Mencelat

Bercakapan ini benar benar terjadi. Dalam sebuah pesawat terbang menuju Surabaya minggu kemarin. Di depan saya, seorang ibu bersikeras memangku anaknya – bukan bayi – menjelang pesawat landing. Sang pramugari sudah memberitahu, bahwa sebaiknya si anak duduk di kursi sendiri, bersebelahan dengan sang ayah.
Si ibu tak bergeming. Demikian pula anaknya.
Jadilah pramugari mengatakan jurus pamungkas, sambil tetap tersenyum sopan.
β€œ Kalau terjadi sesuatu waktu pendaratan, ibu akan tetap selamat di kursi sementara anak ibu akan mencelat ke depan sana. β€œ
Sambil menunjuk ujung gang pesawat yang jauh itu.

Sang ibu bergidik, lalu akhirnya mendudukan anaknya di kursi sendiri.
Saya tersenyum pahit mendengar dialog ini. Salah siapa ? Parodi unik negeri ini, warganya yang keras kepala dan bangsa yang ramah tamah namun sarkartis.
Tiba tiba saya teringat politikus politikus yang begitu keras kepala untuk maju terus menjadi capres walau perolehan suara partainya jeblok. Berkali kali kalah mencelat keluar dari kompetisi kompetisi sebelumnya.

You Might Also Like

58 Comments

  • angki
    April 18, 2009 at 6:05 am

    wahahahahaha

  • edratna
    April 18, 2009 at 8:44 pm

    Memang menilai kemampuan diri sendiri apakah diterima oleh banyak orang tidak mudah….dan juga di sekeliling kita sering masih kental budaya sungkan.

  • Silly
    April 20, 2009 at 7:40 am

    Hahahahahahaha… cara yang manis untuk menghubungkan kemencelatan *halah* anak yang dipangku si ibu… dan negara yang bakal “mencelat” dari pangkuan si IBU jika dia benar2 “mencelat”kakan dirinya lagi menjadi capres lagi :P.

    Sudah dua kali mencelat kok ya masih gak belajar-belajar juga sih… πŸ˜›

  • santoso
    April 21, 2009 at 4:26 pm

    Ada juga seorang penumpang angkot yang selalu menjulurkan kepalanya lewat jendela samping mobil. diingatkan oleh sopir juga tetap nekat. AKhirnya salah satu penumpang lain di angkot itu gemas dan berkata
    “Pak, maaf ya, di depan itu ada jembatan. Nah kalau Anda nggak mau menarik kepala Anda dari luar, tiang jembatan itu bisa roboh kena kepada Anda, dan kita semua bisa mati tenggelam di sungai”.
    Baru si penumpang itu menarik kepalanya.

  • david
    April 22, 2009 at 10:10 am

    Ingat komentarnya dulu…
    “Wong saya ngga kalah kok….., cuman kurang aja(r) aja yg milih……”

    woalahhh mbokde mbokde….

  • Alexhappy
    April 23, 2009 at 10:49 am

    “parodi unik negeri ini, warganya yang keras kepala dan bangsa yang ramah tamah namun sarkartis.”

    betul tuh mas……

    …dan pemimpinnya mencerminkan masyarakatnya.

  • Alexhappy
    April 23, 2009 at 10:50 am

    apa khabar mas? udah lama ngga kesini? sehat2kah dirimu mas? moga sukses slalu

  • ailtje
    May 5, 2009 at 5:13 pm

    bukan kalah, tapi kurang suara *mengutip kata si ibu mencelat itu, hihihihi*

1 2

Leave a Reply

*