Korupsi = Budaya

Sebegitu banyak publikasi tentang tertangkapnya orang yang disuap – terlibat korupsi -ternyata tidak membuat kapok mereka mereka untuk tetap melakukan transaksi ini. Rocky Gerung, pengajar filsafat Universitas Indonesia mengatakan korupsi menjadi soal teknis ( lolos atau sial ditangkap ). Bukan lagi soal etis ( malu atau tidak ). Ini adalah kondisi banalitas yaitu kerendahan tindakan yang bahkan alasannya pun tidak dapat dimengerti. Banalitas, yakni keadaan umum dimana moral defisit berlangsung dalam sebuah institusi agung – DPR, MA, Kejaksaan – sehingga kejahatan justru dinikmati sebagai pekerjaan.
Baiklah kita tidak berbicara di ranah filsafat yang membingungkan.
Kita mesti mengakui bahwa korupsi adalah bagian dari budaya bangsa, selain bangsa yang ramah tamah dan – mungkin – gaya hidup. Tradisi yang turun temurun.

Bagaimana mungkin kita menjelaskan sebuab paradigma yang dipercaya sebagian besar orang Indonesia, selalu ada excuse –ada alasan moral – untuk melakukan korupsi. Katakanlah untuk menambah penghasilan yang selalu kurang. Jadilah kita terbiasa melihat tukang mark up proyek sampai mengakali jam lembur. Macam macam.
Tentu saja saya juga bukan sok suci. Jelas pernah menyogok polisi, sesekali mencatut uang untuk kuliah dulu.

Di dunia saya, film ? saya pura pura tidak melihat kong kalikong produser saya dan pemilik proyek. Karena beruntung saya hanya mengurusi aspek kreatif.
Seorang tukang ledeng yang biasa mengurus padepokan leyeh leyeh saya, mengeluh karena sudah menghabiskan dana 2 juta untuk biaya casting anaknya. Bahkan kemarin dia diminta lagi 300 ribu untuk biaya pemotretan. Saya mengatakan bahwa ini hanya oknum, karena setahu saya, perusahaan film atau modeling agency tidak pernah memungut dana dana siluman seperti itu.

Sama yang dijelaskan Rocky Gerung, tidak fair jika sebuah institusi seperti misalnya Kejaksaan atau DPR membuat apology dengan mengatakan pelaku korupsi adalah oknum. Ini yang dinamakan defisit moral, karena bagaimana pembuat hukum merendahkan didepan keadilan dan hukum.
Harusnya kita harus merubah pemikiran secara radikal, dari pembuktian asas praduga tak bersalah menjadi praduga bersalah. Artinya berpikir bahwa semuanya adalah koruptor sampai dibuktikan terbalik. Tidak ada yang namanya oknum jaksa, oknum anggota dewan atau oknum orang film. Lembaga itu yang harus dibongkar, juga perusahaan film misalnya.

Kalau misalnya dalam rekaman pembicaraan telpon Ayin yang disadap KPK mengatakan ia akan bersiap siap ke salon untuk menghadiri launching lagu SBY. Pasti ada yang tidak beres dalam arti hubungan KKN dengan pusat kekuasaan. Sesuatu yang dibantah habis habisan dengan jubir Andi Malarangeng.
Tak ada yang bisa mengubah sistem yang amburadul ini kecuali menggantinya secara radikal pula. Tebang semuanya dan mengganti dengan darah baru. Generasi baru.
Ada terapi yang mumpuni dari negeri Cina. Menghukum mati seluruh pejabat yang korup, tak terkecuali. Sistem keputusan hukumnya hanya dibuat sekali. Jadi tidak ada banding atau kasasi.
Tapi jangan jangan prediksi saya salah juga.Siapa tahu generasi baru yang akan memimpin kelak juga terseret dalam lingkaran ini. Wong korupsi seperti candu. Memabukan dan sakauw. Masalah kalau tertangkap, ya hanya nasib sial saja.

You Might Also Like

49 Comments

  • edy
    July 2, 2008 at 6:56 pm

    karena dibiarkan sejak lama, jadinya nempel di banyak sisi
    lama-lama bikin karat dan tinggal nunggu negara roboh
    penyebutan oknum malah jadi pemakluman akan tindakan korupsi
    hidup revolusi! *lhoo*

  • sawali tuhusetya
    July 2, 2008 at 7:03 pm

    korupsi di negeri ini agaknya telah menggurita di segenapo lapis dan lini birokrasi, instansi, dan organisasi, mas, sehingga masyakarat pun kehilangan fungsi kontrol. itulah sebabnya negeri ini jadi sarang korupsi yang sulit diberantas. hukum pun agaknya telah mandul sehingga tak mampu memberikan efek jera

  • Epat
    July 2, 2008 at 7:07 pm

    padahal sudah ada 5 agama ya mas di negeri ini kekeke blum lagi pancasila, adat istiadat, perundang-undangan dll dst dsb lah. lha tapi bagaimana piye lagi, semuanya itu dol able je di negeri ini…
    Namun juga bukankah fitrahnya manusia kan musti selalu tetap berusaha, semoga kedepan kita bisa tetap untuk selalu berusaha memperbaiki semuanya ini. agar ndak salah waris budayanya bisa tambah parah…

  • danalingga
    July 2, 2008 at 7:15 pm

    Karena korupsi sudah dirasa bukan korupsi lagi.

  • nindityo
    July 2, 2008 at 7:58 pm

    betul mas ini udah jadi budaya.
    banyak yang gak ngerasa ini dosa dan hanya sekedar permainan. toh yang lain juga melakukannya. intinya, asal jangan ketauan.
    perubahan bisa dimulai dari pihak yang menyuap ato pihak yang disuap.
    dan menciptakan iklim tanpa korupsi.
    ayo dukung kpk saat ini.

  • suprie
    July 2, 2008 at 8:45 pm

    Korupsi memang sepertinya udah menjadi bagian dari budaya bangsa…

    tapi saya setuju, klo para koruptor di hukum mati.

  • gambarpacul
    July 2, 2008 at 9:44 pm

    memang hukum di Indonesia kurang memberi efek jera, kalo niru Cina boleh juga tuh..

  • Dony
    July 2, 2008 at 11:10 pm

    “Tebang semuanya dan mengganti dengan darah baru. Generasi baru.”
    Wah, revolusi hijau nih, kayak pohon karet aja ;D

  • Donny Verdian
    July 2, 2008 at 11:50 pm

    Memang betul! Saya sangat setuju, terapkan hukuman mati untuk koruptor.
    Kemarin di TEMPO saya baca bahwa ruang tahanan untuk Urip Tri G pun pakai AC segala macam… gimana mereka bisa jera..?

    Kadang saya sampai berpikir dan ini mungkin terlalu sinis, bahwa jangan2 KPK bukan juga tak terlalu bagus seperti yang tersiar bahwa mereka sangat concern tentang memberantas korupsi.

    Jangan-jangan ada pihak-pihak yang sengaja di skip oleh mereka dan menebang pohon yang lebih cocok ?

    Ah entahlah.. terlalu absurd…

  • sluman slumun slamet
    July 3, 2008 at 12:16 am

    saya cuma berdo’a ketika sekarang saya posting tentang tante ayin yang girang ituh, posting tentang teknik pengendalian organisasi dari dalam bui ala nurdin jago kelit dan posting-posting tentang kerusakan negeri ini. kelak mudah-mudahan saya TIDAK dijadikan posting untuk kasus yang sama….
    semoga juga semua blogger, yang konon blogger itu jujur juga tidak terjerumus ke dunia hitam korupsi itu. semoga….

  • Shinte Galeshka
    July 3, 2008 at 12:17 am

    Hari ini di KOMPAS dua jaksa yang sudah dipidana kasus suap bisa balik menjabat, malah jadi pengawas lagi.
    Lihat yang kayak gini salah gak sih kalo rakyat gak percaya lagi sama pemerintah.
    Bener sih mas, kalo buat korupsi harusnya gak ada praduga tak bersalah, plus terapkan pembuktian terbalik, trus hukum mati deh, minimal potong tangan dua-duanya okey juga.
    Btw salam kenal, mas.

  • Lance
    July 3, 2008 at 12:43 am

    dont we have a future..a better future here..i doubt it

  • leksa
    July 3, 2008 at 3:35 am

    wah tidak sesuai dugaan,..SBY harusnya belakangan,
    yang terbuka duluan itu hrsnya siSudi dan Kaban..
    ups keceplosan 😐

  • Anang
    July 3, 2008 at 4:51 am

    bener mas iman, harus ada sebuah ketegasan untuk hukuman dari para pembuat keputusan di negeri ini bagi pelaku korupsi, yang jelas2 merugikan bangsa. hukum mati aja biar kapok koruptor. dan juga perlu kesadaran dari masing2 individu untuk kembali jujur dan menjauhkan diri dari korupsi. yuk mari..

  • Silly
    July 3, 2008 at 6:13 am

    Mas iman yakin, generasi baru sekarang pasti bersih dari korupsi… saya malah setuju dengan mas edy bahwa Korupsi ini sudah mendarah daging, beranak pinak dan mengakar dalam sejarah bangsa ini secara turun temurun, walaupun saya tidak meragukan juga bahwa ada banyak generasi muda kita yg masih “bening”, “polos” dan belum terkontaminasi budaya korupsi ini (korupsi kok budaya… hehehe… ahhh, masih mendinglah… dari pada printed on our gene… Masuk dalam gugus protein rangkaian DNA kita, hayooo… lebih memalukan bukan??? )

    Solusinya?… gak tahu, I have no Idea, and don’t wanna blame a person for that, karena semua kita punya andil untuk membuat ‘budaya” korupsi ini terus berakar dalam kehidupan kita bukan?… Korupsi waktu, korupsi tenaga, korupsi fasilitas (fasilitas kantor dipakai untuk nyari duit diluaran)…dsb. kalo tidak ketahuan, alhamdulillahhhh… kalo ketahuan (sumpah serapah, “Siyallll, @#&@)&$@)($&)@%@)$*@&$Q%*_Q#@($&@Q(&$@” 🙂

  • didut
    July 3, 2008 at 7:22 am

    benar mas iman, itu memang sebatas pada hal teknis.. orang indonesia sudah pada jago sama hal teknis ginian jadi ya mereka tenang-tenang aja pas dilacak kecuali memang lagi apesnya bisa dibongkar

  • hanny
    July 3, 2008 at 8:18 am

    kalau upeti dari daerah2 pada masa kerajaan dulu, itu sebenernya termasuk bentuk suap juga nggak, mas? *mikir*

  • bangsari
    July 3, 2008 at 8:32 am

    pfiu, welcome to the club bro… negara mafia. betul?

  • itikkecil
    July 3, 2008 at 8:33 am

    soal teknis itu, ada seorang pns yang bilang gini di forum. “kita semua ini korupsi, sekarang ini yang tertangkap itu yang sial saja”
    dan juga saya melihat tidak ada rasa bersalah dari para “oknum” pns itu walaupun mengambil sesuatu yang bukan haknya.

  • dil
    July 3, 2008 at 8:55 am

    urusan ketauan or gak ketauan orang endonesa emang jagonya 🙂

  • kw
    July 3, 2008 at 9:17 am

    setuju. ada revolusi yang radikal. penggal semua koruptor! tp siapa yang akan memulai? 🙁

  • Sarah
    July 3, 2008 at 9:27 am

    ada korupsi cinta ??
    sama sama perih

  • anusapati
    July 3, 2008 at 10:09 am

    Bea Cukai Tanjung Priok itu sudah ‘semi’ potong 1 generasi Mas Iman….tapi toh ternyata masih ada yang ngaco juga….bikin makin neg mikirin negara..

  • Toni
    July 3, 2008 at 10:58 am

    Pembuktian terbalik Mas, suatu klausul hukum yang ditentang para politisi korup karena metode ini menawarkan jalur cepat pembuktian hasil korupsi mereka.

  • Hedi
    July 3, 2008 at 11:14 am

    memang gitu mas, udah kebiasaan hingga jadi budaya. jadi, kalo ga ikut korupsi ga berbudaya? 😀

  • Setiaji
    July 3, 2008 at 11:18 am

    Masalah kalau tertangkap, ya hanya nasib sial saja >>> setuju Mas, gak gampang untuk tidak korupsi dimana kita ada dilingkungan tsb, yg merasa bersih bisa jadi memang tidak ada di lingkaran itu atau memang gak ada peluang sama sekali. kalo saya paling korupsi waktu saat bekerja dgn blogging dan bikin proyek pribadi hehehe…

  • Aki Herry
    July 3, 2008 at 11:36 am

    Bagi sebagian, korupsi baru namanya korupsi kalau tertangkap..

  • adipati kademangan
    July 3, 2008 at 12:10 pm

    korupsi menjadi budaya. sungguh berat sekali pekerjaan menteri kebudayaan harus mengurusi budaya korupsi. harusnya Menteri hukum dan perudang – undangan lah yang berkompeten memberantas itu semua

  • edratna
    July 3, 2008 at 12:36 pm

    Saat mendapat kursus kepemimpinan tahun 1987, ada dosen hukum UI mengatakan…”Orang baru bisa dinyatakan bersih dan tahan tidak korupsi, jika memang tugas dan pekerjaan dilingkungan yang memungkinkan melakukan korupsi, namun dia tetap dapat bertahan tak korupsi….”

    Pembenahan SDM, sistem dan prosedur, serta efek jera jika tertangkap korupsi…..akan membuat orang takut korupsi. Lha mosok ada orang keluar dari penjara bisa menjabat lagi…..menurut Kompas kemarin, ada 2 jaksa yang bisa aktif lagi bekerja…ini memang jadi aneh

  • dahlia
    July 3, 2008 at 12:39 pm

    ” ada korupsi cinta ??
    sama sama perih ”

    huahahaha sempet kaget baca komen ini , kirain bundarara ternyata buanadara

  • Sari
    July 3, 2008 at 2:05 pm

    Lah wong enak kok mas korupsi disini. Ambil uang negara sebanyak-banyaknya kalau ke tangkap paling di dimintain dendanya dikit kok terus di hukum hitungan bulan atau tahun ga sampe belasan, puluhan apalagi mati. Trus di “hotel” kita dah disiapin fasiltas dan yang pastinya masih bisa dandan kinclong dan jadi selebriti tahanan deh. Apalagi di sini ini yah mas yang penting ada duit. Jaksa aja bisa diem kalo di kasih duit apalagi sipir.

  • AgoyYoga
    July 3, 2008 at 2:14 pm

    Pernah nanya sama teman yg kerja disalah satu department basah:- “Kerjaanmu rawan ya, gak takut kecipratan (dosa)?” Jawabnya,”Gimana ya, waktu diklat (pendidikan), dosennya udah bilang kalau masuk ke dalam lumpur jangan harap gak kecipratan lumpur, ya sudah…”
    saya:- “Lho??!!” Kesimpulan sementara: – jadi diklat-diklat itu buat membentuk mental beginian.

  • manusiasuper
    July 3, 2008 at 2:34 pm

    Tak tau lagi lah aku pak..
    Hampir putus asa dan berniat pindah negara…

  • tukangkopi
    July 3, 2008 at 3:40 pm

    kemaren ada salah satu bos saya yang pergi ke Aceh untuk mengurus proyek perusahaan di sana. waktu pulang ke Jkt tampangnya stress banget dan di Aceh sempat masuk rumah sakit. “Nggak ada yang bener dari atas sampe bawah..”, keluhnya.

  • Rydisa
    July 3, 2008 at 4:00 pm

    korupsi ya? saya hanya bisa tersenyum getir, mengingat bikin SKCK kemaren juga rada”selip” 😀
    tapi di dunia ini adakah sistem pemerintahan yang pure non corrupt? walaupun begitu tetap harus ada ketegasan2 yang sangat biar corruptnya juga jgn kelewatan atau biar sama sekali tidak ada. bermimpi itukan boleh toh……

  • mbakDos
    July 3, 2008 at 6:46 pm

    korupsi?

    mungkin kita harus membincangkan ini 😉
    *selain tentang alex komang dan tyo pakusadewo tentunya!*

  • yuswae
    July 3, 2008 at 7:17 pm

    Tidak ada jaminan mas, tebang semua dan berharap pada generasi baru, bisa menjadi obat manjur menghapus korupsi di Indonesia. Karena hampir semua masyarakat kita permisif sama korupsi..

  • dian
    July 3, 2008 at 10:38 pm

    gimana kalo budaya ini kita hibahkan aja ke malaysia. khan mereka kekurangan

  • iman
    July 4, 2008 at 12:18 am

    silly,
    makanya saya bilang di ending..jangan jangan saya salah, karena generasi baru bisa masuk dalam dunia baru yang memabukan juga..
    mbak dos,
    betoollllllllllll

  • poetra
    July 4, 2008 at 12:24 am

    selama sistem rekrutmen (dalam hal apapun, baik itu CPNS, universitas, apalagi aparat negara) di negara tercinta ini masih melibatkan uang dan network, kok saya sepertinya pesimis bahwa negara ini akan bebas dari korupsi..

    tapi mudah2an pendapat saya salah 🙂

  • hanggadamai
    July 4, 2008 at 1:37 am

    bener mas iman, beginilah indonesia negeri tercinta kita..
    sedari kecil kita sudah diajarkan korupsi dimuali dari saat nyontek dll

  • CY
    July 4, 2008 at 12:37 pm

    SBY?? bagaimana dgn JK?? bersih ga?? 😆

  • Catshade
    July 5, 2008 at 7:49 am

    kemaren ada salah satu bos saya yang pergi ke Aceh untuk mengurus proyek perusahaan di sana. waktu pulang ke Jkt tampangnya stress banget dan di Aceh sempat masuk rumah sakit. “Nggak ada yang bener dari atas sampe bawah..”, keluhnya.

    Dan mereka bilang “Syariat Islam adalah solusi untuk mengatasi kebobrokan negeri ini”? Ternyata nggak segampang apa yang ditulis di buku itu ya… >_>

  • fisto
    July 6, 2008 at 8:46 am

    istilah medisnya sudah kronis….

  • aminhers
    July 7, 2008 at 9:19 pm

    Mas Iman, sepertinya drama seri Hakim Bow (Justice Bow) harus jadi tontonan wajib para pejabat dan masyarakat Indonesia.

  • aditya sani
    July 10, 2008 at 11:59 pm

    saya jadi inget temen-temen yg lebih berumur, yang dulu penuh aktivitas demonstrasi menentang pemerintah. kala itu, boleh dibilang merekalah generasi baru, yang segar, dan harusnya bersih. melihat mereka skrg, toh mereka sama saja dgn generasi sebelumnya. Pilihannya skrg, mungkin menjadi penonton dagelan republik ini, dan berada jauh jauh di luar lingkaran kekuasaan.

  • agus salim ujung
    July 11, 2008 at 6:15 pm

    Mas Iman, korupsi dan suap sudah berlangsung sejak dini. “Pak, kata bu guru, harus bawa amplop supaya dikasi surat tanda lulus,” kata anak saya yang masih duduk di SD. Lho kok. Ketika anda pulang ke kampung naik mobil, teman dan kerabat akan memuji anda, walaupun mbl itu dibeli dari hasil korupsi. sometime, bisa korupsi pun dianggap sebuah keahlian dan ‘prestasi’. jangan-jangan nanti ada imbauan : pandai-pandailah korupsi ! he…he…he

  • shanti
    July 13, 2008 at 1:52 am

    wah, sejalan sama obrolan sama sama seorang teman kemarin nih Mas! saya link yaa..
    makasih 🙂

  • kambingkelir
    July 15, 2008 at 10:11 pm

    Menarik sekali ulasan mas imam mengenai hal diatas konteks koropsi tak lagi berdasar pada malu atau ngaknya apalagi berpikir dosa dan tidak nya tapi masalahnya adalah ada dan tidak ada kesempatanya dan kalo toh nggak ada ya di ada adain ya mas
    Salam kenal dan sukses selalu
    Terima kasih

Leave a Reply

*