Sultan Hamengku Buwono IX

Suatu hari terjadi hiruk pikuk kehebohan di depan pasar Kranggan tahun tahun selelah Indonesia merdeka. Saat itu ada seorang wanita pedagang beras yang jatuh pingsan. Usut punya usut, wanita tua itu baru mengalami kejadian yang hanya terjadi seumur hidupnya. Sebelumnya wanita ini sedang menunggu kendaraan di tepi jalan, tiba tiba muncul kendaraan jeep dari arah utara menuju selatan. Wanita ini memang biasa nunut nunut kendaraan yang lewat, dan membayar satu rupiah untuk sekali jalan.
Jeep Willys itu berhenti dan wanita itu menyuruh si ‘ supir ‘ untuk membantu mengangkat karung berasnya. Entah berapa karung, dan supir itu menurutinya.

Setibanya di pasar Kranggan, supir itu juga menurunkan beras berasnya dan menolak ketika dibayar oleh si wanita itu. Tentu saja wanita tua itu marah marah karena mengira si supir meminta uang lebih. Di tengah kemarahannya, si supir lalu pergi begitu saja.
Belum selesai marah marah, seorang polisi menghampiri dan memberitahu siapa sosok supir yang menolak uang tadi.
Tak heran kemudian ia jatuh pingsan. Supir itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sang Raja Jogja.

Sultan selalu tersenyum kalau ditanya tentang kejadian ini. Ia seorang raja yang demokratis dan menghargai rakyatnya. Ia memang tak suka formalitas, dan senang menyupir sendiri mobilnya. Seorang wartawan Jogja yang hendak menyembahnya saat mewancara Rajanya, diminta untuk bersikap biasa saja. Bersalaman.
Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Jogja, karena udara panas. Di daerah Cirebon Sultan melepas bajunya dan ia menyetir telanjang dada. Seorang polisi sempat menyetopnya dan memeriksa SIM. Polisi itu kalang kabut mengetahui bahwa sosok di dalam mobil itu seorang Raja dan Menteri Pertahananan RI.

“ Walaupun saya mengenyam pendidikan barat, namun pertama tama saya adalah dan tetap orang Jawa. Maka selama tak menghambat kemajuan, adat akan tetap menduduki tempat yang utama dalam Keraton yang kaya akan tradisi ini “
Demikian petikan pidato pelantikannya sebagai Raja Jawa di Bangsal Kencana pada tanggal 18 Maret 1940.

Sejak kecil Dorodjatun – nama kecilnya –oleh ayahandanya dititipkan pada sebuah keluarga Belanda. Ini agar ia mendapat pendidikan secara barat dan bisa memahami jalan pikiran orang orang Belanda. Ia selanjutnya meneruskan kuliah di jurusan Indologi Universitas Leiden yang terkenal di negeri Belanda.
Dorodjatun tak menyelesaikan karena ia dipanggil pulang ayahnya yang sakit keras.
Di pelabuhan Batavia, ia merasa heran ketika adik adiknya menyambut dengan bahasa Jawa halus. Bukan bahasa Jawa sehari hari yang biasa mereka pergunakan. Ia baru mengerti semua ini saat sang ayah yang menunggu di Hotel Des Indes, memberikan keris Kiai Jaka Piturun. Konon menurut kepercayaan di Kasultanan Jogjakarta, pemberian keris pusaka itu sebagai tanda pewarisan tahta kerajaan.

Raja muda itu sama sekali tidak merasa sangsi terhadap masa depan kerajaannya saat proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehari setelah kemerdekaan ia mengirim kawat ucapan selamat kepada Soekarno – Hatta, dan dr. Rajiman Wediodiningrat, sebagai ketua BPUPKI.
Ia yang sebelumnya tak begitu mengenal Soekarno – Hatta, percaya dengan hari depan Republik baru ini.
Dua hari kemudian pada tanggal 20 Agustus 1945, Sultan mengirimkan kawat lagi yang dengan spontan ia mengatakan “ sanggup berdiri di belakang pimpinan mereka “. Kedua kawar itu diikuti oleh pernyataan yang sama dengan jalan yang sama dari Paku Alam.

Pada tanggal 5 September 1945, Sultan mengeluarkan amanat yang intinya Nyayogkarta Hadiningrat berbentuk kerajaan yang merupakan bagian dari Republik Indonesia dan memiliki hubungannya bersifat langsung dengan Pemerintah pusat serta bertanggung jawab terhadap Presiden RI.

Pemerintah Pusat juga mengirimkan piagam mengenai kedudukan Yogjakarta,
Kami Presiden Republik Indonesia menetapkan :

Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang kaping IX ing Ngayogyakarta Hadiningrat,pada kedudukannya dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka Kanjeng Sultan akan mencurahkan segala pikiran,tenaga,jiwa dan raga untuk keselamatan daerah Yogyakarta sebagai bagian Republik Indonesia.

Jakarta 19 Agustus 1945
Presiden Republik Indonesia

Suatu keputusan yang tepat ketika Republik muda ini menghadapi ancaman musuh, ternyata Sultan danYogja menampilkan diri sebagai pendukung yang tangguh.
Pada tanggal 4 Januari 1946, di Stasiun Tugu Sultan sendiri menyambut pimpinan Republik yang mengungsi dan memindahkan ibu kota Pemerintahannya di Jogjakarta. Sejak itu Jogja menjadi kota revolusioner dengan gegap gempita perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dukungan ini tidak setengah setengah. Ada beberapa bulan Sultan harus mengambil peti peti kerajaan yang berisi uang perak dan gulden untuk membayar gaji pegawai Pemerintahan. Juga menyediakan gedung gedung untuk administrasi pemerintahan negara muda ini.
Bung Hatta pernah mengatakan jumlah uang yang dikeluarkan Sultan mencapai 5 juta gulden, dan ia pernah menanyakan kepada Sultan, apakah perlu diganti. Sultan tak pernah menjawabnya sampai akhir hayatnya.

Apa jadinya Republik ini tanpa dukungan Kesultanan Jogja ? Sultan selalu menolak ajakan kerja sama dari Belanda saat pendudukan Agresi Militer. Kolonel Van Langen – Penguasa Militer Jogjakarta – selalu berhadapan dengan Raja Jawa yang cerdas, berwibawa dan tak mau berkompromi.
Tawaran untuk menjadikan Wali Super atau Raja atas wilayah seluruh Pulau Jawa dan Madura ditolaknya. Sama sekali tak ada keraguan untuk menyambut proklamasi dan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Sultan seorang yang rendah hati bahkan ketika penguasa orde baru ingin meminggirkan perannya dalam proses Serangan umum 1 Maret 1949.
Waktu itu Pak Harto menginginkan posisi yang seimbang dalam Film “ Janur Kuning “, sewaktu pertemuan mereka di Prabuningratan sebelum serangan umum. Dengan memakai kursi yang sama. Padahal dalam situasi sebenarnya, dalam ruangan itu hanya satu kursi yang memiliki dua lengan disampingnya dan kursi kursi biasa tanpa lengan.
Kursi dengan lengan hanya untuk Raja. Sementara posisi Pak Harto dengan memakai pakaian abdi dalam harus duduk di kursi biasa.

“ Sudah biarkan jika itu maunya dia “ Sultan mengatakan kepada Sutradara filmnya ketika datang berkonsultasi.

Sultan sangat paham bahwa tradisi Jawa bisa seiring dengan dunia modern, sehingga ia berpendidikan barat masih nglakoni budaya tradisinya. Seperti bertemu Ratu Pantai Selatan yang ia panggil Eyang Rara Kidul.
“ Setelah menjalani ketentuan seperti puasa, saya bisa menemuinya. Pada jam 12 malam wajahnya cantik, tetapi semakin larut pagi, wajahnya semakin tua “.

Sultan juga seorang seniman yang menciptakan tarian Bedhaya Manten. Bahkan tarian Golek Menak ada campuran unsur Minangkabau dan Sunda. Ia memang seorang pluralis dan menghargai keanekaragaman bangsanya. Tak berlebihan, masa revolusi Jogja menampung pejuang pejuang dari seluruh negeri. Sahabat sahabat Sultan sendiri dari berbagai kalangan suku bangsa.

Apa yang membuat kedudukan Jogjakarta menjadi Istimewa selain kontribusinya dalam revolusi Kemerdekaan ? Pada dasarnya sesuai penjelasan pasal 18 UUD 45 di wilayah Indonesia terdapat 250 zelfbesturende land schappen seperti desa di Jawa, Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, termasuk keraton.
Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan kedudukan daerah Istimewa tersebut dan ingin menjaga keseimbangan politik atas wilayah yang dulu bernama Hindia Belanda.
Namun bahwa arus revolusi ternyata menggilas semua swapraja kecuali Kesultanan dan Pakualaman yang segera setelah proklamasi Kemerdekaan menyambut dan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Selama revolusi fisik memang ada usaha untuk menghapus Kesultanan dan Pakualaman, tetapi tak pernah berhasil. Ini karena kedua pemegang kekuasaan swapraja sangat tanggap terhadap perubahan politik yang ditimbulkan oleh proklamasi Kemerdekaan. Kedua raja ini telah menempatkan sebagai ahli waris dari kerajaan terhormat yang sejak dahulu selalu mengadakan perlawanan terhadap penjajah.

Jadi apakah kita masih harus memperdebatkan status Daerah Istimewa yang dimiliki Yogjakarta ?

You Might Also Like

91 Comments

  • iwan kamah
    January 6, 2009 at 10:42 pm

    Jogjakarta HARUS tetap istimewa. Sultan ya otomatis jadi gubernur. Itu udah sejarah. Anak-anak yang baru lahir kemarin atau yang (maaf) kencingnya belum lempeng, jangan sok pinter. Kalau mau teori2 kuliahan soal demokrasi, lihat propinsi lain aja. Jangan Jogja. Kalau Sultan mencabut maklumatnya, Jogja bisa jadi kerajaan berdaulat lagi. Ada Timor Timur kedua dong. Kalau org luar jadi gubernur Jogja, kayak anak kos yang jadi kepala rumah tangga induk semangnya. Jogja tetap ISTIMEWA. Pake telor!

  • agus p
    January 21, 2009 at 1:49 pm

    ach. kok repot-repot. cabut saja maklumat hb ix. merdeka!
    inilah repotnya. kalau budaya kita belum biasa budaya tulis. susah cari bukti. nyuwun sewu. sultan hb ix, tidak kersa untuk ditulis kisahnya, bahkan oleh putra sendri hb x. padahal banyak untuk dicontoh, sayang cuma pada tataran lesan.
    entah, kebetulan, mirip, antara mekah – medinah, jakarta-jogja. ketika kisruh-kisruhnya awal merdeka, bukannya pemimpin kita minggat. tapi hijrah ke jogja untuk berbuat yang lebih baik. dan nyata hasilnya, setidaknya kita telah menikmatinya, meski makna ini harus terus diperbarui seiring perubahan. sebab yang abadi perubahan itu sendiri.
    kisah menarik dari hb ix sebetulnya masih banyak. bahkan membrikan sangu, bekal, kepada para pelajar muda. buktinya; ketika kongres pelajar I se indonesia, 27 sepetember 1945 memberi wejangan khusus: “janganlah kamu menjadi antek dari bangsa asing”
    itulah cikal bakal lahir tentara pelajar, satu-satunya di dunia. spirit para muda inilah yang layak diconto. melahirkan ‘ikrar pelajar’. bukan cuma demo pelajar waktu itu, tapi perbuatan nyata, riil. setelah merdeka pun yang namanya kosenadi hardjasoemantri menggerakkan rekan untuk keluar jawa daerah terpencil, jadi guru dikenal dengan petema, ‘penggerak tenaga mahasiswa’. ayo siapa mau nyonto?
    Juga, perjuangan ngurah rai sampai jogja, sehingga mendapat julukan ‘ngurah mataram’ .
    juga, kalau ada yang ngomong reformasi hukum amburadul, karena kita tidak mau nyoto reformasi hukum di jogja.
    ketika bung karno pertama masuk istana, ya di jogja, bukan jakarta. tapi apa? ada usaha kudeta dikenal peristiwa 3 juli 1946. terlepas dari soal politik nyatanya semua diselesaikan jalur hukum. mereka yang terlibat diadili, m yamin, adam malik dll. pengadilannya, sekarang untuk bank indonesia, ya di sini reformasi hukum. ternyata mereka yang salah masuk penjara wirogunan. kemudian oleh bung kano dimaafkan. inilah pelajaran berharga, disamping hukum ditegakkan ada sisi kemanusiaan. mereka yang dibebaskan konstruktif membangun negara. bahkan ada yang jadi pimpinan di negara kita.
    masih banyak peristiwa di jogja yang layak jadi teladan dalam membangun bangsa. istimewa bukan sekedar daerahnya. yang penting perbuatannya. untuk apa demo? bukan berarti demo tidak penting, tapi tindakan riil sesudah demo itu yang perlu dilanjutkan. koesnadi yang kemudian jadi rektor ugm dan kawan-kawan telah jadi teladan, meski ia putra sunda. kiranya, perjuangan pelajar-mahasiswa di kota istimewa ini dapat jadi rangkaian perbuatan nyata yang indah. semoga.

  • Pangeran
    October 8, 2009 at 6:15 pm

    Kepada Sri Sultan HB X, dari pada berlarut2 dan Pemerintah Pusat tdk ada itikad baik utk menyelesaikan lebih baik cabut Maklumat 5 Sept 1945. Dan menjadi negara merdeka seperti Brunei.

  • Berly
    January 10, 2010 at 3:35 pm

    Yang penting jgn pernah merasa memiliki borobudur yg milik magelang dan prambanan yg milik klaten…

  • ria
    January 16, 2010 at 10:11 am

    mas… tolong buat Face book nya Sri Sulta HB IX…kan penggemar beliau banyak sekali..tuch,,,

  • Chris
    January 25, 2010 at 1:40 pm

    Saya sangat setuju jika Yogyakarta disebut sebagai Kota Pancasila, tempat pondasi dan dasar negara RI dipertahankan sebagai mana kisah sejarah Sultan Yogya yang gigih mempertahankan eksistensi Indonesia saat masa perjuangan.

    Saya tidak setuju dengan Yogya kota serambi Medinah, tetapi sangat mendukung Yogya Kota Pancasila. Medinah, kota Arab Saudi yang tidak ada sangkut pautnya dengan perjuangan Indonesia, sedangkan Yogya adalah kota asli Indonesia dan harta karun bangsa ini yang tiada bernilai….

  • Exie Chirino
    March 27, 2010 at 4:08 am

    Summary of news of Tiger Woods

  • indra
    April 15, 2010 at 2:17 pm

    saya indra,,siapa pun yang membenci jogjakarta ato pun raja nya saya menyatakan perang.tak akan ada kerajaan yang layak menggantikan ngayogyokarto hadiningrat menjadi penguasa jawa,,,hidup kota nenek moyang ku

  • anti_elsa
    August 10, 2010 at 7:45 pm

    ooooooooooooooo

  • yunas
    August 25, 2010 at 10:29 am

    Sultannya pengen jadi presiden, tapi rakyatnya pengen Sultan jadi Gubernur.

  • hr.christiyono.a.
    September 18, 2010 at 10:09 pm

    HARGA MATI…….!!! YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA, SE[ANJANG HAYAT NUSANTARA, TETAP MERUPAKAN “DAERAH ISTIMEWA” DENGAN PENGUASA TUNGGAL “SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO”. YOGYA DAN SRI SULTAN HB, MERUPAKAN “PAKU JAGAD-NYA NUSANTARA”. MESKIPUN “SBY” PERNAH MENGHINA SRI SULTAN HB (X), SEBAGAI “SULTAN KETOPRAK”. LIHAT KARMANYA, PEMERINTAHAN “SBY” TAK PERNAH TENANG DI TERPA PRAHARA KASUS. SUNGGUH IRONIS……

  • Rubiyono
    October 3, 2010 at 11:15 am

    Sultanku Adalah Panutan warga jogja dan tetap kekal selamanya

  • eko supoyo
    November 29, 2010 at 9:33 am

    …. sekiranya kasultanan jogja tidak menyatakan bergabung dengan RI, mau mengungsi kemana ketika pemerintahan RI diusir dari jakarta saat class-2 ?…..

  • eko supoyo
    November 29, 2010 at 10:02 am

    17 agustus 45 adalah proklamasi/pernyataan kemerdekaan RI… apakah kedaulatan itu serta merta diperoleh begitu saja saat bung karno menyatakan proklamasi? tidak bkn? … kemerdekaan/kedaulatan diperoleh melalui perjuangan panjang selama 4 tahun dan baru pada tgl 19 desember 1949 melalui KMB, belanda dan dunia internasional mau mengakui kedaulatan RI, itupun sebasgai Republik Indonesia Serikat… tanpa harus menyatakan bergabung dg RI, bukankah kesultanan jogja sdh mendpt legitimasi dari belanda? jadi umur kasultanan jogja lebih tua dari RI bukan?…. upaya pemerintahan SBY meniadakan predikat “istimewa” pada jogja barangkali karena beliau tidak faham soal sejarah berdirinya RI…. lupa kacang pada kulitnya, lupa bahwa RI pernah numpang/ngungsi di jogja….. ada hal yg lebih penting drpd mempertentangkan antara sistem demokrasi dan monarki, krn sistem apapun yg dianaut klu MORALITAS BANGSA sdh rusak, maka kehidupan masyarakat tdk akan tentram n nyaman…. aplg tdk ada jaminan bhw demokrasi yg kita jalankan ini bebas dari uang… apa artinya demokrasi prosedural yg tak menjamin adanya kesejahteraan?….

  • mahadarma
    November 30, 2010 at 10:41 am

    pandangan Jusuf Kalla tentang Yogyakarta http://bola.tempointeraktif.com/hg/politik/2008/09/26/brk,20080926-137719,id.html

    Silahkan dikomentari

  • Felix Andromedha
    November 30, 2010 at 9:40 pm

    Saya mendukung Referendum ,percuma gabung NKRI ,NKRI dahulu dng sekarang sudah lain. dahulu Pro kerakyatan klo sekarang pro kepetingan pejabat.

  • fransambudi
    December 1, 2010 at 10:50 am

    Thank , cerita HB 9 yang humanis dan menggugah semangat persatuan dan peduli sejarah berdirinya Republik , bagaimanapun kita harus hormati Kesultanan Yogyakarta baik secara sejarah maupun perubahan di masa moderen. Yogya istimewa memang sejarah yang menghendaki, kita sebagai generasi muda Indonesia moderen tidak harus mencaci memaki kesultanan sekarang karena kita tidak mengetahui penderitaan masa silam bangsa ini. Biarpun kita beda suku dan tempat lahir tapi kita harus ingat – respect to elder (hormati yang lebih tua). demokrasi tidaklah menghancurkan semua kepribadian baik masa lalu dan kini. Tidak ada yang mati dan kelaparan kalau tidak menerapkan demokrasi seperti sekarang ini. menghormati keistimewaan DIY bukan mengkultuskan tradisi kekeratonan , tapi menghormati para pendiri republik ini dan pengorbanan rakyat Yogya juga seperti halnya kita menghormati suku dan jatidiri kita sendiri. Sebagai orang Jawa akan menghormati suku di luar Jawa. Bila berpendapat mari masukkan dalam kerangka tradisi yang sesuai ukurannya agar kita tidak terjebak dalam egositas dan superioritas pribadi. ( buat Mas Imam ijin copas sebagai penghargaan tulisan yang inspiratif – terimakasih)

  • amamoto
    December 1, 2010 at 2:20 pm

    yang butuh jaminan…aku siap jamin kok :mrgreen:
    uppss, jangan samakan kraton surakarta dengan kasultanan Ngayogyakarta, secara: Kasunanan Surakarta pada 1945, malah mendukung satus quo alias penjajahan Belanda 😀 itu yang menyebabkan Soekarno selamat hayat tidak pernah menyebut surakarta tapi SOLO … alias Mlaku dewe

  • perry
    December 2, 2010 at 8:03 am

    Nice Info, senang berkunjung & membaca di blog ini.
    Thanks

  • orbaSHIT
    December 6, 2010 at 11:22 am

    tolong jangan reaksioner dong agan agan…SBY khan “jendral pemikir” ini kata wikileaks loh 🙂
    jadi mungkin beliau memikirkan kasus “pengalih perhatian” baru agar rakyat “lupa” terhadap kasus yang sudah-sudah..khan bangsa kita ini terkenal sebagai bangsa yang mudah “LUPA” terhadap sesuatu apalagi SEJARAH alias forgetful nation..kemudian DIY mo referendum emang gampang ngelakuinnya tolong pikirkan secara jernih dampak dan kelanjutan wacana ini…last but not least apa tidak mungkin ada yang sengaja “mengadu kebo” antara SBY vs sultan ?

  • irawan ca
    December 21, 2010 at 11:20 pm

    wis… ga usah podo kakean debat. intine sby + indonesia dikitpun ga ngregani Jogja lagi. lbh baik jogja kembali seperti asal, brdiri sendiri. KASULTANAN NGAYOGYAKARTA HADININGRAT. sekaligus kanggo jawab tantangan mendagri.

  • Moch. Sahrodi
    January 5, 2011 at 2:26 am

    Objektif dan proporsional baik dalam menelaah maupun dalam mengerluarkan statemens sangat dibutuhkan bagi semua sebagai penerus bangsa. Ingat, pemimpin, rakyat, raja, presiden dan orang2 terdahulu memperjuangkan Negara ini demi kita semua… Mari kita bersama-sama bersatu sebagai BANGSA YANG SATU, INDONESIA untuk melanjutkan dan lebih mengoptimalkan tujuan dari perjuangan leluhur kita untuk negeri ini. Mari kita leburkan segala perbedaan demi negeri ini, negeri yang telah menjadi saksi dan memberikan kehidupan bagi kita hingga saat kita sekarang ini.

  • satria janisar
    June 22, 2011 at 11:16 am

    salut pada ISKS Sri Sultan Hamengkubuwono ingkang kaping X/sedasa. walaupun seorang sultan, ia tetap bersahaja dan apa adanya dan telah memberikan kontribusi yang besar bagi negeri ini. sudah sepantasnya kalau kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat diberi status istimewa.

  • Sigit Cahyanto - Cokro_paten
    August 14, 2011 at 8:57 pm

    Sultan HB IX … Presiden Tanah Djowo. ” Hayu Hamemayu Rahayu “

  • david
    September 10, 2011 at 1:44 pm

    saya setuju dengan penulis blog ini… saya sudah membaca “tahta untuk rakyat” karena rasa ingin tau saya tentang kesultanan dan keistimewaan jogja #karena saya pendatang.
    jadi saran saya; yang belum baca, baca dulu-lah sebelum anda berargumen biar debatnya jadi gak kemana-mana. anda cinta indonesia dan sistem pemerintahannya,begitu juga orang jogja,saya juga.

    saya sudah membaca sejarah amerika, biografi pemimpinnya….dan kenapa warga amerika begitu bangga pada negara mereka?
    saya ke china dan pelajari china yang terus maju (bahkan sangat pesat hari ini) tanpa terpengaruh budaya barat yang mendominasi dunia pada waktu itu (malah sangat banyak orang cina yang belajar di luar china saat itu, kemana lagi kalau bukan ke barat)…dan kenapa china sangat kokoh sekarang?

    KARENA SEJARAH DAN FILOSOFI LELUHUR YANG MEMBANGUN NEGARA ITU DAN DIPAKAI SAMPAI SEKARANG. so buat yang tidak mau tau sejarah, bahkan sampai mengabaikan.. itu pilihan bung, sayangnya ANDA-lah yang pasti terlindas zaman dan modernisasi itu sendiri!!!

    biarkan jogja dengan keistimewaannya! dan saya 3000% sangat yakin, mau pemilu bolak balik bolak balik untuk pilih gubernur.. tetap aja sultan yang pasti dipilih untuk memimpin JOGJA.

  • sunan kalijaga
    October 8, 2011 at 12:02 pm

    jogjakarta adalah istimewa,sangat istimewa dan selalu istimewa dengan kultur religi,spiritual dan budayanya yang berpadu secara integral dan apik.yogya adalah universitas kehidupan,bagi siapa saja ynag mau belajar dan menjadi pembelajar,.daerah istimewa yogyakarta.selalu istimewa .dan salam istimewa,semoga kita selalu menjadi orang orang yang istimewa dan bijaksana.amin

  • bumitana
    October 18, 2011 at 1:33 pm

    Keraton yogyakarta hanya tinggal menunggu kehilangan kekuasaan. hal ini tercermin dari falsafah jawa, bahwa keraton di jawa hanya bertahan sampai raja yang ke-10. sebagai contoh keraton surakarta mencapai kejayaan hanya sampai paku bubuwono x. demikian juga yogyakarta, raja tidak mempunyai anak laki-laki sebagai penerus tahta,yang di adat jawa yang berpegang tegunh pada ajaran islam itu sangat penting. tidak mungkin seorang raja akan mewariskan tahta pada anak perempuan.
    kita hanya bisa menunggu waktu, apakah keraton jogja akan bertahan?
    hanya Tuhan yang tahu.

  • masud
    October 24, 2011 at 12:38 pm

    ada pusaka peninggalan kraton solo, kiyai tundung musuh, kiyai jangkung paso pati kurung bagi yang tertarik hub 085 225 755 619

  • masud
    October 24, 2011 at 12:53 pm

    pusaka peninggalan HB.ke X pusaka kiyai tundung musuh, kiyai jangkung paso pati kurung bagi yang tertarik hub 085 225 755 619

  • abdul muhaimin
    December 19, 2011 at 1:57 pm

    jogja meniko tlatah ingkang ayem tentrem, mboten remen cecengilan,padudon,dredah amargi kerakusan politik, ingkang remen cengkah meniko amargi rumaos kawon pamoripun kaiyan ngerso Dalem lajeng serik tuwin drengki. monggo kito rimat Jogja city of toleran. kejawi meniko miturut pemanggih kulo sedoyo kerajaan ageng ing Nusantoro ingkang gunggungipun 45 kerajaan ingkang manunggil ing wadah FKN (festival Kraton Nusantara ) namung kantun Ngayogyakarta hadiningrat ingkang taksih dados centre of cultural, eman sanget menawi situs budaya lan sejarah lajeng risak amargi pemanggih ngengingi demokrasi ingakng cupet, nuwun,nuwun, nuwun. rahayu !

  • W IBNU PRANAWA
    December 24, 2011 at 10:13 pm

    Sultan HB X , cermin dan atau sample pemimpin yang berjiwa dan bernalar luas melebihi luasnya negeri. Smart, cekatan dan do / action, dan tetap humble, inilah ciri paling mengesankan beliau. Andaikan NKRI ini punya pemimpin seperti itu dan mampu menyesuaikan kondisi jaman, wah pilih aja terus jadi presiden…ndak usah pakai pemilu…. PRO 100% ke NKRI.,…

  • “Semangat dan Inspirasi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX bagi Generasi Penerus Bangsa” : aang17.blog.ugm.ac.id
    May 5, 2012 at 7:50 am

    […] dan inspirasi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX bagi Generasi Penerus Bangsa adalah nasionalisme, kesederhanaannya, demokratis, menjadi panutan, rendah hati, inspirator rakyat, […]

  • gurukecil
    May 7, 2012 at 12:31 am

    Orang pusat itu memang pinter. Tapi saya heran, apa mereka gak tau kalau Inggris itu kerajaan ya? Siapa berani bilang Inggris gak demokratis? Pemilihan pemimpin itu hanya bagian kecil demokrasi yang dibesar-besarkan. Itu baru sekedar dari rakyat (memilih). Lalu setelah terpilih apa mereka menjaga amanat suara rakyat (oleh rakyat)? Belum lagi untuk rakyat, mana? Boro boro untuk rakyat, semua sibuk memperkaya diri sendiri. Berapa pemimpin yang terpilih melalui pemilu kepala daerah langsung (PILKADAL) yang akhirnya masuk bui? Saya bukan orang Yogya, tapi mendukung Yogyakarta tetap berstatus istimewa

  • TIR's blog » Post Topic » Sri Sultan Hamengku Buwono IX Menanti Jawaban
    May 29, 2012 at 9:46 pm

    […] Iman Brotoseno […]

  • tois
    October 17, 2012 at 2:18 pm

    Mohon maaf untuk semua, krn saya baru membuka blog yang berisikan tentang HB dan Keistemewaan Jogjakarta.

    menurut saya, persoalan Keistemawan Jogjakarta mengapa harus menjadi perbincangan panjang dan (saya) rasa membosankan, karena jika kita ingin realistis tentang keberadaan DEMOKRASI yang berkembang di Negeri ini, apakah pemilihan Kepala Daerah sudah benar dan sesuai dengan tatanan demokrasi ? apakah demokrasi terasa lebih bijak dalam menentukan seorang kepala pemerintahan ?.

    perbincangan antara komentator di atas memang dapat memberikan ilmu dan wawasan dalam menyikapi permasalahan…terima kasih. tetapi mari kita tidak perlu lagi miembicarakan tentang keistemawaan suatu daerah, biarkan daerah tersebut berjalan seperti yang ada, toh, tidak mengurangi substansi dari kehidupan dalam negara Indonesia. Jogja, Aceh dan DKI jakarta adalah beberapa daerah yang mempunyai keistemawaan tersendiri. so…lebih baik mulailah berfikir dan bertindak…masih banyak pekerjaan lain yang lebih urgent ketimbang mengutak atik tentang KEISTIMEWAAN..

    NARKOBA, KORUPSI TERORIST, PENGRUSAKAN NORMA. saya fikir itu yang lebih baik di perbincangkan dan dicarikan solusi.

    terakhir….biarkan KEISTIMEWAAN itu tetap terjaga dan tetap berdoa agar tersebut dapat berjalan sesuai dengan cita – cita dari para PENDAHULUnya.

    sekali lagi mohon maaf jika kurang berkenan

  • notopawiro
    July 29, 2013 at 12:52 am

    Sebuah hal membanggakan kita memiliki keraton yogyakarta dan sri sultan. Jangan pernah berpikir apakah sultan X, XI, XII dan seterusnya akan sehebat sultan IX. Ngayogyakarta Hadiningrat adalah kerajaan yang beradat jawa, dalam darahny mengalir darah jawa dan pasti memiliki sifat jawa. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana mendukung sultan untuk menjadikan rakyat jawa menjadi makmur dan sejahtera

  • dody aprianto
    December 6, 2013 at 3:04 pm

    Hb IX merupakan contoh tauladan pemimpin yang arif dan bijaksana, tidak sombong, suka membantu rakyat susah…bukannya suka menyusahkan rakyat

  • jual hordeng
    March 16, 2014 at 8:50 pm

    At this moment I am ready to do my breakfast, once having my breakfast coming
    again to read further news.

  • aguk
    August 27, 2014 at 8:45 pm

    Rame kabeh..cuk

1 2

Leave a Reply

*