Browsing Tag

TVRI

Bung Karno & TVRI

Ide tentang siaran Televisi sudah dipikirkan Bung Karno sebelum Pemilu tahun 1955. Hanya saja situasi politik saat itu masih belum mengijinkan pembentukan televisi nasional dan proyek itu masih dianggap terlalu mahal, sehingga harus ditunda. 

Tapi menjelang perhelatan Asian Games IV tahun 1962, mantan Menteri Olahraga Maladi mengingatkan kembali Bung Karno tentang pentingnya kehadiran televisi. Maladi percaya bahwa siaran olahraga melalui televisi akan membangkitkan nasionalisme dan kebanggaan bangsa yang sempat dikacaukan berbagai gejolak pada awal kemerdekaan Indonesia. 

Bung Karno saat itu melihat tidak ada masalah dengan pendanaan karena Indonesia memilki dana pampasan perang dari Jepang. Dengan televisi, masyarakat di pelosok tanah air tak cuma mendengar suara tapi bisa melihat bagaimana para atlet Indonesua berjuang di pentas olahraga terbesar Asia itu. 

Sebagai seorang yang sudah keliling dunia, tentu Bung Karno paham bagaimana peran televisi, sebagai sebuah sarana untuk menunjukan kebesaran bangsa Indonesia ke seluruh dunia. Ia menggambarkan televisi sebagai alat untuk pembangunan bangsa, revolusi, dan pembentukan manusia Indonesia.  

Continue Reading

Dibalik malam Kudeta PKI

Banyak pertanyaan yang terus diulang ulang sehingga menjadi kebimbangan publik, yakni apakah Bung Karno mengetahui rencana G 30 S PKI terutama pada malam 30 September 1965. Narasi, dokumentasi yang diciptakan orde baru memang seolah olah Bung Karno mengetahui dan bahkan merestui penculikan para jenderal tersebut. Semua plot dimulai dengan kisah dalam acara Munastek di Istora Senayan, dimana Bung Karno menerima surat dari seorang tentara yang memberi tahu bahwa gerakan akan dimulai malam ini. Kemudian selanjutnya Bung Karno memberi wejangan soal wayang dalam episode Barata Yudha yang diartikan jangan ragu ragu untuk bertindak walau harus berhadapan dengan saudara sendiri.

Ternyata ada penjelasan yang luput dari scenario orde baru, yakni kesaksian Eddi Elison, reporter TVRI yang bertugas malam 30 September. Mendadak ia diperintahkan Kol Saelan untuk jadi MC dalam acara Munastek di Istora Senayan. Begitu memasuki Istora Senayan, ia langsung melihat spanduk di belakang mimbar yang berisi kutipan perintah Khresna kepada Arjuna dalam bahasa Sansekerta, yang mana Arjuna bimbang dalam perang Baratha Yudha karena harus berhadapan dengan saudara saudaranya sendiri.

Kutipan dari Bhagavad Gita, itu seharusnya ditulis Karmane Fadikaraste Mapalesyu Kadtyana ( kerjakan semua tugasmu tanpa menghitung untung rugi ).
Namun pada malam itu ditulis Karamani Evadi Karatse Mafealesui Kadatyana. Sebagai orang yang mengerti hikayat Barata Yudha, Eddi Elison mengetahui penulisannya salah. Presiden pasti cermat dalam membaca sesuatu.

Continue Reading

Keberpihakan media TV dalam Kampanye

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia hasil munas 1993, Megawati Soekarnoputri pernah mengeluh kalau dirinya tak kalah cantik dengan bintang bintang sinetron di TV. Tapi kenapa tayangan wajahnya hampir tak tampak di televisi, baik TVRI atau TV swasta, tanyanya lebih lanjut. Uneg unegnya muncul pada HUT PDI di Denpasar tanggal 16 Mei 1993. Megawati secara terbuka menuntut TVRI agar lebih adil memberitakan berita seputar parpol dan Golkar. Seperti biasa protes itu dianggap angina lalu. “ Biarkan Parpol memprotes, TVRI tetap berlalu “.

Tentu jaman itu, siapa bisa melawan penguasa ? Hasil penelitian Harian Media Indonesia selama 3 bulan, April sampai Juni 1995, bisa sebagai dijadikan sample. Disebutkan TVRI menyiarkan kegiatan Golkar sebanyak 98 kali. PPP 10 kali dan PDI 2 kali. Sementara liputan ketua umum juga tidak seimbang. Harmoko menapat 38 kali. Ismail Hassan 10 kali dan Megawati 1 kali.

Menjelang pemilu 1997, Aliansi Jurnalis Independen mencatat total tayangan TVRI pada bulan Oktober – Desember 1998 adalah : Golkar 34 menit 18 detik. PPP 1 menit 20 detik, dan PDI 3 menit 9 detik. Itu diluar materi berita seperti temu kader Golkar, apel siaga dan sebagainya. Bahkan untuk HUT Golkar pada bulan Oktober 1996 , mendapat tayangan khusus berdurasi 3 jam non stop. PDI malah tidak mendapat ijin, dan massa PPP dikritik karena pawainya menyalahi aturan.

TV TV swasta yang notabene dimiliki patron patron penguasa, sama saja. RCTI , ANTeve. Selama pengamatan AJI 3 bulan itu, PPP hanya sekali masuk RCTI. Itupun berita negative, yakni calegnya yang ditolak Lembaga Pemilihan Umum. Itupun yang diwawancarai bukan orang PPP, tapi direktur BIA. Mayjen Farid Zainuddin.
Secara total RCTI meliput Golkar sebanyak 7 kali selama 8 menit, dan 7 kali di ANTeve selama 7 menit 11 detik. PPP hanya sekali di RCTI selama 55 detik, dan PDI hanya sekali di ANTeve selama 3 menit.

Continue Reading