Udara panas bercampur asap rokok bercampur dengan suara suara teriakan, gumaman dan kadang hening dari 62 orang yang bersidang di bekas Gedung Volksraad, Jalan Pejambon. Hibangase Yosio, wakil Jepang yang duduk di Dokuritu Zyunbi Tyoosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia sesekali mencatat perdebatan untuk dilaporkan kepada Gubernur Militer Jepang, Seguchi Yamamoto.
Dr.Rajiman sebagai Ketua BPUPKI melontarkan pertanyaan kepada anggota sidang,
“ Jadi apa dasar negara kita kelak ? “
Setelah Muhammad Yamin dan Soepomo menyampaikan pidatonya tentang dasar negara, pada tanggal 29 dan 31 Mei 1945. Giliran Soekarno memukau dalam pidatonya tanggal 1 Juni. Ia sudah menyebutnya dengan kata ‘ Pancasila ‘.
“Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat disini. Dharma berarti kewajiban, sedang kita membicarakan dasar. Saya senang kepada simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita mempunyai Panca Inderia. Apa lagi yang lima bilangannya?
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi. “
Berpuluh puluh tahun meloncat dari labirin waktu dan menjadi saksi mata perjalanan bangsa ini. Sampai sekarang Panca Sila masih menjadi sebuah tatanan utopia. Sendiri di atas awang awan sana, yang tak pernah bisa saya mengerti sampai sekarang.
Celakanya sejak saya kecil, besar dalam penulisan sejarah orde baru yang integralistik. Pancasila menjadi dogma yang bisa menangkap, memasung bahkan membunuh atas nama pembangunan nasional. Pancasila juga mencabut hak hak perdata dan sipil seseorang. Ia sekaligus menentukan hajat hidup orang banyak.
Sekian lama itu rezim orde baru menjadikannya simbol dan dogma. Ia selalu dihormati dalam acara seremonial Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1 Oktober, sebagai simbol kegagalan PKI.
Menggelikan, sampai brainwash ini, bisa memasuki semua sektor kehidupan saat itu. Bahkan ada sebuah film horror tahun 80an, disitu sang setan bicara tentang Pancasila kepada penduduk desa.
Soekarno sendiri mengakui dia bukan pencipta Pancasila. Nilai nilai yang terkandung itu sudah ada dalam diri bangsa Indonesia sejak lama. Disadari atau tidak. Ia mengatakan hanya sekadar ‘ penggali ‘ nilai nllai itu. Tapi ia sendiri mungkin tak menyadari bahwa bahwa nilai itu terlalu indah untuk dibayangkan, sekaligus sulit dijalani.
Ia mungkin terlalu bangga dan bahkan menawarkan ide Panca Sila kepada negara negara dunia ketika berbicara di sidang umum PBB. Baginya Pancasila adalah sebuah identitas untuk menandingi teori Marxis atau Kapitalisme liberal. Soekarno dan juga Soeharto penerusnya ) tidak pernah benar benar menjalani ide itu dalam alam nyata. Membiarkan terus menjadi dogma dogma.
Ini bisa dijelaskan mengapa paham atheis – yang menganggap agama racun – pernah eksis di di negeri ini, Pancasila juga menjadi stempel pembungkaman hak asasi manusia jaman orde baru sampai sekarang ketika Pancasila hanya termenung melihat aksi kekerasan yang diperlihatkan para pendukung sektarian seperti Front Pembela Islam.
Padahal Soekarno sendiri menyebut inti dari Pancasila adalah gotong royong.
“ Sebagai tadi telah saya katakan: kita mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus men-dukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Van Eck buat indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia, – semua buat semua ! Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong-royong”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong! “
Suatu saat Pancasila hanya dipelajari dalam text book ide ide besar di perpustakaan yang berdebu, seperti Sosialismenya Sutan Syahrir atau Demokrasi Islamnya Bung Hatta. Padahal kita bisa mengakui nilai nilai dalam Pancasila mengandung ajaran universal yang melompat jauh. Ia bisa membebaskan primordial dan belenggu etnis dan agama.
Pertanyaannya, apakah masih relevan dengan generasi hip hop MTV atau sekian puluh partai partai politik. Siapa yang akan mengusungnya ?
Mungkin sampai akhir hayatnya, dr. Rajiman tak pernah bisa mengerti perdebatan panjang melelahkan selama beberapa hari. Karena pada akhirnya tim perumus diperas menjadi hanya Panitia sembilan yang kemudian memutuskan dasar negara ini.
Ia sudah menduga kalau Pancasila akan menjadi landasan yang sebenarnya jauh dari kehidupan bangsa ini. Dari desa bernama Walikukun, Ngawi tempat ia memutuskan mengabdikan dirinya pada kesehatan masyarakat. Dr. Rajiman menulis buku pertama yang membahas tentang Pancasila pada tahun 1948. Semua uraian dan jawaban Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dimasukan ke sebuah pengantar dalam penerbitan buku tersebut.
Sambil sesekali memandang deretan hutan jati di daerahnya, barang kali ia teringat puisi yang dibacakan Muhammad Yamin di sela sela persidangan BPUPKI.
Abadilah Republik Indonesia
Untuk selama-lamanya,
Yang dilindungi tumpah-darah
Benua kepulauan yang indah,
Antara cakrawala langit yang murni
Dengan bumi tanah yang sakti.
Di samping teman, di hadapan lawan
Negara berdiri ditakdirkan Tuhan,
Untuk keselamatan seluruh bangsa
Supaya berbahagia segenap ketika;
Berbudi setia, tenaga Merdeka
Dengan menjunjung kedaulatan Negara.
Di atas abu negara kedua
Kami membentuk negara ketiga,
diiringkan lagu Indonesia Raya;
Di bawah kibaran bendera bangsa,
Di sanalah rakyat hidup berlindung,
Berjiwa merdeka, tempat bernaung.
Kami bersiap segenap ketika,
Dengan darah, jiwa dan raga,
Membela negara junjungan tinggi
Penuh hiasan lukisan hati:
Melur-cempaka dari daratan
Awan angkasa putih kelihatan
Buih gelombang dari lautan.
Hati yang mukmin selalu meminta
Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Supaya Negara Republik Indonesia;
Kuat dan kokoh selama-lamanya
Melindungi rakyat, makmur selamat,
Hidup bersatu di laut-di darat.
65 Comments
hanggadamai
June 2, 2008 at 6:53 pmsekarang saja banyak yg lupa sila2 pnacasila…
klau isinya aja lupa bagaimana mw mengerti makna yg sesungguhny…
venus
June 2, 2008 at 6:57 pmsedih liat berita di tivi. mereka yg main gebuk itu ngerti esensi ‘lima dasar’ ini gak sih? dan mereka yg ga punya nyali nangkep dan menindak mereka, terbuat dari apa mereka sebenarnya?
benci banget. bener2 negeri dagelan. sontoloyo.
Epat
June 2, 2008 at 7:03 pmBangsa ini memang sungguh-sungguh kaya!, sumber daya alam, sumber daya manusia, wilayah yang luas terbentang, beraneka ragam suku bangsa, filosofi-filosofi dengan para filsufnya, proffesor, doktor-doktor, pakar dan pengamat dll dst dsb. Kurang syarat apalagi coba bangsa ini untuk menjadi bangsa yang besar dalam tatanan dunia?
dil
June 2, 2008 at 7:37 pm@venus: boro-boro ngerti mbok… wong otak untuk mikir aja gak dibawa…ditinggal di kolong kasur…gimana mau ngerti n mikir?
saya rasa gotong royong sudah disalahgunakan, gotong royong menyerang orang tak berdosa, apa masih disebut “gotong royong”?
nice posting mas iman…:)
manusiasuper
June 2, 2008 at 8:31 pmKacha Chincha Lawra “Phanchasyila itchu very dikagyumyi olleh orang yurop (read: eropa), they sangat kaghum dengan itchu syila-syila yang very good..”
Kok kita malah suka lupa sama Pancasila ya?
aminhers
June 2, 2008 at 9:14 pmKita tlah di cekoki dengan adanya penataran P4 yang seratus jam, tapi sepertinya tak berbuah dan berbunga seperti yang di niatkan dan di idekan oleh penggagas Pancasila.Dimanakah makna Pancasila sekarang?
mitra w
June 2, 2008 at 10:15 pmwell, entahlah pak…
saya pribadi mah terserah mau mendasari paham apapun, mau pancasila atau gak bernegara sekalipun, whateva…
tp, please… minimal jangan merusak.
liemz
June 2, 2008 at 10:40 pmpancasila harga mati. untuk pancasila yang sakti..bukan sakit.
Anang
June 2, 2008 at 11:14 pmkadang dipelesetkan jd panca asusila.. sedih.
mbakDos
June 2, 2008 at 11:25 pm@ simbok: jangankan esensi ‘lima dasar,’ mungkin mereka itu juga malah ndak ngerti esensinya jadi manusia.
benci saya.
alex®
June 2, 2008 at 11:40 pmDibiarkan sebagai sekedar dogma-dogma dan retorika itulah yang membuat esensi dari Pancasila cuma menjadi ampas belaka.
Sayang sekali…. Rumusan sebagus itu cuma jadi pajangan di dinding sekolah 🙁
edratna
June 3, 2008 at 5:57 amNice posting mas Iman…..
Jadi teringat Walikukun, saya pernah diajak ayah kesana saat masih kecil…tak menyangka dulu pernah ada Dr. Rajiman disana….
Ternyata memang yang penting pelaksanaannya di dalam kehidupan sehari-hari, menjadi budaya bangsa Indonesia, dan bagi yang tak melaksanakan maka sangsinya adalah perasaan tak nyaman, dijauhi lingkungan….ini akan menjadi lebih indah karena telah menjadi satu kesatuan antara hati, pemikiran, dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari….
tukangkopi
June 3, 2008 at 7:00 aminti Panca Sila adalah gotong royong. gotong royong nggebukin orang kafir…
kw
June 3, 2008 at 7:36 ampancasila, masih sangat relevan sampai saat ini. krn keadilan masih bagi sekelompok orang. 🙂
George Soedarsono Esthu
June 3, 2008 at 7:47 amSukarno memang genius. Dialah satu-satunya sosok manusia Indonesia yang tidak mengenyam sekolah di Belanda tetapi berani memimpin bangsa ini pada saat pertama kali merdeka. Hanya perlu sedikit wawasan untuk juga kita menghargai Oto Iskandardinata. Saat Sidang PPKI hari pertama pada sidang lanjutan jam 15.15-16.12, saat Bung Karno memimpin sidang dalam Acara Pengangkatan Presiden & Wakil Presiden dan Pembentukan KNIP. Ketika Sukarno mau memulai acara pemilihan presiden, maka Oto Iskandardinata berdiri dan berkata: “Berhubung dengan keadaan waktu saya harap supaya pemilihan Presiden ini diselenggarakan dengan aklamasi dan saya majukan sebagai calon, yaitu Bung Karno sendiri. (Tepuk tangan). Lalu Bungkarno berterima kasih, semua anggota berdiri dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. sesudahnya diserukan “Hidup Bung Karno” 3x. setelah itu Oto Iskandardinata bangkit lagi dan langsung mengusulkan Hatta sebagai Wakil Presiden. Tepuk tangan lagi, nyanyi Indonesia raya lagi. dan seruan “Hidup Bung Hatta” 3x. Intinya, seandainya waktu itu Oto Iskandardinata tidak berdiri dan mengusulkan Sukarno sebagai Presiden pertrama dan Hatta sebagai wakilnya, belum tentu yang menjadi presiden Indonesia pertama adalah Sukarno & Hatta.
Rita
June 3, 2008 at 8:08 am“Soekarno dan juga Soeharto penerusnya ) tidak pernah benar benar menjalani ide itu dalam alam nyata. Membiarkan terus menjadi dogma dogma”.
Yg saya pahami selama ini, Pancasila adalah dasar negara, titik sentral budi pekerti luhur, dimana tersebut dlm butir2nya (45 butir) cukup lengkap, terlepas dari kenyataan pemgamalannya sudah sesuai atau belum.
Sebenarnya, Tindak Laku atau Cara Hidup bagaimana yang se-Harus-nya Dilakukan, Budi Pekerti Luhur yg Seperti Apa atau “PR” apa yg harus di Kerjakan agar Panca Sila tidak hanya sekedar “Dogma” bagi bangsa ?….
leksa
June 3, 2008 at 8:09 amyang saya ingat soal pancasila, cuma harus hapal64 butirnya itu, Mas,..
kalo ga hapal, resikonya ga lulus SD – SMP 😀
leksa
June 3, 2008 at 8:09 amyang saya ingat soal pancasila, cuma harus hapal 64 butirnya itu, Mas,..
kalo ga hapal, resikonya ga lulus SD – SMP 😀
Rita
June 3, 2008 at 8:11 am“Soekarno dan juga Soeharto penerusnya ) tidak pernah benar benar menjalani ide itu dalam alam nyata. Membiarkan terus menjadi dogma dogma”.
Yg saya pahami selama ini, Pancasila adalah dasar negara, titik sentral budi pekerti luhur, dimana disebutkan dalam butir2nya (45 butir) cukup lengkap, terlepas dari kenyataan pemgamalannya sudah sesuai atau belum.
Sebenarnya, Tindak Laku atau Cara Hidup bagaimana yang se-Harus-nya Dilakukan, Budi Pekerti Luhur yg Seperti Apa atau “PR” apa yg harus di Kerjakan agar Panca Sila tidak hanya sekedar “Dogma” bagi bangsa ?….
mayssari
June 3, 2008 at 8:28 amAlangkah hebatnya negara gotong royong!!
Andai itu semua nyata…..
Setiaji
June 3, 2008 at 9:45 amPancasila harusnya tetap sakti dan dijadikan pedoman bernegara. Tapi sekarang ini buah dari Reformasi, jangankan bicara Pancasila, untuk makan saja sudah susah, untuk hidup berdampingan dgn rukun saja sudah sulit. Cita-cita luhur para pendahulu kita nampaknya nyaris kandas di era reformasi ini. Btw, masih ada harapan, selalu ada harapan. Mudah-mudahan akan ada pemimpin sejati yang kembali menegakkan Pancasila di era kehidupan berbangsa ini.
ocha
June 3, 2008 at 9:49 amSaya juga pernah baca kumpulan pidatonya Soekarno (dan saya kagum). Sungguh maksud sebenarnya yang harus dilakukan dlm memaknai Panca Sila adalah seperti yang dikatakan Bapak Bangsa kita itu. Semua untuk semua. Begitu indah. Tapi sayangnya… sepertinya kepentingan kelompok masih diatas segalanya. Hikzz.. apalagi liat yang terjadi di monas minggu kemaren.. entahlah….
Donny Verdian
June 3, 2008 at 10:07 amWoo.. jadi Komunis itu anti ketuhanan yah..?
*manggut-manggut*
Hans
June 3, 2008 at 10:29 ammasih jauh nih kayaknya dari cita-cita menjadi negara gotong-royong, pemimpinnya belum ada yang benar2 mumpuni…
btw mas, Dokuritu yang dimaksud itu mungkin dokuritsu kali yah?
adipati kademangan
June 3, 2008 at 10:45 amNegeri dengan tatanan yang sangat buagus. Pancasila dan UUD 1945 sudah dirancang sedemikian rupa. Peraturan – peraturan sudah ada, ada Undang – undang, Inpres, Kepmen, bahkan semua pemimpin berhak unutk membuat peraturan. Karena banyak sekali peraturan yang dibuat maka diharapkan bisa meminimalisasi demo, protes apalagi anarkis.
Tapi sayang, rakyat dirusuh cari makan sendiri.
Fitra
June 3, 2008 at 1:30 pmAku kaya nya udah hampir lupa 5 butir pancasila…sek tak inget2 dulu….hehehe…yaa abis gimaan donk, dulu kan apa di luar kepala karena sebelum acara TVRI apa berita ya selalu ada lagu garuda pancasila….sekarang raib deh tuh lagu…..kedengeran pun jarang banget….OMG I think It’s been ages not hearing that song!
AngelNdutz
June 3, 2008 at 1:46 pm^^ Indonesia emg uda saatnyah bangkit!!!!
Satrio
June 3, 2008 at 3:44 pmpertanyaan besar yang menggantung dikepala saya,
sudahkah masing-masing dari kita menghayati dan mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
puputs
June 3, 2008 at 4:28 pmlima sila yang hanya di hapal, pajangan, hiasan, digunakan hanya sebagai symbol bahwa kita beradab. Pendidikan saya hanya ada di sekolah, hanya teori semua itu hanya teori….
kasihanilah saya
George Soedarsono Esthu
June 3, 2008 at 4:59 pmTentang Pancasila
Gagasan yang lahir di benua selalau ekstrim;
Gagasan yang lahir di kepulauan selalu seimbang; Nyepi di Bali, Nyadran di Jawa; dst …
Ketuhanan Yang Maha Esa maknanya memelihara dan melindungi ciptaan Tuhan. Pembanguan kita?
Kemanusiaan yang adil dan beradab maknawiyahnya menghargai perbedaan;
Persatuan Indonesia adalah semangat ke-Nusantaraan, nusa diantara 2 benua yang memikul dan dipikul naturnya; kita adalah bangsa bahari yang semangatnya dipersatukan oleh tanah dan air; namun kebudayaan kita berhenti di daratan sehingga bangsa kita mabuk daratan, padahal kita ini bangsa bahari;
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan kristalisasi dari keadaan azali bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris yang komunitarian, dimana agri kultura tak terpisahkan dari kultura animi. Pasar adalah derivasi, sehingga yang primer adalah paguyubannya.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengajak kita untuk hambeg adil parama arta, berbudi bawa leksana, mamasuh malaning bumi, mangasah mingising budi; untuk mencapai wirya, arta, wasis. Agar jangan sampai salah duduk dalam mendudukkan masalah.
George Soedarsono Esthu
June 3, 2008 at 5:02 pmGagasan yang lahir di benua selalau ekstrim;
Gagasan yang lahir di kepulauan selalu seimbang; Nyepi di Bali, Nyadran di Jawa; dst …
Ketuhanan Yang Maha Esa maknanya memelihara dan melindungi ciptaan Tuhan. Pembanguan kita?
Kemanusiaan yang adil dan beradab maknawiyahnya menghargai perbedaan;
Persatuan Indonesia adalah semangat ke-Nusantaraan, nusa diantara 2 benua yang memikul dan dipikul naturnya; kita adalah bangsa bahari yang semangatnya dipersatukan oleh tanah dan air; namun kebudayaan kita berhenti di daratan sehingga bangsa kita mabuk daratan, padahal kita ini bangsa bahari;
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan kristalisasi dari keadaan azali bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat agraris yang komunitarian, dimana agri kultura tak terpisahkan dari kultura animi. Pasar adalah derivasi, sehingga yang primer adalah paguyubannya.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengajak kita untuk hambeg adil parama arta, berbudi bawa leksana, mamasuh malaning bumi, mangasah mingising budi; untuk mencapai wirya, arta, wasis. Agar jangan sampai salah duduk dalam mendudukkan masalah.
Embun
June 3, 2008 at 5:44 pmMa Iman… Kayaknya sedikit koreksi deh..
CMIIW, Komunisme bukan anti Ketuhanan, yang anti ketuhanan itu Atheis…. bener gak yah????
Komunisme = Community Isme… dan selanjutnya (gak paham)
Embun
June 3, 2008 at 5:46 pmERROR: Mas check lagi WordPress sampeyan.
Ini ada error :
Jadi banyak yang gak tahu, terus re-Post comment.. jadi dobel deh….
Embun
June 3, 2008 at 5:48 pmMungkin, kalau njenengan belum upgrade ke WP terbaru, sebaiknya upgrade deh… heheh (sok tahu).
(sekali komen langsung 3…..)
-nuwun…-
Iman
June 3, 2008 at 5:58 pmembun,
he he..okdeh
pinkina
June 3, 2008 at 6:43 pmkelas 3 SD saya sudah hafal 36 butir2 Pancasila itu loh mas (*sombong MODE :ON)
tapi skrg udah gak berbekas, dan ternyata sia2 aku menghafal, gak berguna huehuehuehue…
kalo yang diamalkan mungkin hanya 1 ato 2 butir hehehe….yg laen lupa 😀
fertob
June 3, 2008 at 10:48 pmSaya rasa, Pancasila itu terlalu hebat buat Indonesia. Sebuah ideologi berisi 5 ajaran penting yang sangat ideal dan boleh dikatakan merangkum hampir semua pemikiran-pemikiran dan ideologi-ideologi besar di dunia.
Pancasila itu sangat hebat. Tapi kehebatan Pancasila itu terlalu besar untuk ukuran ke-Indonesia-an kita, apalagi saat ini. 5 Sila itu terlalu hebat untuk dijadikan dasar bagi semua keanekaragaman di Indonesia ini. Orang Indonesia terlalu kerdil untuk menatap Pancasila dengan ide-idenya yang luar biasa. Pancasila memang masih di awan-awan.
Lan
June 3, 2008 at 11:17 pmpancasila menjadi jiwa bangsa..
jika ini bangsa ingin besar dan adil
nico
June 4, 2008 at 12:09 amjika panca sila hanya sekedar hafalan, gimana mau melekat di dada.
nah, kl yg ga hafal?
hehehe.. ah sudahlah.
*btw, baru baca ini puisinya m yamin, tengs mas:)*
Moh Arif Widarto
June 4, 2008 at 12:57 amBerarti benar dong tulisan saya ketika menyambut hari lahir Pancasila (1 Juni). Saya membuat tulisan berjudul Pancasila Nilai-nilai Langit, bukan Bumi. Silakan diperiksa kalau tidak percaya.
Hari ini saya kembali menurunkan tulisan tentang Pancasila yang berjudul “Pancasila Urusan Negara, Bukan Pribadi”. Silakan pula dicek kalau tidak percaya.
Vina Revi
June 4, 2008 at 6:32 amdi TK-nya Kayla dulu masih diajarin ngapalin Pancasila tiap hari Senin, tuh!
Yoyo
June 4, 2008 at 8:16 amakibat reformasi yang prematur dan demokrasi yang kebablasan……..
anusapati
June 4, 2008 at 9:58 amSambil sesekali memandang deretan hutan jati di daerahnya, barang kali ia teringat puisi yang dibacakan Muhammad Yamin di sela sela persidangan BPUPKI.
Setidaknya politikus zaman dulu bener-bener benar memanfaatkan waktu luang. Kalo sekarang, di sela persidangan kan, politikus pilih bobo-bobo siang ama sekretaris, atau menghitung duit komisi. Hehehe
omith
June 4, 2008 at 10:13 aminget jaman sekolah doloe kalo baru masuk smp kudu bisa sumulasi P4 ..hmm apal smua sampe dilombakan menang pulak..weleh.. sekarnag koq ga da apa apa na ya pancasila dirimu kemana siy ato org 2 sudah kehilangan panca yg bukan bersila lagei.. *hmm
bangsari
June 4, 2008 at 11:21 amsusahnya jadi warga negara republik ini. dasar negara yang lama dibuang, yang baru ndak ada. sistem yang lama di”reformasi”, sistem barunya belum jadi.
semrawut.
fitri mohan
June 4, 2008 at 11:33 amseandainya puisi muh yamin benar-benar sudah terjadi sekarang ini…
windede
June 4, 2008 at 12:58 pmhmm… mestinya penataran P4 dulu itu diaktifkan lagi, tentu dengan metode dan konsep yang lebih menarik…
sluman slumun slamet
June 4, 2008 at 6:36 pmanggota dpr hanya bisa mengamalkan sila ngkangan….
cak dh1k4
June 5, 2008 at 5:43 pmSaat ada orang yang mencoba menanyakan apakah Pancasila maih relevan untuk diterapkan pada mas kni ? jawabannyadalah relevan. Yang menjadikan Pancasila tidak lagi relevan bukan dari inti Pancasila tersebut tapi adalah para pelakunya yang mencoba untuk menjejalkan isme-isme lainnya. Kalo kita mencoba untuk sedikit saja memahami butir butir dan sila silanya, mana ada yang merugikan ? pancasila ibarat senjata bagi penguasa. Senjata bisa untuk membunuh, menakut nakuti dan mengancam orang lain, namun jug abisa melindungi orang lain. seperti yang say katakan tadi, yang mbikin tidak relevan itu adalah oknumnya. Pancasila itu indah……..
Nyai Blorong
June 6, 2008 at 3:05 pmTentang Pancasila, ada sedikit pendapat Bang Ali Sadikin dlm pidatonya yg hari ini saya temukan di youtube : bahwa kita semua telah menghianati Pancasila. Lho, masak semuanya ya? Memang
banyak yg menghianati, tapi banyak juga yg membela, artinya tidak membengkokkannya.
Pidato itu bisa dilihat di youtube, dg mengisi kolom “search” dg kata ” rekonsiliasi”.
Kadospundi pendapat mas Iman ?