Dahulu saat menonton film “ English Patient “ , saya selalu membayangkan sebuah janji yang dipertahankan sampai kematian. Tragis, mempertanyakan apakah ada yang lebih mulia daripada mereka yang selalu menetapi janjinya. Count Lazlo Alamzy, ahli pemetaan asal Hongaria yang menjalin skandal cinta dengan Khaterine, istri temannya sendiri. Sebuah setting perang dunia ke II dengan backdrop gurun sahara dan kota kota arab magribi yang eksotik.
Dalam kecelakaan pesawat terbang yang juga membunuh suami Khaterine. Alamzy membawa Khaterina yang terluka parah ke dalam sebuah gua. Ia memberikan korek api karena ia harus mencari pertolongan ke kota terdekat.
Malangnya, di kota pendudukan Jerman, ia bahkan masuk ke dalam sel penjara. Lelaki itu tetap memegang janji setelah beberapa hari di sel, menjemput kekasihnya yang sudah meninggal sendirian di gua tersebut. Kita membayangkan korek apinya yang habis sambil menunggu kekasihnya tak yang kunjung datang.
Membuat janji tidak bisa dianggap remeh. Janji adalah sebuah komitmen, dan kita bisa dikejar perasaan bersalah – walau banyak yang tidak merasa – gara gara wanprestasi atau ingkar janji. Mereka yang selalu menepati janji adalah pribadi yang memiliki integritas, karena menjadi barang langka di kehidupan hedonis ini.
Problemnya justru kadang kita tak pernah berani mempertanyakan cidera janji itu. Jadinya rakyat hanya bersungut sungut kalau anggota parlemen justru asyik bancaan rayahan uang dari Bank Indonesia atau dana sogokan dari daerah. Lupa dengan janjinya semasa kampanye untuk memperjuangkan konstituennya.
Lha wong keturunan raja raja Mataram juga tidak bisa berunjuk rasa ke kanjeng Ratu Kidul. Padahal dulu sewaktu ia keluar dari singsana di dasar laut samudera hindia – karena laut mendidih, ikan ikan pada mati – akibat tapa brata Panembahan Senopati. Sang Ratu berjanji akan menolong keturunan Panembahan Senopati dengan balatentara jinnya.
“ tepuk bumi ini dan panggil saja namaku kakanda “ sambil membelai mesra dan mengajak sang kesatria ke peraduannya.
Tetap saja Kompeni selalu mengalahkan Mataram. Dalam catatan sejarah peperangan raja raja Mataram, yang membantu Sunan / Sultan, justru orang Madura, kerajaan gowa atau orang orang Tionghoa. Tidak pernah ada laskar jin dari dasar laut.
Kita semakin mudah mengatakan janji itu jika ditantang untuk membuat janji.
“ Mas, kamu janji mau menyayangi aku,..melindungi aku ? “
“ Crossed my heart darling “ jawabnya semudah membalikan telapak tangan. Memang manusiawi dan sekalgus mengesalkan. Lalu bagaimana dengan janji terhadap negeri kita sendiri ?
Sewaktu syuting salah satu capres empat tahun lalu, seorang jenderal purnawirawan yang harus beradegan di depan kamera telah membuat aroma ketakutan seluruh crew. Saat itu ia harus mengucapkan janji.
“ Saya berjanji…” belum sempat selesai mak jedotttt listrik dari generator mati.
Sekali lagi adegan diulang, setelah generator dinyalakan kembali.
“ Saya berjanji…”. Jegleg. Generator mati lagi
Ajudan seorang Kolonel langsung sigap menuju produser film, dan mempertanyakan apa yang terjadi. Sang Jendral mukanya merah padam. Tukang generator bertambah grogi, keringat bercucuran. Bayangan siksaan di rumah militer guntur berkelebat di matanya.
Akhirnya semua menunggu ke generator. Menunggu apa yang terjadi.
“ Saya berjanji…”. Aliran listrik mati lagi. Dan memang harus menunggu sekian lama. Apakah ini berarti para prewangan atau bumi ini menolak janji dari capres yang dicurigai kadar ketulusannya ?
Bahkan kita bisa melihat sebuah janji tulus dari mereka yang bukan penduduk asli Indonesia, akan tanah airnya. AR Baswedan – politikus keturunan arab – yang awal kemerdekaan banyak membantu diplomasi menembus negara negara Arab, serta menegaskan Partai Arab Indonesia menjadi bangsa Indonesia, dan menolak status golongan timur jauh sesuai staatblad dari pemerintah Hindia Belanda. Suatu keputusan berani yang justru menurunkan derajat. Lebih memilih sejajar dengan bangsa pribumi.
Lalu ada Romo Zoetmulder yang begitu peduli dengan sastra jawa, melebihi orang jawa sendiri. Sampai akhir hayatnya berjanji terus mendokumentasikan sastra jawa.
Seorang Inggris lainnya. Sir Thomas Raffes begitu dendam melihat Inggris yang melepaskan tanah yang begitu kaya ini kepada Belanda. Ketika ia menggagas proyek Singapore – sebagai pelampiasan rasa kecewanya – ia berjanji akan membuat koloni baru, walaupun kecil akan lebih maju dari tanah jawa.
Sumpah Raflles terbukti , Pulau Singapore menjadi koloni perdagangan paling strategis dalam sejarah kolonialisme Inggris di Hindia Timur. Obsesi Rafles menghentikan laju Belanda berhasil baik. Komoditas perdagangan mengalir ke sini tanpa harus menguasai Jawa dan Sumatera.
Jadi jangan main main dengan janji kita. Lebih baik menepati janji itu , dengan cara dan jalan yang berliku. Walau bisa saja tertunda. Count Almazy menyesali sambil menangis membawa kekasihnya yang terbujur mati , tertatih tatih keluar dari gua di gurun pasir Sahara.
Sebuah janji yang tertunda.
46 Comments
Donny Verdian
September 20, 2008 at 12:48 amJanji itu hutang, cedera sedikit padanya dapat lancung ke ujian-ujian selanjutnya!
pema
September 20, 2008 at 12:50 amAh…bener Mas!!
Janji itu mudah di ucapkan kok!! Menepatinya…??? Ntar dulu…
*kabur…. dipentung Mas Iman*
Erwin Baja
September 20, 2008 at 1:41 amApalagi kalau berjanji itu sampe pakai menumpangkan tangan di atas Kitab Suci atau Al Quran (janji sudah masuk kategori sumpah..)… Yang nagih bukan hanya manusia, tapi juga Yang Maha Kuasa…
Anehnya, justru mereka2 yang berjanji pake tumpangkan tangan di atas kitab2 itu malah yang suka dan gampang lupa akan janji/sumpahnya….
ambar
September 20, 2008 at 2:02 ambukankah menjadi orang yang “satunya kata dengan perbuatan” itu susah bukan main mas?
Anang
September 20, 2008 at 3:11 amjanji itu hutang mas, jadi janji yg terucap harus dan wajib dilaksanakan dan direalisasikan…
mantan kyai
September 20, 2008 at 4:45 amlebih baik tertunda daripada tidak sama sekali *CONTRENG JENGGOTNYA* 😀
didut
September 20, 2008 at 6:57 amlbh baik tdk usah berjanji ya mas kalau tdk sanggup menepatinya 😀
ika
September 20, 2008 at 7:50 amkalo kebanyakan orang sih lebih mirip lagu ndangdut mas : “kau yang berjanji kau yang mengingikari….”
btw, english patient, aku demen abis. udah nonton berkali2
Fitra
September 20, 2008 at 8:09 amIya yah bener banget,kalo janji belum dilunasi rasanya diganduli rasa bersalah, pokoknya ga enak di hati, ini aku janji mau buat tulisan utk seseorang blom2 juga dimulai,janji itu serasa menggentayangi terus….
adipati kademangan
September 20, 2008 at 9:10 ambanyak orang sekarng menjadi ahli sejarah, menghafal semua janjimu yang telah kau ucapkan dulu
aprikot manis sekali
September 20, 2008 at 10:02 amya mas Iman, kita bicara soal janji 😉
omoshiroi_
September 20, 2008 at 11:15 amjanji kini menjadi terasa kurang sakral..karena manusia atau karena keadaan?
+salam3jari+
syiddat
September 20, 2008 at 12:55 pmHmm..karena janjiku adalah janji matahari… Uhhukkk…uhhukk 🙂
Yoyo
September 20, 2008 at 1:37 pmada satu “janji” yang pasti, janji dari Pencipta Alam Semesta……. “Innama” (sesungguhnya Aku…..)
zen
September 20, 2008 at 4:00 pmDi film “Floating Landscape”, seorang perempuan memenuhi janjinya pada kekasihnya yg sudah wafat yaitu menyalinkan catatan harian si mendiang satu halaman per hari. Di film yg sama, seorang perempuan tua memenuhi janji pada suaminya yg jg sudah wafat dg cara menyalin sebuah kitab sutera sehalaman per hari, dan dia menganggap tiap baris yg disalinnya sbg doa untuk mendiang suaminya di surga.
Hatta berjanji baru akan menikah setelah Indonesia merdeka (ia melunasi janjinya). Bung Tomo merasa tidak memenuhi janjinya utk mementingkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi karena ia menikah persis pada masa revolusi. Sampai-sampai, Bung Tomo memasang iklan di sebuah surat kabar bawah tanah yg berisi permintaan maaf pada rekan2nya dan berjanji tak akan menunaikan haknya berbulan madu sebelum mengusir Belanda dari Surabaya.
nothing
September 20, 2008 at 4:31 pmmasalah janji di film.. jadi ingat film `merpati tak pernah ingkar janji`, 1985, film karya wim umboh..
sayah nonton pas masih kecil, masih sd… ceritanya saya lupa 🙂
maaf
Dilla
September 20, 2008 at 4:40 pmJanji itu hutang..hutang harus dibayar.. Kalo masih punya malu ya dibayar dong janjinya..kecuali orang yang udah gak malu punya utang.
Harga Sebuah Janji dan Komitmen
September 20, 2008 at 6:34 pm[…] di draft WP, sudah ada sejak tanggal 13 Januari 2008. Jadi teringat menuntaskan gara-gara baca posting Mas Iman. Suwun […]
tanteangga
September 20, 2008 at 7:31 pmtanteangga on paramitharusady’s style:
…….janjikuuuuuuu…..
kepadamuuuu, takkannn habis ditelan waktuuu…..
heheheeee, jadi ingattt sinetron jaman duluuu.
Aris
September 20, 2008 at 9:21 pmBicara janji berarti membicarakan kedisiplinan. Hanya orang yang berdisiplin lah yg dapat menepati janji. Celakanya, justru sebagian besar masyarakat kita masih belum bisa bersikap disiplin. Makanya ada istilah jam karet. Contoh sederhana, janji jam 10.00 eh.. munculnya jam 10.30, alasannya klasik: jalanan macet … (halah)
Nice posting mas, semoga para blogger bisa menjadi pelopor orang yg selalu menepati janji.
yuswae
September 20, 2008 at 9:51 pmmangkanya, iklan mantan capres itu sekarang materinya ndak ada janji-janjinya. Malah sekarang bilang ‘semoga SBY menepati janjinya’ 😀
Silly
September 21, 2008 at 4:24 amthat’s why people always said, “never promise what you cannot fulfill”
just a thought 🙂
GUN
September 21, 2008 at 6:00 amMas berjanji kepada Tika akan memakai kata “ituh” (eh, di sini “itu” sih, tapi sama sajalah) di judul postingan?
ngodod
September 21, 2008 at 7:07 ammas imam membuat saya teringat dengan janji2ku…
Epat
September 21, 2008 at 10:11 amjiwa manusia pun telah berjanji kepada Sang Khalik sejak pertama mulai bernyawa.
eh tapi itu jarene ding, hehehe
Iman
September 21, 2008 at 1:09 pmWahyu,
Yang main Paramita Rusady dan Chris Salam ( adiknya Roy Marten )..he he angkatan jadul banget ya..
zen,
lalu apa janjimu > sepertinya ada yang tertunda……
Rystiono
September 21, 2008 at 1:58 pmItulah kenapa saya ndak mau janji….hehehehe…
Hedi
September 21, 2008 at 3:58 pmaku berjanji ga akan nyoblos untuk sementara waktu, takut generatornya mati2 terus 😀
qizink
September 21, 2008 at 4:08 pmApakah saya pernah berjanji pada sampeyan?
wku
September 21, 2008 at 5:02 pmbahkan didi kempot selalu merana dengan lagu-lagunya yang penuh dengan ingkar janji sang kekasih… btw mas, itu iklan yang mana ya? hihi… penasaran…
Gelandangan
September 21, 2008 at 5:44 pmwahhh klo bicara sama janji sih jangan tanyakan ke Calek2 yah mas atau bekas Capres, Cagub dan Cawali karena janji mereka janji omong kosong
Janji itu sakral mas
jadi jangan mengucapkan sebelum memikirkannya dulu
Helene
September 21, 2008 at 7:58 pmMemang janji adl hutang, dng siapapun kita berjanji. Juga dng anak-anak kita.
Indah Sitepu
September 21, 2008 at 8:10 pmmak jedoootttt…..
kekekkekekeke, kalo saya ada di syuting itu pasti terkekeh-kekeh….
bumi aja menolak janjinya..
yang pasti itu iklan calon yang kalah kan mas…
(berusaha menebak siapa calon presiden yang mak jedottttt listrik mati)
ato pak W itu yaaahhh???
😛
genthokelir
September 21, 2008 at 9:10 pmmakasih mas Iman postingan yang mengandung peringatan yang dalam hehehhe saya jadi malu kadang janji saya mleset nih tapi nggak sempet mati lampu hheheheheheh
kadang saya janji saya usahakan pekerjaan selesai hari tertentu namun kadang mleset dikit heheheh
makasih mudah mudahan bisa hati hati untuk berjanji
Akang Dahsyat
September 21, 2008 at 10:12 pmjanji.. memang, kita harus hati-hati ketika bicara, apalagi kalo membuat janji.. jangan sampai kita di cap munafik.. na’udzubillahi min dzalik..
astrid savitri
September 22, 2008 at 12:20 amSetuju bhw janji adalah komitment, dan ada seorang kawan yg beberapa kali kehilangan hubungan pertemanannya cuma gara-gara ia gak pernah memenuhi janjinya utk enggak berhutang lagi, bahkan pd istrinya — komitmentnya; ’till money do us appart 🙂
bintang
September 22, 2008 at 1:45 amkadang kalo kita tiba2 mengucapkan kata janji dengan mantap, biasanya itu tidak akan ditepati…tapi kalo kita mengucapkannya hanya dalam hati saja, biasanya itu akan terlaksana…hehehe…ini selalu terjadi pada diriku…
achmad sholeh
September 22, 2008 at 8:03 ammudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang mudah berjanji dan dengan mudah pula mengingkarinya, trimakasih telah meluangkan waktunya di ekspresi hati mas
Fenty
September 22, 2008 at 10:52 amDuh, itu film English Patient bikin nangis darah deh …
Oh ya, bisa bolak-balik mati gitu ya … hahahaha, capres yang mana neh mas ?? :p
Takut dengan kalau ngomongin masalah perjanjian, emang bener kata mbak Silly, jangan membuat janji yang gak akan bisa kamu penuhi … scary …
gunawan raharja
September 22, 2008 at 11:36 amsing listrike mati iku aku melu shooting-e mas ! apa yang terjadi kemudian ! karena insiden itu lokasinya pindah ke rumah dia. lha mungkin jinnya sudah kong kali kong sama yang punya…alhasil SAYA BERJANJI….genset kok nggak njeglek ! saya noleh sama gaffer yang pringas pringis ! gaffer yang wong magelang itu ngomong bisik bisik.”ra mungkin njeglek Ndul. wong power-e soko ngomahe dewe” walah….
afwan auliyar
September 22, 2008 at 12:12 pmkrn janji tiu merupakan harapan…….
dan kadang seseorang bisa bertahan dengan harapan…. kalo harapan itu sudah tidak ada sama dengan membunuhnya…..
Ari
September 22, 2008 at 12:57 pmmasa sich wan
kw
September 22, 2008 at 2:09 pmsaya beruntung pernah punya teman yang punya komitmen kuat: lebih baik mati daripada ingkar janji. ini termasuk janji (kecil-kecilan) untuk ketemuan misalnya.
sayang dia sudah “pergi” duluan.
🙂
hanny
September 22, 2008 at 4:59 pmjangan berjanji? 😀
BARRY
September 23, 2008 at 10:37 pmSaya berjanji untuk menepati janji saya.
edratna
September 25, 2008 at 8:41 amMulutmu harimaumu…..
My word is my bond, kata seorang dealer…..
Saya tak punya apa-apa, hanya sebuah janji yang akan saya tepati, kata seorang pemuda pada gadisnya….
Saya justru melihat perilaku seseorang, tergantung apakah dia bisa komitmen dan menepati apa yang diperjanjikannya….karena itu menunjukkan karakter yang kuat.