Beruntung saya menemukan sebuah kaset jadul yang berisi Pidato Bung Karno pada peringatan Maulud Nabi tahun 1964 di mesjid Istana. Dengan bersusah payah membersihkan jamur di pitanya, akhirnya bisa saya pindahkan ke audio file di hard disk saya. Walau acara keagamaan, tapi Bung Karno masih sempat sempatnya menyelipkan pidato politiknya yang berapi api. Saat itu Bung Karno menyampaikan kemarahan yang luar biasa dalam acara Maulid saat itu, setelah dilaporkan para demonstran di Kuala Lumpur merobek bendera merah putih dan menginjak injak lambang Burung Garuda. Sampai saat ini, beberapa kali Indonesia yang mengklaim sebagai saudara tua harus mengalah kepada adik kecilnya di utara. Sebenarnya sejarah hubungan love and hate kedua negara sudah dimulai lebih dari empat puluh tahun yang lalu.
Ketika menerima kemerdekaan dari Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957, negeri itu bahkan tidak mempunyai lagu kebangsaan. Dengan gagah berani dan percaya dirinya, mereka mencomot lagu keroncong Indonesia yang berjudul “ Stamboel Terang Boelan “, sebagai lagu kebangsaan dan mengganti liriknya. Presiden Soekarno dengan kesantunan seorang pemimpin besar negara tetangga, segera mengumumkan lagu idola buaya keroncong itu tidak boleh lagi dinyanyikan sembarangan di seantero Nusantara ( Tempo Edisi 15-21 Oktober 2007 ).
Sebagai pemimpin besar, jangankan sebuah lagu. Pesawat MIG saja dipinjamkan ke Pakistan, atau mengirim senjata satu kapal selam penuh ke Aljasair, untuk membantu kemerdekaan negara negara Asia Afrika. Sejak awal sesuai semangat politik Bung Karno, ia selalu mendukung dekolonisasi negara yang hendak merdeka, sehingga ia tidak menentang gagasan Malaysia. Bahkan dalam Manila Accord antara Tungku Abdul Rahman dari Malaysia, Presiden Macapagal dari Philipina dan Bung Karno, disepakati bahwa status daerah Kalimantan Utara akan dibicarakan lebih lanjut melalui referendum rakyatnya. Namun secara fait accompli pada tanggal 29 Agustus 1964 Tungku Abdul Rahman dan Inggris mengumumkan penggabungan Kalimantan Utara sebagai bagian dari federasi Malaysia . Bung Karno tentu saja marah, dan sejarah selanjutnya mencatat Sejarah mencatat politik konfrontasi terhadap Malaysia telah menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit. Ribuan sukarelawan disusupkan lewat laut dan udara melalui Johor, Singapura, Sabah dan Sarawak. Pasukan Marinir, maupun reguler bertempur di hutan hutan Kalimantan dengan pasukan gurkha dan tentara Inggris, sebagai perang yang tak pernah diumumkan antara Inggris dan Indonesia. Perang selama 3 tahun yang karena sifat kerahasiaan dan tidak hadirnya wartawan dalam pertempuran, menyebabkan tidak banyak orang luar memahami, betapa dahsyat pertempuran yang terjadi. ( Thomas Geraghty, Who dares wins, the story SAS 1950 -1980 )
Setelah orde lama tumbang, kedua negara itu memulai hubungan baru. Awal 70-an Indonesia mengirim dosen, guru untuk membangun infrastruktur pendidikan di Malaysia yang saat itu baru memiliki satu universitas. Karya sastrawan Indonesia menjadi buku bacaan wajib di sekolah sana. UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 menjadi blue print pembangunan investasi mereka juga. Mereka belajar industri perminyakan melalui Pertamina, Undang Undang Migas menjadi model yang ditiru plek ketiplek oleh Petronas. Mereka juga mengirim orang untuk belajar kedokteran, teknik di UI, ITB, UGM, Unpad, Airlangga, bahkan juga mengirim ke sekolah film di IKJ, serta menjiplak UU Perfilman Nasional kita. Coba lihat sekarang, gantian mahasiswa kita yang belajar di perguruan tinggi Malaysia. Pertamina sudah ngos ngosan mengejar Petronas menjadi pemain kelas dunia. Mereka juga memasuki perbankan dan industri telekomunikasi kita. Di dunia film, banyak orang film Malaysia yang mencari nafkah di Indonesia dan kita sekarang yang belajar film dengan mereka. Sekarang si saudara muda sudah menuai hasilnya, membuat mereka maju sebagai bangsa yang mandiri sehingga melahirkan perubahan pola pikir. Generasi baru Malaysia sekarang hanya melihat Indonesia sebagi pengekspor pembantu, buruh, TKI serta biang kerok kebakaran hutan saja. Ini membuat secara mental mereka lebih superior dan menjadi dengan gampangnya menyepelekan hubungan ras serumpun antar bangsa ini. Terus terang rasa kebangsaan saya terusik dengan masalah masalah ini. Mulai pencaplokan pulau Sipadan – Ligitan, kasus Ambalat, TKI yang dianiaya dan diperkosa wasit karate kita yang di gebukin, istri diplomat yang ditahan , batik yang dipatenkan oleh mereka, sampai terakhir pemakaian lagu Rasa Sayange hanya menjadi excuse dari sebuah bangsa yang merasa besar dengan huruf b kecil. Aroma emosi terlihat pada komentar masyarakat Malaysia pada sebuah postingan seorang blogger kondang di Kuala lumpur . Ada yang bilang Indonesia tak tahu terima kasih sudah dibantu sewaktu bencana tsunami, ada yang bilang silahkan ambil lagu itu lagi asal 2 juta TKI di Malaysia disuruh pulang lagi. Lihat juga komentar komentar dua bangsa ini , sehingga pemakaian alasan sebagai saudara serumpunpun sudah tidak tepat lagi. Rumpun yang mana ? Masing masing kita adalah entity yang berbeda, dengan budaya yang berbeda pula, hanya sebagian kecil persamaan budaya melayu di Sumatera atau dayak di Kalimantan.
Saya bertaruh pihak Malaysia tidak akan serta merta mencopot lagu itu, walaupun perusahaan rekaman Lokananta, di Solo sudah mengeluarkan bukti bahwa mereka pernah merekam lagu Rasa Sajange tahun 1962 sebagai bagian dari souvenir selama Asian Games 1962 di Jakarta. Ini masalah pride dan kebanggaan yang harus dipertahankan oleh mereka juga. Mana mungkin mereka mau mengakui lagu itu milik bangsa lain. Tentu saja haram bagi bangsa yang merasa superior. Tinggal kepada kita sendiri, bisakah kita merefleksikan diri sebagai bangsa yang besar dengan huruf B besar ? Perang secara fisik sudah memang sudah bukan jamannya , tetapi bukankah ada cara lain. Bisakah dunia blogger menjadi pemicu semangat kebangsaan kita ? mestinya bisa karena sudah ada momentum komunitas blogger Indonesia untuk melahirkan issue issue ini. Jika komunitas blogger di luar sana bisa melahirkan Blog Action Day mengenai issue lingkungan hidup, mengapa kita tidak memulai untuk issue kebangsaan kita sendiri. Ini juga bisa merupakan proses pembelajaran dari kasus ini untuk mulai mendata kekayaan budaya sendiri. Tetapi diam diam saya juga mengimpikan pemimpin kita memiliki sepersepuluh saja semangat dan amarah yang dimiliki Bung Karno.
Sambil membalas email untuk konfirmasi kehadiran ke chairman Pesta Blogger , bulu kuduk saya merinding mendengar suara Bung Karno,..” dilaporkan oleh radio Kuala Lumpur, woh Republik Indonesia,,.. Presiden Soekarno sudah tak di dengar lagi,..apa benar demikian saudara saudara ? Saya baru pulang dari Africa,..saya bisa berkata kepada saudara saudara,..belum pernah ! nama Republik Indonesia begitu tinggi seperti mercu suar bagi negara negara new emerging forces. Indonesia memberikan konsepsi, Panca Sila, berdikari…Justru di Afrika ide berdikari, woodohh dikagumi saudara saudara..Perkataan presiden Soekarno bahwa the crowning of independence is not membership of united nations, but the ability to stand on our own feet, mereka rakyat Africa dan orang mesir berkata..its rang through Africa..artinya menggelegar seperti beledek mangampar ampar..!, saya tantang Kuala Lumpur, mana suaramu !..Kalau boleh saya katakan Malaysia adalah negara tanpa konsepsi ! dalam hal pertahanan berulang kali , Hei Inggris tolonglah kami, Hei Australi tolonglah kami, Hei New Zealand kalau kau betul betul anggota Commonwealth, tolonglah kepada kami..tolong, tolong, mana berdikarinya saudara saudara ? sama sekali tidak !
122 Comments
Rey
October 19, 2007 at 12:49 pmAku pertamaaa…!! hehehe 😀
komennya ntar dulu, yg penting pertama 😀
anima
October 19, 2007 at 1:20 pmwell written mas 🙂
sampe speechless mbacanya
ruri
October 19, 2007 at 1:40 pmbaru baca blog ‘seorang blogger kondang’-nya nih..baru tau komentar dari sisi mereka..
sampai bingung aku mau ngomentarin apa..parah ya..
Totok Sugianto
October 19, 2007 at 2:03 pmIndonesia harus makmur dan kuat itulah kuncinya supaya negara kita disegani lagi minimal di kawasan Asia. Lha wong militer kita aja udah jauh ketinggalan gimana mau ditakuti..
suray
October 19, 2007 at 2:45 pmSudah sepantasnya bangsa yang besar menghargai pemimpinnya yg begitu berwibawa. Saya sangat kagum dengan pribadi Bung Karno, dia keras tapi jelas, dia tidak seperti pemimpin negara lainnya.
Agar dapat disegani, setidaknya kita harus mempunyai pemimpin yang bijaksana, tahu kapan harus merendah, kapan harus mempertahankan harga diri bangsa. Kalau dimata masyarakat dunia kita slalu mengalah, ya kalah selamanya.
Kenapa kita jadi tidak bernyali lagi? Ini karena dalam banyak hal, bangsa Indonesia tidak sanggup mengupayakan kemajuan Sumber Daya Manusia-nya. Kalau SDM hebat, meski SDA kurang, no problem…
trian h.a
October 19, 2007 at 5:01 pmmemang sudah tak bisa dibiarkan Malaysia itu!!!
auliahazza
October 19, 2007 at 7:22 pmTak tahu berterima kasih ? Berarti malaysia bantuin kita ada udang dibalik tepung ? Apakah dengan kita dibantu oleh pihak lain soal bencana alam, mereka punya hak untuk diatur-atur dan dengan seenaknya mengambil apapun dari yang dibantu ?
KickAndy yang ulangan patut kita tonton, kemarin malam saya sudah lihat menampilkan Anwar Ibrahim
Nico Wijaya
October 19, 2007 at 8:42 pmStuju mas dgn ide blog nation day nya. Wacananya diplorkan aja mas di pesta blogger bsk. Bis, sy ga bisa dtg sih, kt bang enda gapapa, TA lbh penting. Hehe..
Barry
October 19, 2007 at 10:07 pmSaya rasa tulisan mas iman sudah “right-on-the spot”. Kuping saya belakangan ini terasa panas setiap mendengar berita-berita tentang perlakuan pemerintah Malaysia terhadap rakyat Indonesia. Kita rakyat Indonesia tidak boleh dengan hinanya mau diinjak atau dianggap remeh oleh bangsa apapun.
Saya tahu bagaimana rasanya merantau, dan menjadi kelompok minoritas. Melihat bagaimana pemerintah dan rakyat Malaysia memperlakukan orang Indonesia yang bekerja disana, saya rasa mereka perlu kembali ke sekolah untuk belajar sopan santun.
Coba saja ada orang Malaysia yang di Amerika ketemu dengan saya. Sempat mereka menatap saya rendah, saya akan ingatkan untuk jangan coba-coba melakukan hal tersebut. Sebab dia tidak mempunyai sesuatu yang lebih bagus dari siapapun juga untuk bisa merasa lebih tinggi harkatnya.
PriyayiSae
October 20, 2007 at 7:24 amwow… itu kaset bersejarah.
cepet2 dibuat bek-apnya, jgn sampe rusak
Innuendo
October 20, 2007 at 10:55 amsakit hati banget kalo ngebaca makian di forum2x. mereka arrogant banget. kita kencingi aja yuk malaysia, pasti tenggelam.
venus
October 20, 2007 at 11:18 amah, malaysia lagi. kita apain enaknya ya? gemes banget saya 🙁
GHATEL
October 20, 2007 at 11:20 amMalaysia biarpun Arogan, sombong, sok kaya, tetep aja negara Hadiah ngg’ ada yng dibanggain deh…
Indonesia donk murni negara Sendiri, makanya jangan takut sama Malaysia…yaelah liaht aja luas daratannya, klo di kencingin orang Indonesia Pasti tenggelam.(komennya sama kya punya “innuendo”)
edratna
October 20, 2007 at 11:30 amWalau hati panas, kepala harus tetap dingin. Teman kuliah saya, ada beberapa dari Malaysia, dan ada yang menikah dengan orang Indonesia. Dia selalu berusaha untuk bekerja di Indonesia, dan kangen dengan orang2 Indonesia.
Saya pernah ke Malaysia 2 minggu, justru orang Malaysia yang baik banget…jadi sebetulnya Malaysia yang manakah? Apakah sudah sebagian besar atau generasi baru…atau orang2 tertentu saja..seperti pasukan rela nya?
Untuk dihormati oleh orang lain, kita juga harus menjadi bangsa yang punya harga diri, dan punya kemampuan yang dibanggakan.
Nuzulia
October 20, 2007 at 11:56 amNice Writing! Saya rasa tulisan anda cukup balance, berdasarkan fakta dan gak berat sebelah. Saya juga pernah menulis tentang masalah malaysia-indonesia ini di forum umum, ternyata malah banyak orang indonesia yang berpihak pada malaysia dan memberi macam2 label pada bangsanya sendiri. Yang picik lah, yang bodoh lah, sumber korupsi lah. Bingung jadinya, di mana sih rasa kebangsaan mereka? Kok diam aja melihat satu persatu aset negara diakui negara lain? Bagaimana juga dengan para pemimpin kita? Kok gak ada suaranya?
Saya juga pengagum bung Karno, terutama karena ketegasan dan kharisma-nya. Kalau pemimpin kita sekarang tidak mampu mencontoh beliau, maka nama bangsa Indonesia yang sudah cemar ini akan semakin terpuruk pastinya. Dan bangsa lain akan semakin leluasa bersikap semena-mena terhadap kita. Apa itu yang kita mau? Ayo dong, kalau mengaku orang indonesia, tumbuhkan rasa kebanggaan terhadap bangsa dan negara.
T0m@
October 20, 2007 at 12:46 pmMalaysia, Maling Asia (ini slogan baru pariwisata mereka)
selain rasa sayange lagu kebangsaan malingasia juga ternyata gubahan dari lagi kita yang judulnya TErang Bulan
amethys
October 20, 2007 at 12:50 pmSebellll buanget klo baca gimana arogannya malaysia itu….tapiiiii masyarakat Malaysia yg ada di Vancouver setiap tahun selalu bergabung untuk sholat Ied di Konsulat Indonesia…..dan kemudian merayakan lebaran bersama…mereka baik2 looh…ga arogan blas…
dodi
October 20, 2007 at 1:46 pmdotmp3 atau dotamr mana nih? pengen denger juga, mas hehe
Yulia
October 20, 2007 at 2:14 pmSalam kenal ya 🙂
maap ya, cm mau bilang kalo banyak situasi seperti yg lemah pasti berusaha menjadi kuat semua cara di halalkan. Yg kuat akan tetap seperti padi, makin berisi makin menunduk 🙂
kalau pemerintah kita diem2 aja, kita sebagai warga negaranya yg harus bangkit..semangat, kasih liat ke dunia luar kalo rakyat indonesia nggak bisa di goblok2in terus menerus. Untuk yg gak bisa duduk sampai bangku universitas pasti kita punya kelebihan2 yg lain. Handmade Indonesia di kembangkan, pertanian di majukan, sumber daya alam kita banyak kok. Kita punya negara kaya, kenapa harus mengeluh. apa yg kita nggak punya? mau oli? ada, mau timah? ada, mau beras? banyak, mau ikan? banyak dll dll.
jangan pernah merasa iri dgn kemajuan bangsa lain, kalau punya perasaan iri berusahalah untuk maju jangan malah makin mandek dan putus asa, terapkan kemandirian, percaya diri. orang gak akan maju kalo cm liat rumput di tetangga lebih hijau dr rumput di rumah.
kalo kita cm berdiskusi terus tanpa usaha sama aja bo’ong ya.
jadi..please semangatlah, kasih liat kalo kita dilahirin bukan untuk di cemooh, tp untuk menjadi seorang yg patut di contoh.
Merdeka!!
kenny
October 20, 2007 at 3:02 pmsetuju ama komennya si edra, hanya bbrp bagian kecil warga m’sia yg arogan. Aku percaya para generasi muda yg gak ngerti sejarah m’sia dulu (disini nggak ada pelajaran sejarah).
Kenyataannya selama 9th tinggal disini hampir nggak pernah terjadi hal2 yg sifatnya melecehkan saya sbg orang Indonesia. Kalo aku percaya dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung (bener gak sih?)
Seringnya TKI yg disini kurang bertanggung jawab dan menghargai aturan2 yg jelas berbeda dgn negara sendiri, memang byk tindakan kriminal yg mereka lakukan disini (memang hanya sebagian kecil aja) dan itu lolos dari pihak media Indonesia.
Kenyataannya memang M’sia skr lebih kaya, lebih maju dan beruntung pemimpin disini betul2 sangat dihormati, dipercaya, dihargai, dan berwibawa.
Kalo sekarang Indonesia merasa perlu lebih dihormati M’sia, lebih baek belajar menghormati diri sendiri dulu, bebenah diri, nggak terlalu beremosi dan melakukan tindakan yg merugikan pihak sendiri.
meitymutiara
October 20, 2007 at 3:19 pmAku lupa taun berapa, tapi waktu itu dalam rangka ultahku … aku jalan sendiri ke KL dan nginep disana beberapa hari. Terus, satu malem pas selesai makan malem di daerah bukit bintang situ, sempet denger beberapa lagu indonesia tempo dulu dari satu bus yang parkir engga jauh dari tempat aku makan. Itu kira2 mereka bayar royaltinya ga ya ke para penciptanya yang orang2 Indonesia?
ndoro kakung
October 20, 2007 at 5:22 pmmas, bikin dong film dokumenter tki di malaysia.
Ina
October 20, 2007 at 6:29 pmWaduh..berapi api bgt mas. panas na tulisan ini ampe terasa ke mana mana.
😀 Two Thumbs Up Buat Bung Karno.
Iman Brotoseno
October 20, 2007 at 7:41 pmtemans,
memang Kenny dan Endratna benar bahwa secara micro tidak semua bangsa Malaysia memiliki perspektif jelek terhadap Indonesia. Memang hubungan personal bisa membuat buyest, Saya juga memiliki sahabat, teman kerja yang dari Malaysia, bahkan ketika saya ada kerjaan di KL, mereka juga bersikap correct. Tapi kadangkala dalam skala macro, ada rasa kebangsaan yang terusik dengan beberapa peristiwa yang memang seperti melecehkan rasa kebangsaan kita. Ini bukan masalah right or wrong is my country, tetapi bagaimana mendudukan proporsi harga diri bangsa pada tempat semestinya. Juga menjadi sebuah instropeksi kepada kita,jika bangsa lain bisa seenaknya terhadap kita,pasti ada yang ‘ salah urus ‘ dengan kita. Apapun itu konsekuensinya. Mari kita benahi
arul
October 20, 2007 at 11:26 pmkalo bisa kita mulai dari diri kita sendiri..
jangan mau ketinggalan dibanding mereka.
Aris Heru Utomo
October 21, 2007 at 5:27 amMas bikin film donk dengan tema2 yang meningkatkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Usulan ndoro Witjak utk buat film ttg TKI di Malaysia boleh juga tuch, namun ada baiknya dgn lebih menonjolkan sisi2 perjuangan mereka sebagai pahlawan pembangunan bukan akibat dari keterbatasan pemerintah kita dalam menyediakan lapangan kerja (walau kenyataannya iya). Semacam propaganda? Iya, kenapa tidak. Kalau pemerintah belum mampu, mungkin orang2 seperti mas Iman dan para blogger dapat memulainya. Salam
angin-berbisik
October 21, 2007 at 7:51 amsudah saat nya pemerintah bertindak tegas kepada malaysia…
dan sudah saatnya bangsa indo bangkit dari tidur panjang…getarkan denyut nadi perjuangan dalam segala bidang…
Yolla Elwyn
October 21, 2007 at 8:17 amPagi mas iman, salam kenal mas..:)
Tertarik baca postingannya nih, cerita dikit..setahun yg lalu ditaiwan sini ada acara international students festival, nah perwakilan malaysia nyanyiin lagu ini, kita nyampe bingung..lho kan itu lagu kita???
kesel banget ama pemerintah yg gak bisa tegas…alasannya, kan mereka udah minta maaf..please deh, kalo minta maaf cukup buat apa ada polisi..:)
endang
October 21, 2007 at 8:38 amterus terang saya gak berani buka link blogger kondang di malaysia itu, takut sangat emosi.
Rakyat da bangsa Indonesia harus menghentikan pertikaian dalam negara kita sendiri dan berhenti saling merasa benar sendiri, dan mulai menghargai pemerintah dan perkataannya, spt dulu. Memang pemerintah bisa byk salah, tapi Pemerintahlah orgtua kita. Kalau merasa didukung rakyatnya sendri dan yakin tdk dpt tentangan, pasti Pemerintah punya kepercayaan diri tinggi utk mengambil tindakan berani soal Malaysia ini.
CempLuk
October 21, 2007 at 11:22 ampertahankan kedaulatan NKRI dari serangan Malaysia..ternyata begitu toh ceritanya..
:::susie:::
October 22, 2007 at 2:57 amrasanya saya ngikut commentnya si kenny aja , krn sepertinya cukup objektif banget , gak usah di tambahi dan di kurangi .
tiap kata2 yg di tuliskannya adalah cubitan keras buat “Indonesia”
MicoKelana
October 22, 2007 at 7:05 amSaya rasa ini adalah ciri pemerintahan yang tidak kuat mempertahankan ideologinya. Sejak zaman dulu bahkan orde baru kita jarang sekali mendengar lagu kita di curi oleh negara lain. Agak sulit memang jika hal ini tidak diangkat dengan serius oleh NKRI. Lama-lama abis deh harta kekayaan kita oleh bangsa lain. Belum lagi kekayaan bangsa yang dicuri oleh bangsa sendiri.
rendy
October 22, 2007 at 8:48 amtulisannya sadis… bisa bunuh diri nanti itu generasi muda superior kalau tau asal muasal ceritanya seperti ini
IRA LATHIEF
October 22, 2007 at 10:32 amPikiran itu seperti magnet…kalo kita mo cari hal apa yg positif dr peristiwa ini , pasti bakal bermunculan fakta2 yg positif, begitu juga sebaliknya. Moga2 peristiwa ini bs jd pembelajaran buat bangsa sendiri, and Lets hope in the near future hubungan Ind- Malaysia bakal bertambah erat, instead of making it worse.
Great Post, Mas Iman! Thx for sharing !
Toga
October 22, 2007 at 12:16 pmApa ya yang harus dilakukan untuk dapet copy file audio suara si Bung itu; mutih 7 hari 7 malem? nyekar ke Blitar? ato ngasih sajen ke juragan blog ini? :)) Just kidding, Sir.
Cuma satu kelemahan Soekarno; dia datang terlalu awal untuk bangsa ini, visinya melesat ke depan, bangsanya tertatih di belakang.
Great Blog(ger)!
Annas Wahyu P.
October 22, 2007 at 1:00 pmMas iman,isinya bagus banget. tapi warna orange nya ko mengganggu mata ya?terlalu kontras sama putih.
SiMungiL
October 22, 2007 at 5:30 pmBaru mau bilang dikasih link copy file dong, eh Bang Toga dah minta hal yang sama…
Terimakasih atas postingannya, bagus! Sampe bikin bulu kuduk merinding..
dan saya juga setuju dengan pendapat, jika pemimpin kita memiliki sepersepuluh saja semangad dan amarah…
Someday there will be One! 🙂
Ani
October 22, 2007 at 7:49 pmRasanya memang pemerintah kita kurang tegas terhadap Malaysia. Aku kadang gemes, tapi nggak bisa melakukan apapun !
Rey
October 23, 2007 at 9:54 amIni namanya air susu dibalas dengan air tuba. Sudah diajarin macem2, ehh batik dia petenin, kalo gak salah wayang kulit juga deh, trus ngambil lagu tanpa bilang2, TKW kita dianiaya, malah skrg pake operasi Rela segala, dan masih banyak pelecehan yg mereka lakukan.
Dari sekian banyak perlakuan buruk malaysia, apa balasan dari kita?? setau aku sih tidak dibalas dengan kekerasan fisik juga (bener gak sih?).
Menurut aku dgn kekerasan terus menerus yg dilakukan malaysia malah justru semakin membuat citra betapa rendahnya bangsa itu sendiri. Dan kita tidak perlu membalas dengan kekerasan ato pelecehan yg sama, lebih baik kita pikirin gmn caranya spy kita bs melindungi kekayaan budaya kita dari bangsa pencuri macam mrk.
Aduhh aku takut banget kalo hasil budaya indonesia lama2 dipatenin semua ma mrk, kbrnya rendang segala udah dipatenin yaa? gilingan.
Dan aku jg heran ama pemerintah indonesia, terlalu santei ngadepinnya. Yg tegas dong…!!! pantes aja org2 indo selalu dilecehin ama negara laen, soalnya pemerintahnya gak tegas, gak bs melindungi warganya.
Udah yaa… maap kepanjangan.
balibul
October 23, 2007 at 3:52 pmoh mas iman nulis ttg malingsia..btw, maaf lahir bathin dari saya apapun suku, ras, keprcayaan anda
ibunyaima
October 23, 2007 at 3:55 pmDulu2, kalau almarhum Bapak cerita bahwa “Negaraku” itu iramanya nyolong Stambul Terang Bulan, saya suka ragu2: omongan bapak benar, atau ini sisa2 fanatisme aktivis mahasiswa di era “Ganyang Malaysia” saja?
Toh, di Wikipedia, disebutkan bahwa “Terang Bulan” aslinya dari Kerajaan Perak.
Tapi.. setelah insiden Rasa Sayange, nggak ada alasan untuk meragukan kata2 Bapak 😉
*yaah.. lagu pop aja kiblatnya ke Indonesia, sok2an punya hak milik terhadap Rasa Sayange ;)*
DIRGA
October 23, 2007 at 8:31 pmhummm…sungguh beruntung blog saya ternyata dikomentari oleh PIONER blog seperti anda.
Mungkin,,tak hanya malaysia saja yang sekarang menjajah kita secara rohani.tapi,,bangsa-bangsa lain pun juga memperlakukan undonesia seperti itu.inilah Salah satu PR yang sulit yang akan dihadapi oleh generasi-generasi yang akan datang seperti saya
Kana Haya
October 24, 2007 at 3:36 pmmungkin salah kita juga yang kurang memperhatikan hal hal kecil macam hak paten dan hak cipta atas karya karya anak bangsa. jadinya pas kejadian ada yang nyolong kaya malaysia itu, kita kelimpungan sendiri. kalo emang pernah ada kejadian, bukankah mestinya kita sudah mengantisipasi agar gak terjadi lagi? bukankah keledai saja tidak pernah jatuh dua kali ke lubang yang sama? hmm.. apakah ini berarti kita lebih bodoh dari keledai *yang katanya hewan paling bodoh*?
ichal
October 24, 2007 at 3:41 pmsepertinya ada yang salah dengan pemimpin kita mas!!
kurang berwibawa di mata tetangga kita itu, kalo kita-kita yang prjurit kecil mah tinggal tunggu komando, dan bukan gak mungkin nanti akan ada juga yg sweeping orang2 “kaya” malaysia yg ada di indonesia!! barangkali!!
-tikabanget-
October 25, 2007 at 6:28 amah… kita ini juga bangsa pembajak kok.. 😀
ehh.. mungkin kita harus punya kantor hak paten pembajakan.. hihihi.. seru tu..
CacingKepanasan
October 25, 2007 at 9:39 amKenapa gak damai aja ya?
(Kalau damai gak rame)
😀
w i n i
October 25, 2007 at 10:49 amMemang sih gerem banget sama arogansi Malaysia dengan tingkahnya yang “aneh-aneh”.. Semoga pemimpin Indonesia bisa bersikap dan bertindak segera untuk melindungi aset-aset bangsa..
Kalau pemerintah serius, creative industry kita sangat bisa kok menopang secara materi kehidupan seluruh orang Indonesia.
Wong devisa dari creative economy kita sekarang ajah udah setara 6 kali lipat PDB dari minyak mentah dan gas alam di harga tahun 2004…
itu baru industri kreatif yang berkaitan dg manufaktur, belum berkaitan dgn yg lainnya…
Jadi, kalau sekali lagi pemerintah mau membenahi secara serius, mulangin seluruh TKI kita di Malaysia itu sesuatu yang bisa dilakukan.
langit
October 25, 2007 at 2:45 pmmalaysia oh malaysia..
maaf lahir batin 🙂
Kang Kombor
October 25, 2007 at 4:16 pmSampeyan menulis dengan bagus. Kalau saya sudah ngajak perang dan minta hubungan diplomatis diputuskan.
TaTa
October 25, 2007 at 9:33 pmindonesia harusnya soekarno dalam bentuk masa kini