Bercakapan ini benar benar terjadi. Dalam sebuah pesawat terbang menuju Surabaya minggu kemarin. Di depan saya, seorang ibu bersikeras memangku anaknya β bukan bayi β menjelang pesawat landing. Sang pramugari sudah memberitahu, bahwa sebaiknya si anak duduk di kursi sendiri, bersebelahan dengan sang ayah.
Si ibu tak bergeming. Demikian pula anaknya.
Jadilah pramugari mengatakan jurus pamungkas, sambil tetap tersenyum sopan.
β Kalau terjadi sesuatu waktu pendaratan, ibu akan tetap selamat di kursi sementara anak ibu akan mencelat ke depan sana. β
Sambil menunjuk ujung gang pesawat yang jauh itu.
Sang ibu bergidik, lalu akhirnya mendudukan anaknya di kursi sendiri.
Saya tersenyum pahit mendengar dialog ini. Salah siapa ? Parodi unik negeri ini, warganya yang keras kepala dan bangsa yang ramah tamah namun sarkartis.
Tiba tiba saya teringat politikus politikus yang begitu keras kepala untuk maju terus menjadi capres walau perolehan suara partainya jeblok. Berkali kali kalah mencelat keluar dari kompetisi kompetisi sebelumnya.
58 Comments
kw
April 14, 2009 at 5:05 pmkalah itu pahit mas….
susah bisa diterima
π
dafhy
April 14, 2009 at 5:05 pmnamanya juga demokrasi om
rela menjual harga diri demi sebuah jabatan
nothing
April 14, 2009 at 5:12 pmsemoga ada pemimpin baru yang muncul, meski hal itu sepertinya susah terwujud
Lee
April 14, 2009 at 5:14 pmEgo, oh ego… π
arya
April 14, 2009 at 5:17 pmdia itu rumongso iso, bukan iso rumongso. malah jadi konyol kan sekarang.
goop
April 14, 2009 at 5:18 pmsiapa kira-kira pramugari yang akan mengingatkannya? π
agiek
April 14, 2009 at 5:45 pmmakanya ibu2 jangan bodo toh yo!!
*inget kata2 sang ibu* π
Basuki Hardjo
April 14, 2009 at 6:28 pmBu Mega memang repot,modalnya masyarakat yang fanatik mengkultuskan Bung Karno.Kalo bu Mega nggak nyalonin diri jadi capres,ya yang jadi korban PDIP,karena kekuatan pemersatunya ya itu kultus individu.Karenanya demi existensi PDIP mau gak mau harus nyalonin diri sbg capres. Orang2 disekitar bu Mega yg kritis,sebenarnya memanfaatkan peluang saja untuk naik ke tangga posisi politik. That ‘s it.
taufikasmara
April 14, 2009 at 6:29 pmIbu itu memiliki krisis kepercayaan diri sebenarnya. Malu, gengsi, minder, tidak bisa menerima kekalahan. Krisis Pede ini jualah yang akhirnya “memaksa” si Ibu untuk maju jadi Presiden lagi.
BTW mencelat bahasa mana sih, Mas? kalo di daerahku yang ada ‘main celat’ atau main curang
hanny
April 14, 2009 at 7:00 pmjarang pramugari menggunakan kata ‘mencelat’. hebat juga kosa kata pramugarinya *mengomentari postingan ini dari sudut pandang lain* π
wieda
April 14, 2009 at 7:33 pmhehehehe…jadi ingat reklame kursi….”klo sudah duduk lupa berdiri”………laah klo sudah mencelat? lupa diri kali….wong pingsan
fisto
April 14, 2009 at 7:38 pmgak bisa mencelat, mas….keberatan badan…
rintik
April 14, 2009 at 7:39 pmhati-hati mas iman, nanti blognya di tutup, kaya kejadian di facebook kemarin.. hehehe
edo
April 14, 2009 at 7:50 pmnggg…
ibu yang terakhir kira2 baca tulisan sampeyan gak ya mas :p
leksa
April 14, 2009 at 8:02 pmSebuah pesan bung Karno :
“..Apapun dia jadinya kelak, terserah kepada hari depannya. Cuma satu doaku untuknya, semoga dia tidak terpilih menjadi presiden. Kehidupan ini sungguh terlalu berat..”
sepertinya Mega bener2 paham pesan itu, karena memang pesan itu ditujukan kepada Guntur ..
Brahmasta
April 14, 2009 at 8:31 pmHahaha…
Bisa aja nyambungin ke situ.. π
kenny
April 14, 2009 at 8:38 pmhehehe, mbok pramugarinya suruh ngingetin “ibu” itu siapa tahu jadi bisa sadar
warm
April 14, 2009 at 9:07 pm… sama-sama ibu, beda yang dipangku π
didut
April 14, 2009 at 9:17 pmwakakakka~ aku pikir mau mendiskripsikan mencelatnya sang pramugari kekeke~
bonek kesasar
April 14, 2009 at 9:54 pmhahahahahaha….baca judulnya udah cengengesan. Membuat pagiku semakin ceria hari ini.
Aku sudah seneng yang dibahas bukan politik, eh njekethek….buntut2nya politik lagi politik lagi.
Tap bagus juga, mengungkap kejujuran dan (mungkin) mewakili suara2 yg dah mblenek sama kelakukan orang2 disana.
titiw
April 14, 2009 at 10:12 pmHahahaha.. Mas Iman ini.. selalu saja ada issue2 di balik tulisannya.. π
racheedus
April 14, 2009 at 10:23 pmKok, nggak berani langsung nyebutin namanya, to, Mas?
Betul kata Pak Basuki Hardjo. Kalau si ibu tidak mencalonkan, keutuhan partai yang jadi korban. Tapi, suka tidak suka, regenerasi juga harus diperhatikan. Makanya, Puan Maharani sudah diterjunkan.
Tapi dilihat dari pengalaman kompetisi sebelumnya, sang ibu memang sudah tidak layak jual lagi, deh. Udah deh jangan keras kepala! Nanti mencelat seperti kata sang pramugari.
Salma
April 14, 2009 at 10:33 pmMas Iman,
btw logo di atas sebenarnya hasil jiplakan bukan sih??? (atau siapa menjiplak siapa) kok bisa sama persis dengan logo sebuah toko perlengkapan olah raga di Kanada??? http://www.shopping.662mob.com/index.php
Epat
April 14, 2009 at 11:37 pmeh tapi si ibu yang ngeyel jadi presidennya ituh adalah satu-satunya presiden RI yang legal loh mas, maksudnya pas turun di terima dengan baik laporan pertanggung jawabannya. presiden lain? hahaha….
gagahput3ra
April 15, 2009 at 12:31 amKata “Mencelat” itu catchy ya…kyknya musti dibikin lagu tuh π
Wongbagoes
April 15, 2009 at 3:56 amNamanya juga usaha Om… siapa tau ada yg ngedukung…
DV
April 15, 2009 at 4:28 amSebagian orang justru menganggapnya sebagai Ibu yang Pantang Menyerah hehehehe.
Sayang tulisanmu pendek, Mas, kupikir kamu akan mengulas dan memberi wcana tersendiri seperti yg biasanya saya nikmati di sini.
LuXsmaN
April 15, 2009 at 4:37 ambanyak orang yang belum menguasai ilmu sabar dan ikhlas PakDhe…
Iman Brotoseno
April 15, 2009 at 4:39 amTaufik,
Mencelat – bahasa Indonesia ( sepertinya he he ) ,..terlontar secara tidak sengaja,
Hanny, Didut,
Aku kok merasa kamu berpikir ‘ ngeres’ wakakakakk
Basuki, Leksa
Iya ibu itu hanya teh celup rasa Soekarno…jadi hambar dan biasa biasa saja. Sangat berbeda dengan sang bapa tentang visi nasionalismenya. Bung Karno dulu pernah tak mau membuka seluruh konsesi minyaknya untuk asing ketika didesak oleh Caltex, Shell.
” Biarlah nanti kalau Indonesia sudah punya insiyur insinyur sendiri..” Jawabnya. Jadi tidak asal jual seluruh kekayaan negara
Salma,
bener persis banget itu logo,..seperti Kanada yang menjiplak Indonesia deh he he
wahyu hidayat
April 15, 2009 at 7:29 amya sudah mas iman, kita teruskan saja kampanye say no to ibu itu…. (lmao)
evi
April 15, 2009 at 7:29 amiya heran, ibu itu selalu tidak bisa menerima kekalahan.
yang jadi pertanyaan, apa benar itu maunya si ibu sendiri…? atau maunya orang2 disekelilingnya, terutama bapak gendut itu…?
dony
April 15, 2009 at 8:51 amyang lebih repot lagi mas … si ibu itu gak mau ngaku kalah eh sekarang malah mau berfikir ngejorokin anaknya juga …
sekali lagi teh celup rasa soekarno doang
gak jelas mas semuanya … lebihnya dari kita dia cuman beruntung aja punya darah soekarno
btw kok Indonesia ini hobi banget mengkultuskan yah ?
tukang Nggunem
April 15, 2009 at 9:03 amYa karena ibu yang mencelat itu dengan keluguannya(gak tega bilang goblok) selalu dipangku oleh sang suami dan juga cuma memangkukan diri diatas nama besar Bapaknya…mencelat deh…sukur..
hedi
April 15, 2009 at 9:33 amsemoga pramugari itu nggak pingin jadi presiden
zam
April 15, 2009 at 11:04 amwakakakak.. diposting!! hihihihi
-tikabanget-
April 15, 2009 at 11:06 ampramugarinya perlu diberi diklat berbahasa indonesia yang baik dan benar mungkin?
untung si ibu ngerti kata mencelat.
lha kalo dia dari kalimantan dan gak ngerti basa jawa gimana?
roi
April 15, 2009 at 11:24 amKasian ibu itu ya Mas Imam, kecuali kalau memang hobi-nya mencelat…
bangsari
April 15, 2009 at 11:50 amkalo kejadian lagi. kali ini yang mencelat ibunya, bukan anaknya ya. hehehe
Welly Silva Borneo Augusty (ex. Muha Yk)
April 15, 2009 at 12:50 pmMas Imam, Ibu-ibu jaman sekarang emang hobinya, mencelatkan diri. wakakakak…….ups!!!
fahmi!
April 15, 2009 at 2:41 pmlha herannya ibu yg pingin jadi presiden itu kok masih banyak juga pemujanya. padahal jelas kualitas beliau seperti gitu. hebat.
bodrox
April 15, 2009 at 2:57 pmakh mas… siapa tahu si ibu bener-bener jadi pilot pesawatnya ntar. wah, saya teringat iklan pemerintah kita tentang pendidikan akhir-akhir ini, iklan janji pemerintah terhadap pendidikan: “walau bapaknya sopir…. siapa tahu ntar anaknya jadi pilot……. “
Koen
April 15, 2009 at 6:19 pmHuuuh, si ibu (yang terakhir itu) bikin aku dimarahin sopir taxi sepanjang jalan. Hampir aku yang mencelat gara2 doi (sopir, bukan si ibu) nyetir sambil marah2.
Kenil
April 15, 2009 at 9:45 pmpertamaxxx dulu mas imam salam kenal ya . . . . murid baru nie
bung tobing
April 15, 2009 at 9:53 pmAh nampaknya saya tahu siapa si ibu itu, hahahah
dew
April 16, 2009 at 8:19 amPas Mas Imam mencelat ke suroboyo aku mencelat ke jakarta… Pdhl pgn ngangsu kawruh…
Nyante Aza Lae
April 17, 2009 at 9:30 ammas
dq kan orang awam
boleh kan nanya
sapa gerangan ibu yg mo nyalon tapi suaranya jeblok??
klo gak initialnya aja deh…
cK
April 17, 2009 at 1:12 pmpostingan bermakna ganda.
si ibu itu punya pede yang tinggi mas, jadi tetap kekeuh untuk masuk dalam capres…
snydez
April 17, 2009 at 1:12 pmmungkin dibutuhkan pramugari untuk ngebilangin ke ibu itu π
Anton
April 17, 2009 at 2:43 pmIbarat main bola, kalau engga hattrick, ga puassss…
langitkotabandung
April 17, 2009 at 10:18 pmbisa aja mas iman, jadi nyambungin ke politik.
malah seru mas, klo ada saingan tangguh melawan incumbent. klo gak ada saingannya, curiga kayak orba lohhhh…. adanya rival dan pemilih (DPT) hanya dimanipulasi semata.