Pembantaian yang tidak tercatat

Di Jawa kami harus menghasut penduduk untuk membantai orang orang Komunis. Di Bali kami harus menahan mereka, untuk memastikan bahwa mereka tidak bertindak terlalu jauh – Sarwo Edhie , Komandan RPKAD.

Ucapan mertua Presiden SBY, itu dalam sebuah konperensi pers awal tahun 1966 antara telah dilaporkan dalam beberapa bentuk. Ini menjelaskan, salah satu sejarah paling kelam dalam bangsa ini, yang tak pernah ditulis dalam buku buku sejarah anak anak kita di sekolah.
Pembantaian mereka yang dianggap komunis paska pemberontakan G 30 S PKI yang gagal.
Kita mestinya sepakat bahwa pengungkapan itu bukan untuk menorah luka lama. Tetapi untuk sebagai bahan pelajaran sehingga tak terulang.

Laporan The Econimist London, berdasarkan informasi ilmuwan ilmuwan Indonesia, mengemukakan bahwa 100.000 orang tewas hanya dalam hitungan bulan Desember 1965 hingg Februari 1966.
Menurut Komisi Pencari Fakta yang dibentuk setelah peristiwa berdarah itu, jumlah korban hanya 78.000 orang. Tapi, Oei Tjoe Tat – menteri negara jaman Bung Karno – yang menjadi ketua tim, justru meragukan penemuan itu. Dalam perjalanannya melakukan penyelidikan ia justru dihambat oleh aparat militer setempat. Ia menyebutkan angka itu terlalu dikecilkan. Dengan menyindir ia menyebut bukan 78.000 tapi 780.000.

Dalam memoarnya, Oei Tjoa Tat menceritakan perjalanannya ke Bali, justru tidak bisa mendapatkan akses kemana mana, karena dikarantina di hotel, akhirnya dia bisa diselundupkan suatu malam, dengan melewati dapur untk bertemu sumber sumber penyelidikan.
Dari situ ia bisa mengetahui pembunuhan yang terjadi terhadap I Gede Puger, Ketua PKI Bali yang bertubuh gemuk. Tubuhnya dipotong potong, sehingga daging lemaknya terburai sebelum akhirnya kepala di tembak. Tidak hanya dia yang dibunuh, juga seluruh anak istrinya.
Bahkan Gubernur Bali, Anak Agung Bagus Suteja yang berafiliasi pada PKI, hilang tanpa bekas.

Suatu saat setelah laporan Komisi Pencari Fakta selesai. Oei Tjoe Tat dipanggil Bung Karno secara sembunyi bunyi.
“ Sst..sini sebentar,. berapa angka yang sesungguhnya..” tanya Bung Karno.
“ Lho khan ada releasenya Pak, sekitar 78.000 “.
“ Sudahlah saya tidak percaya “ sergah Bung Karno
Oei Tjoe Tat lalu melihat sekelilingnya karena takut ada yang mendengar. Lalu ia membisiki Bung Karno,
“ Ya..dikalikan 5 kali lipat saja pak dari angka itu “.
Kelak Oei Tjoe Tat ditahan rezim orde baru karena dianggap sebagai orang Soekarno.

Anehnya Komkaptib, lembaga bentukan Orde baru yang sangat berkuasa dan dapat menentukan hidup matinya seseorang. Dalam laporannya, menyebutkan angka hampir sebesar 1 juta orang, dengan perincian 800,000 korban di Jawa dan 100.000 korban di Bali dan Sumatera.
Besarnya angka itu juga menunjukan adanya praktek genosida ( genocide ) yakni menghilangkan kelompok tertentu.
Jika Pol Pot melakukannya pembantaian untuk menghilangkan kelas borjuis dan intelektual dalam beberapa tahun. Di Indonesia mereka melakukan pembantaian dalam hitungan bulan.

Ada beberapa cara penghitungan selain sumber sumber resmi di atas, seperti menghitung jenasah yang menjadi korban pembantaian – termasuk membongkar kuburan kuburan – walau agak sulit, karena banyak kejadian dengan membuang korban di jurang, hutan, tempat tempat terpencil atau membuat kuburan gelap.
Ada cara lain, meminta kesaksian dari korban yang kebetulan selamat, orang yang menyaksikan atau pelakunya sendiri.

Maskun Iskandar & Jopie Lasut, pernah mempublikasikan “ Laporan dari daerah maut Purwodadi “ dalam Koran ‘ Indonesia Raya tanggal 17 Maret 1969. Mereka menemukan tentara pangkat rendah dan dijuluki James bond agen 007 oleh rekan rekan instansi militernya. Dijuluki demikian karena memiliki lisensi membunuh seperti agen rahasia Inggris itu, dan dalam suatu kendurian warga, ia berkoar koar telah membunuh ratusan orang komunis.

Cara lain adalah dengan teknik demografi, membandingkan jumlah penduduk suatu daerah sebelum dan sesudah kejadian. Walau cara ini kurang efektif.
Ada cara lain yakni dengan metode intuisi, yakni secara moderat tidak terlalu kecil dan tidak dibesar besarkan. Robert Gribb yang menulis ‘ The Indonesian Killings ‘ menyebut 500 ribu sebagai angka yang wajar.
Jumlah tersebut didukung teknik yang dibuat Iwan Gardono, dalam disertasinya ‘ The Destruction of the Indonesian Comunist Party ( a comparative analysis of Esat Java and Bali ) di Harvard University tahun 1992. Ia menjumlahkan semua angka pada 39 artikel / buku yang mengulas pembantaian 1965 / 1966 dan membagi dengan 39 sehingga diperoleh angka rata rata 430.590 orang.

Statistik itu tidak menunjukan perasaan sesungguhnya, tidak menggambarkan ketika orang dibunuh dengan dingin, diperkosa serta kengerian yang luar biasa terjadi. Selain itu sebuah tanda tanya kenapa aparat militer tidak mencegah kejadian itu, justru membiarkan pembantaian itu terjadi.
Ucapan komandan RPKAD diatas menjelaskan bagaimana keterlibatan militer secara tidak langsung dalam pembantaian ini.

Terutama di Jawa, angkatan darat dengan kesatuan RPKAD menyebarkan daftar nama nama anggota PKI yang harus dibunuh, serta melatih organisasi pemuda sipil untuk bisa menguasai teknik dasar pertempuran – baca pembantaian.
Dalam pidatonya di Bogor tgl 18 Desember 1965, di hadapan mahasiswa HMI. Bung Karno meminta agar HMI ‘turba’ – turun ke bawah untuk mencegah pembunuhan massal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembantaian sangat keji. Orang disembelih, dipotong dan dibunuh begitu saja.
Bahkan orang tidak berani menguburkan jenasah korban.

Lebih jauh Bung Karno menggambarkan , “ Awas kalau berani ngrumat jenasah. Engkau akan dibunuh. Jenasah diklelerkan begitu saja, dibawah pohon, dipinggir sungai. Dilempar bagai bangkai anjing yang sudah mati “.

Bahkan dalam iring iringan mobil Bung Karno di Jawa Timur. Salah satu mobil diberhentikan, dan penumpangnya diberi bungkusan berisi kepala pemuda rakyat.

Pembunuhan orang orang Komunis ini terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Sebagian Sulawesi, Pulau Jawa, Bali, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Di Jawa kerusuhan anti komunis menyebar di seluruh penjuru pulau, dengan konsentrasi di pedesaan. Di Surabaya, muslim Madura adalah kelompok terbesar yang melakukan pembantaian, sementara di daerah lain unit unit militer, kelompok warga sipil yang sebagian besar anggotanya adalah para pemuda yang bergabung dengan partai politik antikomunis.

Disini Ansor yang berafiliasi dengan NU memainkan peranan penting dalam pembantaian ini. Gus Dur dalam masa jabatan kepresidennnya pernah menyuarakan rekonsiliasi serta permintaan maaf atas pembunuhan yang dilakukan orang orang Ansor dan banser NU.

Di Jawa tengah dan Jawa Timur sebagai ladang pembantaian utama mulai dari wilayah Banyumas, Solo, Klaten, Boyolali, Purwodadi sampai Pati. Sementara di timur, mulai dari Kediri, Ponorogo dan yang paling parah daerah Probolinggo, Pasuruan, Situbondo sampai Banyuwangi.
Bahkan Ansor sampai harus menyebrangi selat Bali, membantu membantai orang orang komunis di daerah bali barat.

Awalnya memang orang orang Komunis sempat diatas angin, dengan menangkapi tokoh tokoh agama atau tokoh masyarakat yang berafiliasi dengan PNI. Beberapa pertempuran terjadi antara komunis dengan Ansor, kaum nasionalis dan pemuda Kristen.
Namun sejak RPKAD mengirim satu batalyon menuju Jawa Tengah pada tgl 17 Oktober 1965. Keadaaan berubah drastis. Pihak komunis menjadi terdesak, dan dibantai sampai keluarganya atau kerabatnya.
Banyak pembunuhan terjadi karena amuk massa atau fitnah dari orang orang yang tidak suka kepada mereka yang dicurigai simpatisan. Padahal bukan komunis.

Di daerah Klaten, pemuda nasionalis membentuk satuan khusus yang dinamakan ‘ Pasukan Banteng Serba Guna “ bekerja sama dengan pemuda pemuda Islam dan pemuda Kristen yang membentuk “ Barisan Pengawal Yesus “. Mereka mendapat latihan militer dari satuan RPKAD yang berbasis di Kandang Menjangan dan Kartasura.

Beberapa laporan tentang pembunuhan di daerah Jawa Timur :

1. Lawang, Kabupaten Malang. Para anggota dan simpatisan PKI yang akan dibunuh dikat tangannya. Lalu segerombolan pemuda Ansor bersama satu unit tentara Zeni Tempur membawa ke tempat pembantaian. Para korban satu persatu digiring ke lubang. Mereka dipukuli dengan benda keras sampai tewas. Lalu kepala mereka di penggal. Ribuan orang dibunuh dengan cara ini. Lalu pohon pohon pisang ditanam diatas kuburan mereka.

2. Singosari , Malang. Oerip Kalsum, seorang lurah wanita desa Dengkol, Singosari dibunuh dengan cara tubuh dan kemaluannya dibakar, lalu lehernya diikat sampai tewas.

3. Tumpang, Kabupaten Malang. Sekitar ribuan orang dibunuh oleh tentara dari Artileri Medan ( Armed I ) bekerja sama dengan Ansor. Mayat korban dikuburkan didesa Kunci.

4. Kabupaten Jember. Pembantaian dilakukan oleh Armed III. Tempat pembantaian perkebunan karet Wonowiri dan Glantangan serta kebun kelapa Ngalangan. Sementara di Desa Pontang pembantaian dilakukan oleh kepala Desa dan pensiunan tentara.

5. Nglegok. Kabupaten Blitar. Japik seorang tokoh Gerwani cabang setempat dan seorang guru, dibunuh bersama suaminya. Ia diperkosa berkali kali sebelum tubuhnya dibelah mulai dari payudara dan kemaluannya. Nursamsu seorang guru juga dibunuh, dan potongan tubuhnya digantung di rumah kawan kawannya. Sucipto seorang bekas lurah Nglegok dikebiri lalu dibunuh. Semuanya dilakukan oleh pemuda Ansor.

6. Garum, Kabupaten Blitar. Ny Djajus seorang lurah desa Tawangsari dan seorang anggota Gerwani. Hamil pada saat dibunuh. Tubuhnya dibelah sebelum dibunuh.

7. Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Beberapa guru, kepala desa ditangkap oleh pemuda Ansor, lalu disembelih dan mayatnya dibuang ke sungai. Beberapa kepala guru dipenggal dan ditaruh diatas bamboo untuk diarak keliling desa.

8. Kecamatan Pare, Kediri. Suranto, seorang kepala sekolah menengah di Pare. Ia bukan anggota PKI, tetapi anggota Partindo. Ia bersama istrinya yang sedang hamil 9 bulan di tangkap pemuda Ansor. Mereka dibunuh, perut istrinya dibelah dan janinnya dicincang. Selama seminggu setelah kejadian itu, kelima anak anak Suranto yang masih kecil kecil tidak punya siapa siapa yang akan menolong mereka, karena para pemuda Ansor memperingatkan tetangga, bahwa barang siapa menolong anak anak iti tidak dijamin keselamatannya.

9. Kecamatan Keras, Kabuaten Kediri. Tahanan dibawa naik rakit oleh pemuda Ansor, dan disepanjang perjalanan mereka dipukui sampai mati, lalu mayatnya dibuang di bantaran sungai.

10. Kabupaten Banyuwangi. Pembantaian dilakukan mulai tgl 20 November 1965 sampai 25 Desember 1965. Kemudian terjadi lagi 1 Oktober sampai 5 Oktober 1966 serta pembantaian terakhir sejak Mei 1967 sampai Oktober 1968. Pembantaian dilakukan oleh regu regu tembaj dari Kodim 08325, pemuda Ansor dan Pemuda Demokrat. Mayat mayat dikubur dilubang lubang yang sudah disiapkan. Umumnya satu lubang memuat 20 25 orang.
Dengan menggunakan truk pinjaman dari pabrik kertas di Banyuwangi ratusan korban disiram minyak tanah dan dibakar lalu dilempar ke jurang di Curahtangis, antara jalan Banyuwangi dan Situbondo. Dalam banyak kasus, perempuan perrempuan dibunuh dengan cara ditusuk dengan pedang panjang melalui vagina sehingga perut mereka terbelah. Kepala dan payudara mereka dipotong potong lalu dipamerkan di pos pos jaga yang ada di sepanjang perjalanan.

Selain Curahtangis diatas, ada tempat seperti Merawan, Curahjati – sebuah hutan jati, Desa bulusan dan Ketapang di daerah pantai yang menjadi tempat pembantaian massal. Bahkan di daerah Tampuh, sebuah desa perkebunan terpencil, sejumlah anggota PKI ditembak yang dipimpin oleh komandan kodim setempat.

Sulit mengatakan jika militer dan petinggi organisasi massa tidak terlibat, jika contoh kasus pembantaian di Banyuwangi justru dipimpin oleh Kolonel Sumadi (Komandan Korem 083), Letkol Djoko Supaat Slamet (Komandan Kodim 18325) , Dja’far Maruf( Ketua PNI cab. Banyuwangi ) Kiai Haji Abdul Latief ( Ketua NU cab. Banyuwangi )
Ketika Tim pencarifakta yang dipimpin Oei Tjoe Tat turun disini pada tanggal 25 Desember 1965. Jumlah korban sedah mencapai 25.000 orang.

Banyak orang yang tidak tahu apa apa harus ikut membayar nyawanya karena amuk massa. Kerabat, tetangga, bayi bayi yang tak berdosa.
Bagaimana kita menjelaskan fenomena ribuan orang orang Bali yang pasrah, lalu berpakaian putih putih berjalan menuju tempat penjagalan, serta berdiam diri menunggu datangnya algojo.

Bagaimana kita menjelaskan puluhan ribu guru yang hilang dari sekolah sekolah dalam periode tersebut. Mereka tak tahu apa apa tentang politik, sehingga bergabung dengan gerakan sempalan PGRI non vaksentral, yang memberi semboyan jika Guru lapar mereka tak bisa mengajar. Sejumlah data menyebut angka 30.000 rib sampai 92,000 ribu guru dibunuh.
Dari 120 orang yang dibunuh di Desa Margosari Klaten, terdapat sejumlah 80 orang guru sekolah.
Juga para seniman yang memiliki minat khusus terhadao wayang, atau reog sehingga diasosiasikan terhadap Lekra.

Dengan belajar memahami sejarah, kita mengenal bangsa sendiri. Sejarah adalah cermin. Sehingga kita bisa bercermin tentang siapa diri kita sebenarnya. Tentu saja berharap kita bukan bangsa pendendam.

Sumber :
*Robert Cribb, The Indonesian Killings
*Memoar Oei Tjoa Tat
*Hermawan Sulistyo, Forgotten Years, Indonesia’s missing history of mass slaughter ( Jombang – Kediri 1965 -1966 )

You Might Also Like

423 Comments

  • Sam Ardi
    October 3, 2011 at 2:56 pm

    pembantaian di Jawa Timur mungkin bisa dilengkapi dengan buku Tjamboek Berdoeri mas Iman, hampir sama, tetapi khusus daerah Malang, ada perbedaan jumlah korban.

  • Iman Brotoseno
    October 3, 2011 at 3:08 pm

    Terima kasih Sam Ardi,
    cuma memang saya sengaja memilih buku yang berdasarkan penelitian tesis. Karena berdasarkan riset, sehingga jika ada akurasi angka serta sumber sumber, lebih bisa diperrtanggungjawabkan validitasnya

  • genduk
    October 3, 2011 at 4:18 pm

    aaah. ga suka tulisan mas iman yg ini. banyak typonya!
    tapi… sumpah. gw speechless, mas. walaupun sering ngobrol tentang betapa biadabnya peristiwa pembantaian selama 60an sama temen2 yg melek sejarah, mbaca sendiri kok rasanya ngilu. dan… guru? ebuset.

  • sandalian
    October 3, 2011 at 4:30 pm

    Tetangga saya yang dulu anggota Ansor, pernah bercerita soal perburuan anggota komunis tersebut. Dan iya, Purwodadi memang banyak tempat yang disinyalir sebagai ladang pembantaian.

    Dulu pernah kemah di tempat yang dulu (kabarnya) jadi ladang pembantaian, seramnya bukan main. Dalam satu siang, 8-10 orang kesurupan 😐

  • nicowijaya
    October 3, 2011 at 6:01 pm

    Goa Jomblang, di gunung kidul yang sekarang menjadi salah satu goa yang menarik utk foto di kedalamannya, dulu menjadi tempat pembantaian anggota komunis. Dari atas mulut Goa, simpatisan komunis di letakkan di pinggir bibir goa. Setelah ditembak maka jatuhlah ke dalam goa yang dalamnya sekitar 90 meter dari permukaan.

    Hingga pada tahun 80an, di dalam goa mulai dibersihkan. Dan sekarang, Goa Jomblang menyimpan banyak cerita di antara rintik-rintik air yang menetes dari dasar permukaan.

  • diyantouchable
    October 3, 2011 at 7:29 pm

    kisah suram mengenai bagaimana bengis dan mudah terprovokasinya bangsa ini, semoga tidak terulang kembali. izin share ya Mas

  • Henry Ezra Ong
    October 3, 2011 at 7:42 pm

    Inilah salah satu dosa terbesar Suharto. Dan mitos terlibatnya CIA (yang memang pada masa itu sangat keukeuh memerangi komunisme) dalam G20SPKI tidak bisa diabaikan begitu saja. Genosida atau bukan, pembantaian kolosal seperti ini luput dari perhatian sebagian besar dunia dan buku-buku sejarah dunia. Bangsa Indonesia mesti belajar dari sejarah.

  • slam
    October 3, 2011 at 8:11 pm

    saya malah baru tahu soal ini mas iman
    tapi apakah mungkin ada sangkut pautnya dengan di ambon dan poso?
    kalo tidak ada maafkan kekeliruan saya

    dan pastinya banyak sekali sejarah yg tidak dibukukan

  • Iman Brotoseno
    October 3, 2011 at 8:19 pm

    Slam,
    jelas beda.. beda konflik. Makanya dinamakan Genosdia

  • jensen99
    October 3, 2011 at 8:39 pm

    Salah satu saudara kakek saya lolos dari peristiwa ini (lupa dimana). Dia sudah dibuang ke lubang penguburan massal yang sudah penuh mayat dan siap dieksekusi, tapi ternyata tentara yang mau nembak kenal dia, maka dia disuruh segera lari dari situ. Trauma peristiwa itu membuat beliau sakit jiwa sepanjang sisa hidupnya. Kakek saya sendiri bolak-balik ke pengadilan karena dituduh antek PKI, padahal hanya menerima beberapa alat2 pertanian yang memang dibagi2 saat itu.

  • Jojok
    October 3, 2011 at 9:05 pm

    salam kenal pak Iman,

    mengerikan membaca sejarah itu, se mengerikan salah satu latar belakang yang mungkin membuat NU begitu ‘dendam’ dengan PKI. Mungkin bisa berkaca mundur beberapa tahun sebelumnya pada peristiwa pembantaian oleh PKI pada orang2 NU. Salah satu nya yang bisa disebut kalau ndak salah di Goranggareng, Magetan.

    Sulit dipercaya membayangkan kekejaman bangsa kita sendiri terhadap sesama…

    🙁

  • IVAN
    October 4, 2011 at 1:27 am

    Masa kanak2 saya tahun 1970an di Probolinggo dan Situbondo, begitu banyak mendengar cerita “itu”. Belum lagi perempuan2 gila di jalanan yg ternyata adalah istri2 korban, cerita horror “ndas ngglundung”, PHK (pembersihan) besar2an di perkebunan negara tahun 1970an.
    Saat remaja saya pernah ke lokasi Curahtangis (poin 10. diatas)…Untuk memenuhi rasa ingin tahu saja. Memang tidak sampai di dasar jurang, hanya di pinggir tebing bagian atas.

  • jarwadi
    October 4, 2011 at 7:06 am

    Begitu senapan saya acungkan ke arah dada, tepat saat dia berdiri di mulut luweng, orang itu tetap teguh dalam keyakinan. Tetap menolak tuduhan pengurus Pemuda Rakyat (PR).
    Saya Bertambah bimbang, orang itu mengambil posisi tangah menengadah ke langit dan berdoa.
    Dalam hati saya pun mulai goncang, ternyata tuduhan negara tidak selamanya benar, menyatakan PKI sebagai kelompok tak beragama…
    “Dorr”, satu pelor saya muntahkan menembus dada sebelah kiri, mendorong revolusioner berinisial Dar terjun bebas ke perut luweng. Itu tugas saya setiap hari menjalankan perintah Dandim yang tangannya memgang 600 daftar nama.

    Wawancara : Pelda HT, 87th, (eksekutor Grubuk, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta 1966)

  • dedi
    October 4, 2011 at 8:47 am

    cerita dong mas, tingkah polah PKI sebelum akhirnya mereka dapet perlakuan kayak gitu. biar seimbang aja. buku2nya ahmad tohari banyak cerita soal itu tuh.

  • memez
    October 4, 2011 at 9:06 am

    Kemarin baru mudik ke Bima, ternyata di sana ada dua titik tempat pembantaian PKI juga Mas. Namanya Ci Kepenta dan daerah Panda. Pas lewat, jam 9 malam rasanya merinding…

  • Iman Brotoseno
    October 4, 2011 at 9:07 am

    Dedi,
    Tentu nanti dalam postingan berikutnya..Kalau membaca sejarahnya memang agitasi komunis sebelumnya juga menyebabkan konflik , sehingga pembantaian ini jadi bagian dari dendam. Seperti kasus landreform, penterobotan tanah, atau menggunakan medium wayang utk menjelek jelekan agama

  • bukik
    October 4, 2011 at 9:45 am

    Bukan tentang siapa
    Tapi tentang bagaimana
    Bagaimana kita memperlakukan saudara sebangsa sendiri.
    Mengerikan

  • Dana
    October 4, 2011 at 10:45 am

    Ternyata memang Indonesia itu bangsa yang kejam ya. Genosida sudah semacam kegiatan biasa. Skala kecilnya (dan modernnya) ya pembantaian penganut Ahmadiyah.

  • sabai
    October 4, 2011 at 12:56 pm

    Seandainya seorang guru SD kelas IV harus mengajarkan materi semacam ini di kelas, coba bayangkan kira-kira bagaimana si guru harus mengemasnya agar dimengerti dengan baik oleh murid-muridnya?

    *ingatdulubelajarPSPBcumamenghafalfoto’pahlawan’

  • Dimas
    October 4, 2011 at 4:01 pm

    Di Cepu, kota tempat almarhumah Ibu, katanya dulu juga basis PKI di perbatasan Jateng – Jatim. Beliau dulu cerita, teman-temannya beserta keluarga banyak yang dibunuh karena ‘dianggap’ PKI. Bahkan jasad-jasadnya sekedar dihanyutkan di sungai Bengawan Solo yang membelah kota Cepu dan Ngawi sehingga airnya menjadi merah darah. Seram sih kalau dengar cerita itu >___<

    Dulu gurunya ada yang PKI dan mengajarnya begini, "Kalian tahu tidak pensil ini dari mana? Tidak mungkin kan pensil muncul tiba-tiba karena Tuhan? Jadi untuk apa percaya dengan Tuhan?" DHAR!

  • cokhy
    October 5, 2011 at 8:10 am

    Memang mengerikan pembantaian anggota PKI. Ada teman saya bahkan memiliki seorang paman yang membunuh paman lainnya karena merupakan anggota PKI. Pertalian saudara bahkan tenggelam dalam pembunuhan karena perbedaan ideologi..

  • Rosid
    October 5, 2011 at 8:53 am

    Mudah-mudahan mas Iman segera menyajikan tulisan yang menjelaskan ” tingkah polah PKI sebelum akhirnya mereka dapet perlakuan seperti itu”. Biar kita bisa benar-benar belajar dari sejarah, bukan dibuat bingung oleh sejarah. 🙂

    Dan seandainya PKI yang menjadi penguasa, mungkinkah mereka juga melakukan hal yang sama, sehingga posisi mereka seperti di Myanmar atau Kamboja ?, atau bahkan Korea Utara ? 🙂

  • orbaSHIT
    October 5, 2011 at 10:44 am

    @Rosid myanmar komunis? dari mana critanya boss, yang ada juga pemerintahannya kloningan ORDE BARU alias JUNTA MILITER! kalo mo fair PKI dan lawan2x politiknya bertarung sejak dekade ’50 an ketika PKI menjadi salah satu partai besar setelah pemilu 1955…isu yg dipakai memang khas komunis bagi2x tanah bg petani penggarap,kesejahteraan buruh dan sosialis realisme..kalo isu perkelahian massal dan bunuh2xan memang ada (sama kek rusuh masal,perkelahian antar kampung dan tawuran pemuda yg terjadi periode 1999~skarang gitu deh)tp br muncul tahun ’63an, kalo dibandingkan dengan skala pembantaian pasca 1965 tidak bisa apple to apple karena pasca 1965 itu sudah ada “pakem”,dilakukan secara efesien,massif,sistemik dan teroganisasi… minimal ada milisi yg memang didampingi dan dilatih oleh angkatan darat untuk ngebunuh..dan satu lagi yg peling penting korbannya BUKAN HANYA ORANG PKI! mungkin 70% orang yang dibantai tidak ngerti KOMUNIS itu apa dan KARL MARX,LENIN,STALIN,MAO itu siapa

  • indraP
    October 5, 2011 at 6:54 pm

    Ini cerita dari ibu saya. Keluarga simbah saya dulu adalah juragan batik di daerah Bayat, Klaten. Kebetulan simbah kakung (laki-laki) saya juga menjadi penabuh kendang dalam sebuah grup karawitan. Beberapa kali beliau bersama kelompok karawitannya ‘ditanggap’ ke sana kemari untuk hajatan kawinan, sunatan, bahkan sampai kegiatan Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat), organisasi afiliasi PKI. Sekitar awal 1966, mbah kakung saya diciduk tentara ketika sedang dalam perjalanan pulang dari hajatan. Sempat ditahan beberapa bulan, tanpa pengadilan, mbah kakung saya dieksekusi mati dengan cara ditembak di kepala bersama puluhan tahanan lainnya di sebuah ladang tak jauh dari desa kami. Ladang itu kemudian dijadikan kuburan dan diserahkan pengawasannya pada seorang juru kunci dari warga desa setempat. Dari juru kunci inilah keluarga kami mengetahui di mana letak posisi simbah kakung saya dikuburkan. Sepeninggal simbah saya, ekonomi keluarga kami kolaps. Mbah putri sakit2an dan akhirnya usaha bangkrut untuk biaya pengobatan. Hal inilah yg kemudian memaksa ibu saya jadi buruh batik sejak umur 7 tahun.
    Dari juru kunci kuburan tadi, kami tahu siapa yang melakukan eksekusi. Yg mengejutkan, ternyata eksekutor tersebut adalah tetangga kami sendiri, seorang juragan batik yang punya kerabat tentara. Eksekutor tersebut sudah tiada, namun beberapa tahun sebelum meninggal, dia datang ke keluarga kami dan menyampaikan permohonan maaf atas tindakannya waktu itu.

  • mawi wijna
    October 5, 2011 at 11:20 pm

    setelah membaca buku “Suara Perempuan: Korban Tragedi ’65” karya Ita F. Nadia, saya jadi berpikir, kalau orang-orang yang dituduh PKI itu dianggap tak bertuhan, maka orang-orang yang membunuh, menyiksa, dan memperkosa orang-orang yang tak bertuhan itu semestinya juga tak punya tuhan…

  • winky
    October 11, 2011 at 4:52 pm

    film dokumenter yg mencoba mengangkat masalah ini: http://www.40yearsofsilence.com/

    preview di youtube: http://www.youtube.com/watch?v=KBecnzZYaXw

  • acha
    October 13, 2011 at 12:12 pm

    Dear Iman,

    hi… salam kenal… tulisan yang sangat informatif, aku share ya…. mau minta izin untuk posting tulisan ini di web aku bisa? pastinya akan ditulis nama penulisnya dan sumbernya….. thx

    -acha-

  • boo
    October 17, 2011 at 12:04 am

    Pembantaian2 tsb memang merupakan sejarah kelam bangsa ini. Walaupun bisa dibilang ini dosa rezim Soeharto, tapi jujur saja kalo sebenarnya banyak “penunggang gelap” dari rakyat sendiri yg memanfaatkan fitnah tuduhan PKI utk menghabisi musuh2 mereka. Rakyat kita saat itu juga terlalu bodoh dan langsung percaya saja jika ada tudingan PKI pada org2 tertentu. Agar fair, PKI sebelumnya melakukan pembantaian yg serupa pada kalangan agamis, walau gak sebesar ini krn keburu tumbang. Entah apa jadinya jika PKI terus berkuasa. Jadi, “balas dendam” kalangan agamis juga gak bisa dipahami hitam-putih begitu saja. Ditunggu cerita “imbangannya”, bang Iman. 🙂

  • amin thea
    October 17, 2011 at 10:59 am

    Data yg sangat mencengangkan luar biasa data yg sangat berarti untuk menambah pengetahuan saya mengenai sejarah yg terjadi di negriku ini dan dg data tersebut saya jadi bisa menilai karakter orang orang indonesia secara umum,ditunggu tulisan sisi lain dari karakter bangsaku ini tanks.

  • amin thea
    October 17, 2011 at 11:00 am

    Data yg sangat mencengangkan luar biasa data yg sangat berarti untuk menambah pengetahuan saya mengenai sejarah yg terjadi di negriku ini dan dg data tersebut saya jadi bisa menilai karakter orang orang indonesia secara umum,ditunggu tulisan sisi lain dari karakter bangsaku ini tanks.

  • ihsangamerz
    October 24, 2011 at 8:43 pm

    wah kudu di sebarluaskan nih ^^ agar kita semua tahu akan hal ini dan siapa tau saja masuk media massa yg lebih luas dan menggemparkan dunia 🙂

  • Putri Sarinande
    October 27, 2011 at 7:30 am

    wah,, membahas tentang Kejahatan OrBa dan fitnah terhadap kuminisme 😀
    ikut nimbrung nih,, kalau butuh tambahan referensi unt tema ini, bisa coba ke Ultimus di Bandung.
    dan ini website Ultimus kali mo liat2 katalognya 🙂
    maaf, bukan promosi hanya membantu mengenalkan pada sumber yang (semoga) lebih lengkap 🙂
    http://www.ultimus-online.com/

  • Dokter Toeloes Malang
    October 29, 2011 at 11:25 am

    Dalam pertemuan temu wicara era 90an H,M Soeharto pernah terlontar kalimat “kalau Komunis bisa dipelajari”, waktu berlalu untuk mengetahui sepak terjang PKI , marilah kita lihat komunis secara Internasional (bisa dipelajari lewat internet/akses internet) bagaimana ideologi ini bisa mendunia (sejarah membuktikan), bagaimana dengan dalam negeri peristiwa ’65, mari kita pelajari juga “ternyata H.M Soeharto sangat di untungkan dalam peristiowa ’65”
    ingat dalam teks pidato pengunduran dirinya 1998 ” Nggak jadi Presiden, Nggak Pathek’en” Padahal 33 Tahun Lamanya berkuasa, OPO TUMON?? BAGAIMANA DENGAN KEBERUNTUNGAN ANDA?????

  • Antyo
    October 31, 2011 at 3:55 pm

    Oh, sejarah kelam! Akibat pembantaian, kita kehilangan banyak guru. ;( | http://kopi69.com/2011/09/30/30-september-guru-hilang/

  • wahyu
    November 11, 2011 at 7:16 am

    waduh…communist strikes back nih. pembalikan opini. kereeeeen dah nt.

  • Eleanor
    November 15, 2011 at 9:38 pm

    Pembantaian mereka yang dianggap komunis paska pemberontakan G 30 S PKI yang gagal.

    Sedikit mengoreksi, harusnya ditulis dan dibaca PASCA, bukan PASKA, dan penulisannya digabung>> pascapemberontakan. Trims.

    🙂

  • Dimas Panjaitan
    November 16, 2011 at 1:16 pm

    Sejarah peradaban itu sejarah dendam kepentingan.. Cukup disayangkan, kematian tujuh jenderal, dua kolonel, dan satu kapten menjadi landas pacu terorisme negara berbuah bertambahnya kesimpangsiuran berjuta arwah di bumi Indonesia setelah masa kolonialisme.. Mengurai peristiwa ini mungkin perlu jangka waktu yang lebih lama dibanding merunut sejarah peradaban di nusantara sejak masa kerajaan Salakanagara sampai masa jargon “Ganyang Malaysia!!” berkumandang.. “Rekonsiliasi sejarah itu lelucon”, kata Pram suatu ketika, “..dan, saya menyadari hal itu sebagai kesalahan negara”, cetus Sarwo Edhie pada Ilham Aidit di pelantikan angkatan kelima Wanadri..

    Tapi saya tak sepaham dengan keduanya, rekonsiliasi sejarah itu bukan lelucon, dan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah setelah 30 September 1965 bukanlah kesalahan negara.. Kita perlu suatu rekonsiliasi sejarah yang harus sabar kita kerjakan.. Pada satu masa di Afrika Selatan, jejak rekonsiliasi ini bisa ditemukan pada kerendah-hatian kemanusiaan demi menyeka pahitnya politik ras.. Kenapa kita tidak? Pun, ini bukan kesalahan negara.. Negara yang dibangun dari reruntuhan jasad-jasad mereka yang melawan kolonialisme tidak mungkin menyerakkan jasad-jasad anak bangsanya sendiri.. Ada perorangan yang memerintahkan.. Sintong Panjaitan mungkin tetap teguh bahwa korban komunis yang dibersihkan oleh RPKAD waktu itu sekitar ratusan orang.. Jelas, jumlah personel RPKAD waktu operasi pembersihan kalah jumlah dibanding daftar nama-nama orang komunis atau yang dikomuniskan.. Permintaan Sarwo Edhie untuk penambahan pasukan ke beberapa daerah pun ditolak.. Lantas, konyol jika ratusan jasad cukup untuk memerahkan Bengawan Solo.. Dua matahari itu (Soeharto dan Sarwo Edhie), punya komando, punya pasukan, punya daftar nama orang-orang komunis dan yang dikomuniskan..

    Satu yang mungkin perlu diperhatikan, mas Iman, di masa kecanggihan teknologi informasi sekarang terlebih untuk generasi yang lebih muda dan ingin melihat kebenaran, publikasi terhadap masalah sensitif 1965 ini marak beredar, tapi bagaimana mereka yang muda-muda itu bisa menyaring? Jangan sampai korban-korban (baik dari pihak militer, komunis, atau yang dikomuniskan) itu jadi alat penyemai benih kebencian sipil-militer.. kebencian kepada militer.. atau kepada komunis.. ini bukan alat, tapi dasar kemanusiaan bagaimana sipil-militer memahami sejarah bersama.. bukan sejarah masing-masing..

    Salam.. NKRI Harga Hidup!!

  • radityo
    November 27, 2011 at 11:36 pm

    Yang mengerikan dari G30S itu bukan pada saat pembunuhan 7 perwira itu, tapi pembantaian massal yang terjadi kemudian, dalam waktu kurang dari satu tahun sekitar 3 juta nyawa melayang sia-sia (cmiiw)…. dan yang ikut menyebabkan hilangnya nyawa itu ya salah satu nya adalah kolonel sarwo edhie, dia pun berkata bahwa ia turut bertanggung jawab atas peristiwa pembantaian massal tersebut, sayang begitu Soeharto naik jadi presiden, ia seolah terlupakan dan bahkan dipinggirkan, peran Sarwo edhie hanya ada pada pertempuran di kawasan halim, selebihnya tidak ada..

    G30S adalah suatu genocide terbesar pasca perang dunia kedua….bangsa sendiri emang lebih kejam dari bangsa lain,

  • abadhi1
    December 2, 2011 at 11:19 pm

    1965
    memang bagian dari sejarah kelam bangsa ini, hampir sama dengan
    pembantaian antar suku dirwanda. kebetulan saya lahir dan besar disalah
    satu desa dikabupaten jember yang dekat dengan lokasi pembantaian,
    menurut cerita orang2 tua didesa saya bahwasanya yang dibantai itu
    adalah orang2 miskin, orang yg tidak tau apa2 bahkan banyak yang hanya
    jadi korban sentimen dari orang lain yang benci, konon mereka ikut PKI
    karena PKI memberikan jatah beras dan minyak bagi anggota dan
    simpatisannya sehingga mereka tertarik dan ikut karena mereka kurang
    makan (alias orang miskin), ada lagi sebagian dari mereka ikut PKI
    karena dibilang bahwa PKI itu adalah partai kiai indonesia, ya secara
    otomatis mereka ikut karena mereka banyak orang awam yang tunduk dan
    patuh terhadap kiai yang menjadi panutan mereka, setelah beberapa lama
    kemudian sesudah G30S mereka dijemput oleh armed menggunakan jeep atau
    truk ditengah malam yang suara jeep atau truknya itu membuat penduduk
    ketakutan termasuk ibu saya karena yang naik truk itu adalah armed yang
    mau menangkap orang PKI untuk dibunuh, didaerah saya itu mayoritas yang
    dibantai adalah orang yang tidak tau apa2, orang yang tidak
    berpendidikan apalagi untuk membaca kapital buku I,II,III karangan karl
    marx, mereka tidak tau apa itu politik, mereka tidak tau apa itu
    revolusi, yang mereka tau hanya beras, minyak dan makan, mereka itu
    bukan orang ateis karena konon menurut cerita mereka yang mau dibunuh
    banyak yang minta izin untuk ambil wudhuk dan sholat dulu sebelum
    mereka dijejer dpinggir lubang untuk ditembak, menurut almarhum ibu
    saya, suara tembakannya sampai terdengar kepesantren tempat ibu saya
    mengaji karena lokasi pembantaiannya ditengah kebun karet yang jaraknya
    kira-kira 2 kilo dari pesantren, ada juga yang dibunuh dengan cara
    dipenggal dan ironisnya yang memenggal adalah dari sipil bukan armed,
    ada juga korban yang tewas diletakkan dipintu rumah orang cina karena
    orang cina tersebut pelit disaat dia diminta rokok oleh armed dia gak
    mau ngasih sehingga dikasih mayat ditengah malam oleh armed dan yang
    menyedihkan kata paman saya mayat tersebut menggunakan celana yang
    terbuat dari karung beras dengan tali semacam rafia yang artinya mayat
    tersebut menurut paman saya adalah orang gak punya dilihat dari
    pakaiannya.
    di tahun 90an apabila saya pergi kerumah kakek saya dengan orang tua
    saya kami selalu melewati jalan pintas, dimana jalan pintas itu
    melewati kebun karet renteng jenggawah, dan ditengah kebun karet itu
    orang tua saya memberi tahu kepada saya sambil menunjuk ketanah yang
    ambles berbentuk segi empat cukup lebar yang terlihat dari jalan yang
    katanya itu adalah kuburan PKI, tanah yang ambles itu bukan hanya satu
    tapi ada beberapa yang kesemuanya itu berisi banyak mayat PKI.
    sungguh sedih kalau ingat sejarah kelam bangsa ini, siapa yang harus
    bertanggung jawab dibalik semua itu?
    semoga sejarah kelam itu tidak terulang lagi yaitu orang dibantai tanpa
    harus proses pengadilan.

  • Alex©
    January 1, 2012 at 4:51 am

    Pembunuhan-pembunuhan di era itu kebanyakan memang berdasar prasangka. Aku sendiri pernah menyinggung itu dalam salah satu artikel di politikana dulu. Untuk kasus Aceh, sama saja. Militer juga memainkan gerakan di balik ragam pembantaian. Di tiap kabupaten di Aceh itu ada ladang-ladang pembantaian orang (yang dituduh) PKI.
    Untuk sekedar melengkapi, Mas, ini ada sepenggal cerita tentang pleidoi komite PKI di Aceh hasil penelusuran salah satu jurnalis Aceh, Murizal Hamzah. Tulisan ini aslinya dimuat di Aceh Institute, tapi itu situs kayaknya makerror.

  • Alex©
    January 1, 2012 at 4:54 am

    Waduh, salah tautan. Mestinya ini pleidoi tersebut. Sudah ada yang memindahkannya ke fesbuk rupanya. :mrgreen:

  • srigala tw
    January 18, 2012 at 10:51 pm

    IDEOLOGI KOMUNIS adalah IDEOLOGI yg di takuti pihak NEKOLIM ” AMERIKA cs “,mngpa?…anda pljri stiap NEGARA MENJALANKAN IDEOLOGI KOMUNIS,contoh:CUBA dll…..bgaimna prkmbangan/kmajuan dibidang PENDIDIKAN,KESEHATAN dll,CUBA bkn negara PENGUTANG apalgi PENGEMIS UTANG,pdhal SUMBER DAYA ALAMNYA tdk sekaya kita…
    Yg percaya G 30 S adalah PKI……KOMUNIS adalah atheis…. hehehehe… produk sukses pembodohan ORDE-BARU kaki-tangan NEKOLIM gangster dunia ” AMERIKA cs “,pristiwa G 30 S adlah REKAYASA CANGGIH “NEKOLIM “..G 30 S merupakan skenario NEKOLIM untuk menabrakkan PKI dgn AD (mnggunakan tatik ADU DOMBA),kalian pljri sejarah:BELANDA (sekutu NEKOLIM) mnjajah kita 350 thn mnggunakan tatik ADU DOMBA….nya-tanya stlh G 30 S sukses dibarengi KUDETA MERANGKAK trhdp “BUNG KARNO”,kita dijajah lg ” PENJAJAHAN BENTUK BARU ” hingga skrang…….BUKTI?…..siapa yg mnentukn EKONOMI kita?……..siapa yg mngelolah SUMBER DAYA ALAM VITAL kita(EMAS,URANIUM…dll)?…..apakh ini yg dinamakn BANGSA BERDIRI DIATAS KAKI SENDIRI?…….yg di cit2kn BAPAK BANGSA KITA ” BUNG KARNO “……….

  • orbaSHIT
    January 19, 2012 at 4:25 pm

    @alex dan pada akhirnya MILITER juga membantai rakyat ATJEH kembali pada saat DOM (operasi jaring merah dkk) tp kali ini dengan alasan “separatisme”, @srigala tw masih inget dengan KOLONEL RPKAD SARWO EDHIE WIBOWO sang penjagal?,dengan bangga dan enteng ia berkata “…kami telah membantai kurang lebih 3 juta jiwa komunis…” namun kehidupan pribadi PSIKOPAT ini justru adem ayem…sepertinya membunuh adalah bagian dari hobi beliau?….hingga seorang suhartopun ngeri dibuatnya oleh sebab itu SARWO EDHIE dikucilkan dari lingkaran kekuasaan ORBA bukan karena tidak loyal justru karena TERLALU LOYAL dan menikmati peran sebagai ANJING DOBERMAN inilah dia ditakuti oleh tuannya sendiri

  • andra
    January 31, 2012 at 11:07 am

    untuk kepentingan seseorang atau beberapa orang, mengorbankan ribuan bahkan jutaan nyawa orang lain adalah hal yang biasa….ironis memang…semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi dimanapun…

  • iman brotoseno antek pki
    February 7, 2012 at 8:00 pm

    IMAN BROTOSENO ANTEK PKI GAK BENER ITU ORANG, BRENGSEK LOO BAJINGAN MENYEBARKAN PAHAM KOMUNIS SESAT LO JADI ORANG GA ADA AGAMA LO YAK

  • Romo Farano
    February 11, 2012 at 5:03 pm

    Sejarah ditulis oleh mereka yang ingin tercatat sebagai Sang Baik Hati.
    Hanya Tuhan yang tahu apa yang sebenarnya terjadi…
    Mari kita doakan mereka, siapapun itu, semoga segala kesalahan dan kekeliruan terampuni olehNYA..

  • orbaSHIT
    February 14, 2012 at 2:58 pm

    di atas keknya ada yg TERGUNCYYANNNG tuh 🙂 short comments filled with stupid meaning *sigh*

  • Abdul
    February 24, 2012 at 5:45 pm

    REPOT-nya kalau menceritakan fakta ini, Mas, yang kita ajak cerita adalah anak-cucu pihak pembantai… Jadi debat kusir yang tidak berkesudahan.

  • sylvi
    March 13, 2012 at 1:21 pm

    trma ksih ulasannya, aq sk bngt.

  • Feri
    April 24, 2012 at 4:09 pm

    Banyak orang yang menyatakan KOMUNISME = TIDAK MENGAKUI TUHAN, loh kok ormas keagamaan ikut membantai komunis dengan cara sadistik, tidak bisa dipungkiri kalo Banser NU memang terlibat pembantaian orang-2 yang diduga Komunis padahal belum tentu mereka salah apalagi era orde baru banyak intrik-2 yang digunakan beberapa perwira TNI AD untuk melanggengkan kekuasaan seperti menghilangkan nyawa orang dengan paksa karena berbeda pendapat, jaman orba berbeda pendapat = PKI

    Kegiatan pembantaian disebabkan oleh ambisi dari Angkatan Darat yang memang sedikit dikucilkan di era Bung Karno, ketika terjadi operasi Dwikora & Trikora Bung Karno selalu menerjunkan Marinir, TNI AL, Brimob Menpor & TNI AU dengan PGTnya, angkatan darat merasa tersisih, dari Angkatan Darat yang ikut sebagai pemain utama hanya dari Kodam Siliwangi dan Batalyon Raider yang lain tidak dilibatkan

    Sehingga akhirnya beberapa perwira AD dapat disusupi oleh agen-2 CIA untuk mengatur bagaimana mengambil alih kekuasaan dengan mendoktrin perwira-2 AD untuk mengeluarkan isu PKI, terbukti setelah Orde Baru berkuasa tidak ada Panglima ABRI yang dari AL & AU semuanya dari AD, Batalyon Raider dibubarkan karena ikut mempertahankan Markas AU di Halim PK dari serangan RPKAD tahun 1965, Kodam Siliwangi dikucilkan, peran operasi Seroja banyak didominasi Kostrad, Kopashanda(RPKAD), Kodam Diponegoro, Kodam Brawijaya, Kodam Udayana sebagai pemain utama

1 2 3 9

Leave a Reply

*