
kita ngobrol lewat chatting aj mas 🙂
nico
September 7, 2008 at 7:43 pmmoga bisa brangkat breng2 cahandong. jengjeng lagee…*udah ngebayangin feelnya dijalan*
aRuL
September 7, 2008 at 10:39 pmsaya selalu mendukung kegiatan para blogger, asal juga memperhatikan pendapat2 blogger lainnya sehingga kita satu paham 🙂
yella
September 8, 2008 at 3:00 pmngebayangin bila sesosok umbu dikisahkan melalui pameran foto ato pentas teater, seru banget tentunya,
kimomo
September 8, 2008 at 7:43 pmwadoh…
kalo ndak bs dtg ke PB, gmn crny biar bs jabat tangannya mas iman y?
+garuk2 kepala+
🙂
Iman
September 8, 2008 at 7:53 pmkopitozie,
peace,..dalam bulan ramadhan mari saling beriklhas diri memaafkan ,..semoga bisa hadir di PB 2008 dan berjabat tangan dengan ndorokakung
siska
September 9, 2008 at 9:32 am*jabat tangan pak Iman*
Luluk
September 11, 2008 at 5:30 pmMas, apakah ada alamat umbu di Bali? Pernah dengar nggak Mas? Makasih ya sebelumnya.
Iman
September 11, 2008 at 9:21 pmLuluk,
Konon sekarang Umbu jadi redaktur sastra di Bali Pos, Denpasar…
silahkan di lacak
Bagas
September 11, 2008 at 11:43 pmJadi berkhayal jika negara kita ini seperti amerika, daratan semua…
sawali tuhusetya
September 13, 2008 at 10:37 pmmeski hanya sebatas kenal lewat bacaan, saya selalu salut pada orang2 macam bung umbu.
shugy
September 14, 2008 at 8:56 pmUMBU LANDU PARANGGI.
racheedus
September 21, 2008 at 9:28 pmMembaca tulisan Mas Iman, jadi teringat saat di Yogya. Dulu, awal tahun 90-an, sama dengan Mas Iman, saya hanya bisa mendengar cerita “keperkasaan” Umbu Landu Paranggi. Nyaris sudah menjadi legenda di antara para seniman dan penggemar sastra di Yogya. Saya hanya mendengar cerita-cerita tentang sosok yang misterius itu. Tulisan Mas Iman jadi sedikit menguak profil sang bengawan itu yang selama ini penuh teka-teki besar bagi saya.
Tapi, melihat kehidupan a la Umbu yang dipaparkan Mas Iman, saya jadi teringat kehidupan para sufi nomaden, seperti Syamsuddin, guru Jalaluddin Rumi. Memang, ada orang yang memilih untuk hidup “hanya” sebagai guru yang tidak berpretensi apa pun. Sulit memang mencari orang yang rela mengorbankan kehidupannya demi suatu idealisme yang bagi kebanyakan orang dianggap absurd. Ya, hidup, memang pilihan.
dani
September 24, 2008 at 5:40 amsptnya dl pernah ketemu om umbu di bali pas smp ada lomba/pelatihan jurnalistik gitu..
kl pestablogger roadshow kll Indonesia, mesti cuti brp lama para petinggi blogger kita.. 😀
BloGendeng
September 24, 2008 at 12:08 pmIni informasi baru buat blogger batu seperti aku,mas. Thx sangat berguna buat aku..
Sajak
October 15, 2008 at 11:38 pm“Umbu Landu Paranggi”, kata yang asing buat telinga saya, baru pertama saya mendengar, tapi saya suka! Thanks mas, sudah sharing!
Izoel
syaifullah
December 13, 2008 at 9:28 pmsalam kenal pak dari http://wildan08.wordpress.com
Abeng
January 14, 2009 at 10:55 amHalo teman – teman, ngomong2 soal Umbu Landu saya ada kabar nih di blog penyair Riki Dhamparan http://www.mataharigading.blogspot.com Di situ katanya ada Umbu Landu muncul sebagai Figur Publik di Facebook. kayaknya boleh dicek tuh….
frans gunawan
February 20, 2009 at 8:50 pmMat malam Bang, Sosok Sang Maestro “Umbu Landu Paranggi” bagi kami di Sumba-NTT sangat fenomenal, nama beliau bergaung di seantero jagad seiring dengan semakin manisnya nama “malioboro”. Tulisan-tulisannya bagaikan nyaringnya ringkik kuda sandlewood dan juga kehidupannya bagaikan kehidupan kuda padang sabana “liar, gagah dan pemberani”. Semoga lewat tulisan-tulisan kita di dunia maya ini dapat mendukung semangat Sang Maestro Malioboro tersebut. Salam angin padang savana….
Yanche Ghanggo
April 4, 2009 at 9:02 amMOHON KOREKSI OM. UMBU BUKAN BERASAL DARI NUSA TENGGARA BARAT TAPI DARI SUMBA-NUSA TENGGARA TIMUR(NTT). ATAS PERBAIKANNYA DIUCAPKAN TERIMA KASIH.
BUAT KAMI UMBU ADALAH SPIRIT.. LEWAT PUISI IA MEMBANGUN MENTALITAS YANG RADIK DAN DAHSYAT. TERIMA KASIH UMBU! PULANGLAH KE-NTT BANGUN MANUSIANYA!
Kem
July 4, 2009 at 2:21 pmhmm..cerita tokoh2 nya sangat bagus mas..trus tambah koleksinya ya..tks
joko triyono
August 19, 2009 at 12:41 pmaku lebih suka fotonya
widianto
January 28, 2010 at 10:35 amAhlaq Tasawuf merekat erat terhadap dirinya, indahnya tidak menjadi apa-apa dan tidak menjadi siapa-siapa, salam kangen dari bandung.
STR
July 20, 2010 at 9:09 pmKetidakpuasan memang ngabisin energi, dan manusia memang ga pernah puas. Ingin terus. Kalo udah nggak punya keinginan, artinya udah mati.
ms4857
July 18, 2011 at 8:18 ammas iman mungkin bisa ajari kita yang baru di blog saya baru buat akun blog kemaren dan belum punya tulisan apapun soale masih bingun
Syarif
May 30, 2012 at 10:10 pmsorry, cuma ingatin, Pulau Sumba itu di NUSA TENGGARA TIMUR. kalo Sumbawa baru NTB. Ente salah nulis
Syarif
May 30, 2012 at 10:11 pmpulau Sumba itu di NTT. bukan di NTB. yang di NTB itu Sumbawa
Hari J
August 25, 2012 at 9:29 pmSalam, maaf cuma mau koreksi Pulau Sumba itu di Prop. Nusa Tenggara Timur.