All Posts By

iman

Ternyata Jokowi – Ma’ruf Amin

Tiba tiba nama cawapres yang diusung Jokowi berubah dan begitu mengejutkan semua pihak. Betapa tidak, sebelumnya sebagian meyakini Mahfud MD adalah kandidat yang diinginkan Jokowi, dengan persetujuan Partai koalisi.

Sebagaimana yang tersebar di group WA, diirencanakan Jokowi dan Mahfud MD akan mendeklaraksikan pencalonannya di Pelataran Menteng, dimana sempat disebut Tugu Proklamasi sebagai tempat acara. Ranah social media berlomba lomba memberitakan sosok mantan Menteri Kehakiman dan Ketua Mahkamah Konstitusi ini. Saya seketika membuat tulisan blog berjudul “ Berharap pada Jokowi – MMD “.

Ada yang memposting foto selfie atau pose bersama Mahfud MD, sebagai kebanggaan bahwa beliau akan menjadi calon wakil Presiden. Sejam sebelumnya, Mahfud diwawancara ketika akan keluar rumah menuju Pelataran Menteng. Ia mengatakan telah diberi tahu Mensesneg, Pratikno agar menyiapkan semua menjelang deklarasi, termasuk memakai baju putih baru.
“ Ini merupakan panggilan sejarah, ketika pilihan jatuh ke saya “ demikian Mahfud menjelaskan kepada awak media.

Mahfud segera bergegas bersama rombongannya menuju rumah makan Tesate yang terletak di seberang Pelataran Menteng. Bahkan sekjen PSI, Raja Antoni telah memposting foto selfie dalam mobil dimana Mahfud yang duduk di belakang, tampak mengacungkan kedua jempolnya. Rencananya rombongan akan menunggu disana, sampai Presiden Jokowi tiba di Pelataran.

Namun sejarah tak pernah berpihak kepada Mahfud. Tiba tiba dia mendapat berita dari istana, dan mendadak ia mengatakan kepada rombongan untuk pulang kembali ke rumah.
Apa yang terjadi ?

Continue Reading

Berharap pada Jokowi – MMD

Beberapa hari setelah setelah sidang tahunan MPR pada tahun 2000, Moh Maffud MD diminta Sekretaris Negara, Djohan Effendi untuk datang menghadap Gus Dur. Akhirnya pertemuan mereka bukan di Istana
Negara, tapi di Jalan Irian No 7 Menteng. Gus Dur dan Alwi Shihab menerima Mahfud dengan hidangan kacang rebus, jagung rebus dan tempe goreng. Yang sangat mengesankan bagi Mahfud adalah, setelah enam belas tahun tak pernah bertemu atau saling kontak, ternyata Gus Dur masih mengingat dan memperhatikan track record pekerjaan Mahfud.

Dalam pertemuan ini, Gus Dur menawari jabatan Menteri Pertahanan yang mana sempat dikira Mahfud adalah Menteri Pertanahan, sehingga ia nyeletuk apakah Menteri Pertanahan yang terakhir dijabat Hasan Basri Durin akan dihidupkan kembali.
“ Bukan Menteri Pertanahan, tapi Menteri Pertahanan ‘ Jawab Gus Dur.

Mahfud diminta untuk menata persoalan militer di Indonesia sesuai dengan tuntutan demokrasi. Lebih tegas, Gus Dur meminta agar masalah militer harus diatur dengan hukum disertai langkah nyata untuk memposisikan secara tepat dalam politik dan ketatanegaraan.
“ Antum tahu bagaimana seharusnya militer itu diatur menurut hukum tata negara ‘ Kata Gus Dur.

Mahfud MD menjadi grogi karena tiba tiba harus berhadapan dengan militer yang sekian periode menjadi sosok tak tersentuh dalam tatanan politik Indonesia. Ia lalu menawar ke Gus Dur agar ia menjadi Menteri Kehakiman dan Yusril yang menjadi Menteri Pertahanan. Tapi permintaannya ditolak. Kembali Mahfud meminta agar jadi sekretaris Kabinet saja, dan Marsilam Simanjuntak yang jadi Menteri Pertahanan. Akhirnya Alwi Shihab mencolek pahanya dan memberi kode agar menerima saja penunjukan ini.

Dengan menumpang semangat dan dukungan gerakan reformasi, memang perlu keberanian untuk menata hubungan sipil – militer di Indonesia melalui langkah tegas dan nyata. Sekian lama militer menjadi ‘ penguasa ‘ bahkan dimulai dalam skala kecil ketika kondektur bus tidak berani menagih ongkos bus kepada mereka yang berbaju militer. Mahfud tahu tugas ini sangat berat. Ia , seorang sipil akan berhadapan dengan Jenderal jenderal yang mungkin alergi dengan segala kebijakan yang mengurangi privilege institusi yang dinikmati selama ini.

Harapan itu muncul kembali ke pundak Mahfud MD, ketika Joko Widodo menjadikan memintanya sebagai calon Wakil Presiden untuk periode 2019 – 2024. Ada harapan bahwa mantan Menteri Pertahanan dan Ketua Mahkamah Konstitusi ini akan kembali menjadi ksatria untuk mengatasi carut marut masalah hukum di Indonesia.

Continue Reading

Lindswell Kwok

Matahari belum sepenuhnya menampakan dirinya, saat perempuan muda itu sudah mengayunkan pedang tipisnya membelah udara sejuk hutan pinus tempatnya berlatih. Sesekali wajahnya mengeras ketika ia menarik nafas dalam dalam sambil mengalirkan energi ke tubuhnya. Dalam sepersekian detik ia sudah memutar dengan gerakan lembut, namun penuh hentakan di ujung gerakan. Peluh mengalir membasahi wajahnya. Ia terus bergerak, melompat, menusuk dalam rangkaian jurus Taijijian.

Entah kenapa, pikiranku membayangkan Siauw Long Lie dalam legenda “ Kembalinya pendekar Rajawali “. Gerakan Lindswell Kwok, nama perempuan muda itu bagaikan koreografi tarian sang naga. Siapa yang bisa menebak dibalik gerakan yang indah terdapat kekuatan yang mematikan ?

Lindswell tak pernah bisa menebak perjalanan hidupnya telah membawa pada pencapaiannya sekarang. Saat ini umurnya 27 tahun, sudah tidak muda lagi untuk ukuran atlit Wushu. Sederet pencapaian sudah diraihnya. Juara SEA Games dan terakhir menjadi juara Dunia pada Kejuaraan Dunia Wushu di Russia. Namun masih ada satu janji yang belum tuntas, yakni mengumandangkan Indonesia Raya di Asian Games. Jika ini terwujud akan menggenapkan mimpinya sebelum ia memutuskan berhenti sebagai atlit

Ketika duduk beristirahat, ia bercerita tentang masa kecilnya di Medan. Pertama ia melihat gerakan wushu yang diperlihatkan kakaknya, Iwan Kwok, saat Lindswell masih berusia 9 tahun. Lama kelamaan Lindswell menyukai Wushu dan bertambah serius ingin menjadi atllit saat melihat pelatnas SEA Games yang berlatih di Medan pada tahun 2002. Semasa di bangku SMA Hang Kesturi Medan, Lindswell terus berlatih tanpa mengenal lelah untuk menjadi yang terbaik. Hari hari dijalani dengan ditempa, berpeluh untuk menjadi pendekar Wushu. Tak ada tanya dan tak ada keluhan.

Continue Reading

Berita hoaks sebagai alat balas dendam – Studi kasus penghancuran Gerwani

Berita hoax bukan monopoli era social media seperti sekarang. Sebagai disain komunikasi, maka dipakailah penyiaran berita hoax sebagai metode penghancuran PKI. Memang terbukti akhirnya rakyat terprovokasi untuk ikut memburu komunis dengan masivnya pemberitaan hoax secara terstruktur dan konsisten.
Berita yang dimuat Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha yang kemudian dikutip berbagai suratkabar dengan sejumlah tambahan seperti mata dicungkil dan lain lain, betul-betul membuat pembaca mual, marah sekaligus bergidik. Tak ada yang bisa membayangkan ada manusia yang bisa berbuat kejam di luar batas kemanusiaan seperti itu.

Banyak di antara mereka membayangkan para perempuan pelaku kekejaman itu bukan manusia. Mereka lebih mirip sebagai setan perempuan yang jahat. Jadi pertanyaan. Betulkah cerita itu sebuah fakta? Apa bukan sekadar fiksi ajaib dari sebuah imajinasi yang hebat ? Yang jelas dari sisi jurnalistik, berita tersebut bukan hanya meragukan, tapi sulit untuk dipertanggungjawabkan.

Cerita tersebut Jebih merupakan sebuah fiksi yang sengaja dihadirkan untuk memberi nuansa teror, sekaligus melegalisasi teror yang lebih kejam terhadap mereka yang dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan para para pahlawan revolusi.

Kampanye atas kekejaman itu bukan saja dibuat atas dasar kebohongan dan cerita rekaan semata, tapi memang sengaja dirancang untuk menyulut kemarahan umum terhadap kaum komunia dan sekaligus menyiapkan panggung pembunuhan besar – besaran dengan alasan dendam rakyat.

Fakta asli tentang kondisi jenasah para korban sebetulnya bisa diungkap melalui publikasi hasil otopsi tim medis terhadap jenasah. Namun fakta ini sepertinya secara sengaja disembunyikan rapat rapat. Baru tahun 1987, Ben Anderson seorang indolog dari Universitas Cornell mengungkapnya dan menimbulkan kehebohan.

Continue Reading

Pidato Bung Karno saat melantik Ali Sadikin

Saudara-saudara sekalian, beberapa saat yang lalu, Alhamdulillah Saudara Mayjen KKO Ali Sadikin telah mengucapkan sumpah menjadi gubernur/kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya, menjadi gubernur Jakarta.
Wah, itu bukan satu pekerjaan yang mudah. Dalam hal mengangkat walikota-walikota daripada beberapa kota, saya sering mengalami kekecewaan. Sesudah saja angkat yang tadinya saya kira dan saya anggap walikota itu dapat menjalankan tugasnya sebagai walikota dengan cara yang baik, kiranya tidak memuaskan.

Misalnya, saya pernah mengangkat seorang walikota yang dia dulu sebelum saya jadikan walikota, wah, seorang pamongpraja yang gemilang, yang baik sekali, seorang bupati yang sebagai bupati, boleh dikatakan jempol sekali. Diusulkan kepada saya supaya orang ini saya angkat menjadi walikota daripada sesuatu kota. Saya angkat. Kemudian sesudah beberapa bulan dia menjalankan pekerjaan sebagai walikota, ternyata amat atau setidak-tidaknya, mengecewakan. Oleh karena menjadi walikota itu lain, Saudara-saudara, dengan sekadar memamongprajai penduduk daripada kota itu.

Walikota daripada sesuatu kota harus memenuhi beberapa syarat teknis yang amat sulit. Harus mengetahui hal, misalnya, city-planning, harus mengetahui hal accijnering, harus mengetahui hal persoalan-persoalan lalu-lintas; harus mengetahui hal architectuur, harus mengetahui hal hygiene, harus mengetahui hal sampah; harus mengetahui hal selokan; harus mengetahui hal pertanaman; etc., etc…

La, ini walikota yang saya angkat, yang saya ambil sebagai contoh tadi itu, yaitu sebagai pamongpraja bukan main bagus sekali. Tetapi sebagai walikota dia gagal. Sebab dia itu tidak tahu menahu tentang city planning. City Planning yaitu mana tempat industri, mana tempat kediaman, mana tempat pasar, mana tempat etc., etc. .. Tidak tahu tentang urusan accijnering, tidak tahu tentang urusan selokan-selokan, tidak tahu tentang hal verkeersproblem, tidak tahu tentang hal hygiene. Jadi dia gagal sebagai walikota.

Saya ganti. Barangkali ini baik saya ambil dari militer. Kiranya si militer itu pun gagal. Hij snapt er geen lor van. Sebagai walikota. Sebagai militer dia orang yang gemilang, tetapi untuk menjadi walikota hij snapt er geen lor van.

Nah, mengenai Jakarta ini bukan saja ibukota daripada Republik Indonesia. Ibukota yang– saya lo yang menetapkan beberapa tahun yang lalu, bukan saja itu ucapan saya ini– satu kota yang penduduknya 4 juta. Sama Hong kong barangkali, total jendral, penduduknya masih banyak Jakarta.

Jakarta ini adalah satu political centre. Jakarta ini adalah communication centre. Jakarta ini adalah membawa problem-problem yang hebat sekali. Problem-problem yang saya sebutkan tadi itu. Mana selokan, mana sampah mana city planning, mana lalu-lintas, etc., etc., etc. Saya cari-cari orang, cari-cari orang.

Continue Reading

Bagaimana Bung Karno memaknai fotografi sebagai kekuatan citra

Sering dibicarakan bahwa pencitraan dianggap menjadi sebuah berhala baru. Banyak tokoh di republik ini dianggap menggunakan pencitraan visual untuk mendongkrak popularitas. Karena ini multimedia maka sebuah momen dengan mudah terekam dalam sebuah medium fotografi yang kemudian tersebar secara viral. Padahal fotografi sebagai medium pencitraan tidak melulu salah. Ini adalah alat yang paling sering digunakan oleh tokoh publik.

Pertanyaannya apakah boleh melakukan setingan? Sebagai tukang pembuat film iklan, saya jawab, sepanjang tidak dianggap foto foto jurnalistik. Boleh saja dan bahkan perlu. Apalagi berhubungan dengan pencitraan si tokoh. Ini hal yang biasa, dalam pekerjaan fotografer professional. Bahwa ada orang atau para pihak yang terganggu dengan foto tersebut, ya lain masalah.

Kalau sudah demikian kita bicara 2 hal. Pertama dari sisi fotografernya ( teknis, metode ) dan Kedua, dari sisi obyek ( gaya / style, kesadaran dipotret ). Sejarah membuktikan bahwa kolaborasi antara fotografer dengan obyek ( tokoh ) akan menghasilkan gambar gambar yang secara visual menjadi bungkus branding penokohan.

Coba kita lihat foto ini. Kisah Stalin lebih menyerupai monster pembunuh berdarah dingin, yang membunuh rakyatnya. Dari dokumenter yang pernah dibuat, digambarkan Stalin bukan orang yang mudah tertawa. Ia kaku dan serius. Para pejabat pejabat sering dipanggil ke peristirahatannya, hanya untuk dipaksa menari dengan lagu yang diputar. Mereka menari dengan ketakutan ,karena ada kemungkinan bisa dikirim ke kamp Siberia jika gagal menyenangkan Stalin.
Bisa jadi ini sebuah setingan ketika Stalin bisa tertawa lepas, membaca surat sambil membiarkan rakyat memegang pundaknya. Dalam keseharian jangankan memegang pundak, melihat mata sang diktaktor saja, rakyat kebanyakan tidak berani.Disini Stalin punya keberanian untuk keluar dari zona cap kesehariannya untuk beracting, dengan tertawa. Artinya ada kerjasama, kolaborasi antara juru potret dengan obyek. Sebuah foto propaganda memang memerlukan seting seperti itu.

Namun tak ada yang memahami tentang kekuatan fotografi seperti Sukarno. Sudah menjadi kesaksian para wartawan, bahwa Bung Karno tak pernah mau pergi kemana mana tanpa ditemani fotografer. Lagipula Presiden pertama Republik Indonesia selalu mengizinkan fotografer memotretnya dari dekat, sementara wartawan tulis hanya berdiri dipojokan. Sukarno tak ragu menghentikan mobil kepresidenan di pinggir jalan sekadar untuk memberikan tumpangan kepada juru kamera yang tertinggal angkutan. Baginya lebih baik ketinggalan seorang Menteri, daripada fotografer.

Continue Reading

Memaknai Film G 30 S PKI

Embie C Noer, yang menjadi penata musik dalam film Pengkhianatan G 30 S PKI, masih ingat kata kata kakaknya Arifin C Noer yang menjadi sutradara film ini. “ Ini film horror mbi “.

Bagi Embie itu cukup untuk mengembangkan tafsir musik dan bunyi bunyian. Embie memilih meramu suling bamboo, tape double cassette, keyboard dengan semangat pseudo- modern sebagai representative politik Indonesia saat itu.

Sementara Amoroso Katamsi yang mempelajari karakter Soeharto selama 3 bulan, mendapat kesempatan untuk bertatap muka langsung sambil mengikuti kegiatan Soeharto. Kadang Amoroso memakai baju tentara, karena saat itu ia masih berstatus Letkol Angkatan Laut. Soeharto memang tidak banyak bicara. Setelah sutradara menyerahkan scenario padanya, ternyata tidak ada perintah spesifik untuk revisi. Soeharto juga cenderung tidak perduli dengan hal hal detail. Jajang C Noer yang saat itu juga membantu riset kostum, dimarahi Soeharto karena bertanya terlalu detail untuk urusan pakaian.

Soeharto hanya mengatakan kurang setuju dengan Eddy Sud yang awalnya diplot untuk memerankan Bung Karno. Akhirnya peran itu jatuh ke Umar Kayam. Menurut pengakuan Amoroso, dalam “ Pak Harto – The Untold Story “. Mereka bertemu setelah film itu selesai. Lagi lagi Soeharto tidak banyak bicara. Ia tidak memuji, juga tidak menggurui. Ia hanya mengatakan “ Film itu bagus “.

Adalah Syu’bah Asa, budayawan dan wartawan majalah Tempo yang dipilih Arifin untuk memerankan Aidit. Menurut pengakuannya sebagaimana dikutip seri buku TEMPO, ia ingin memberikan perwatakan yang lebih utuh. Apalagi ia sudah mendapat bimbingan melalui diskusi yang intens dengan Amarzan Ismail Hamid, penyair yang mengenal Aidit secara pribadi. “ Tapi Arifin bilang tak perlu karena dia hanya butuh beberapa ekspresi saja “.

Maka seperti yang kita lihat dalam film berdurasi 271 menit itu, wajah Aidit muncul dengan fragmen mata melotot marah atau gaya merokok yang terus menerus seperti gelisah. Syu’bah merasa tidak sukses memerankan Aidit. Sang mentor, Amarzan hanya mengatakan buruk terhadap peran yang dimainkan Syu’bah.

Belakangan Amarzan mengakui sempat terlibat dalam proses produksi atas ajakan Arifin dan Danarto, penata artistik film. Ia memberikan masukan tentang suasana rapat rapat PKI dan situasi yang terjadi pada saat itu. Namun ia mengundurkan diri setelah sarannya tidak banyak didengar. Akhirnya kita melihat adegan adegan rapat tersaji seperti guru yang mengajar di kelas yang sempit dengan asap rokok yang memenuhi ruangan. Kesan perencanaan gerakan yang besar seolah kehilangan konteks, karena diisi orang orang gelisah yang merokok tiada henti. Belakangan Danarto mundur sebagai penata artisitik. “ Setelah berbulan bulan melakukan riset, saya akhirnya mundur sebagai art director karena soal honor “ Danarto menjelaskan.

Continue Reading

Rebels in Paradise

Jurnalis asal Inggris, James Mossman tahun 1961 menulis buku kisah peperangan PRRI di Sumatera berjudul ‘ Rebels In Paradise ( Indonesia’s Civil War ). Pekerjaan resminya memang sebagai jurnalis dan reporter TV untuk BBC. Namun ada yang mengatakan James Mossman adalah agen rahasia dari Mi6. Entah bagaimana, ia bisa berkelana keliling Sumatera sepanjang pergolakan PRRI. Buku ini jadi salah satu sumber referensi penting yang melukiskan suasana sewaktu PRRI hendak dan telah diproklamasikan di Padang bulan Februari 1958. Kisah selanjutnya ketika pasukan dari Jawa dikirim yang dipimpin Kolonel Ahmad Yani mulai menyerbu Padang.

James Mossman banyak mewawancara tokoh tokoh PRRI yang awalnya menganggap enteng situasi dan secara keliru menganalisa sikap dari Pemerintah pusat. Kolonel Simbolon yang ditanya ‘ Bagaimana anda yakin, Sukarno tidak akan menyerang ? ‘. Maka Menteri Luar negeri PRRI itu menjawab ‘ Dia tidak akan berani ‘ ( He hasn’t got the guts ).
Kolonel Dahlan Djambek mengatakan di Bukit Tinggi, “ Sukarno will never dare invade us here “. Padahal waktu itu Pekanbaru telah jatuh ke pasukan Pemerintah pusat.

Tapi Simbolon atau Dahlan Djambek lupa, bahwa ini bukan keputusan Sukarno seorang. Ada Nasution yang mendesak untuk mengambil tindakan tegas terhadap pemberontak. Sehingga betapa kagetnya tokoh tokoh PRRI ketika Sukarno menyetujui permintaan Angkatan Bersenjata untuk menyerbu Padang. Praktis tidak ada perlawanan ketika pasukan payung diterjunkan di atas lapangan terbang, Tabing. Padahal mereka sudah menyiapkan barikade lubang lubang yang dipenuhi bambu runcing.

Continue Reading

Melihat Muslim di Xinjiang

Setelah penerbangan 4 jam dari Beijing, akhirnya pesawat yang membawa saya mendarat siang hari di Bandara Urumqi, ibu kota Xinjiang. Tampak pegunungan Kunlun dengan puncaknya yang masih bersalju di bulan Mei menjadi latar belakang kota. Urumqi adalah kota modern dengan gedung gedung tinggi yang menjulang. Kota ini macet disana sini karena efek pembangunan konstruksi kereta bawah tanah seantero kota. Perjalanan menuju Xinjiang bisa merupakan kejutan setelah mengurus tiket pesawat dari Beijing usai menghadiri seremoni negara negara ‘ One Belt One Road ” di perusahaan Chetaah Mobile yang memproduksi aplikasi seperti Clean Master.

Xinjiang yang luasnya 1,6 juta kilometer persegi secara resmi disebut daerah otonom Xinjiang Uyghur terletak di Asia barat berbatasan dengan Kazakhtan, Russia, Mongolia di utara, lalu dengan Kyrgyztan, Tajikistan, Kashmir di barat.
Ada banyak suku suku di Xinjiang, namun tercatat 13 suku asli yakni: Uyghur, Han, Kazakh, Hui, Usbek, Kirgyz, Mongol, Tajik, Xibe, Manchu, Rusia, Daur, dan Tartar. Dari suku asli tersebut, Uyghur, Khazak, Hui, Tajik, Uzbek dan Tartar mayoritas beragama Islam. Bahkan Uyghur menempati 44 persen dari 24 juta penduduk di Xinjiang, sementara Kazakh hampir 7 persen.

Wajah etnis etnis yang berada di Xinjiang terutama Uyghur memiliki karakater yang berbeda dengan etnis Han yang menjadi mayoritas di daratan Tiongkok. Bola matanya yang lebar lalu wajah perpaduan antara ras mongoloid dan kaukasoid. Ada juga yang mewarisi garis garis wajah etnis Turki, karena konon etnis Uyghur berasal dari Turki. Kelak, saya mengatakan di akun twitter saya, bahwa wajah Raisa Raisa bertebaran di Xinjiang.

Suhu udara siang itu cukup sejuk, sekitar 22 derajat celcius dan terik matahari tak menghalangi saya keluar hotel sendiri, untuk menyusuri jalan jalan kota berbekal google translate. Saya cukup percaya diri berjalan kaki memasuki daerah pertokoan yang menjual makanan, pakaian, sepatu, telepon seluler sampai barang barang elektronik. Tampak penjagaan yang ekstra ketat, dimana setiap memasuki area pertokoan, gedung gedung harus melewati mesin scanner. Beberapa tentara tampak berjaga jaga di pojokan tanpa memberikan kesan seram bagi pengunjung seperti saya. Kerusuhan etnis beberapa tahun lalu, disamping ancaman teroris merupakan momok bagi Pemerintah pusat, sehingga pengamanan masih diberlakukan di seluruh propinsi.

Sebelum tiba di Urumqi, saya sudah mengantongi begitu banyak informasi tentang penindasan kaum muslim, yang umumnya saya dapat dari berita berita dalam dan luar negeri. Misalnya larangan mengenakan jilbab, shalat, berpuasa, naik haji dan sebagainya.

Continue Reading

Menyelam di Yonaguni, Jepang

Menyelam di Jepang pada musim dingin ? Apa yang dilihat ? Pertanyaan ini muncul yang disusul pertanyaan lain. Bukankah Indonesia adalah salah satu destinasi menyelam terbaik di dunia.
Pertanyaan itu tidak salah, namun saya mungkin memiliki jawaban tersendiri. Saya bukan mencari terumbu karang atau jenis ikan tertentu. Saya ingin melihat fenomena bangunan mirip piramid yang berada dalam laut disana.
Jepang memiliki pesona alamnya tersendiri seperti bunga sakura dan Gunung Fuji menjadi simbol negara itu. Namun Jepang tidak hanya memiliki keindahan darat. Ternyata dunia bawah airnya pun memiliki pesona tersendiri, salah satunya adalah piramid bawah laut di Yonaguni.

Yonaguni Jima yang terletak di Pulau Yaeyama yang berada di kawasan laut dengan arus yang kuat. Visibiliti disana mencapai 30 meter – 40 meter sehingg oerairan di sekitar Yonaguni Jima sangat jernih. Karakteristik alam bawah laut di Yonaguni hanya batu batuan padat. Tidak ada terumbu karang, soft coral atau hard coral. Namun, batuan padat inilah yang menjadi pesona lautan Yonaguni Jima. Batuan-batuan padat ini membentuk suatu kota purba bawah air yang dipercaya merupakan kota yang tenggelam karena gempa bumi ribuan tahun lalu.

Puncak piramid ini di kedalaman sekitar 5 meter dengan dasar terdalam bangunan pada kedalaman 36 meter di bawah permukaan laut. Monumen misterius bawah air ini ditemukan oleh Kihachiro Aratake, seorang instruktur selam, pada tahun 1986.

Beberapa spekulasi muncul tentang siapa yang membangun piramida ini. Sampai ada pemikiran, jangan jangan ada campur tangan alien dalam membagun konstruksi piramida ini dalam laut. Walau teori bergesernya sedimen karena gempa bumi lebih masuk akal, sehingga bangunan tenggelam dalam laut. Suhu air laut pada bulan Februari berkisar 15 – 18 derajat Celcius. Beruntung saya membawa wetsuit 5 mm, agar tak terlalu menggigil. Hampir tidak ada ikan di sini, namun kadang kala kita bisa melihat hiu hiu martil yang melewati kawasan ini. Waktu terbaik untuk berkunjung ke sini adalah bulan November hingga bulan Mei.

Penerbangan menuju Yonaguni harus ditempuh kurang lebih 2 jam dengan pesawat sejenis ATR dari Okinawa, sebuah kota yang menjadi pangkalan base Amerika Serikat di Jepang. Yonaguni terletak di ujung selatan Jepang dan berbatasan dengan Taiwan, sehingga jika kita melakukan check in location melalui kanal social media, akan lebih banyak terdeteksi lokasi di Pulau Taiwan.

Continue Reading

Sekali lagi. Seandainya saya warga Jakarta

Issue issue agama selalu dipakai dalam hajatan pemilu atau pilkada seperti di Jakarta. Selalu ada pertanyaan, bagaimana sosok Gubernur yang ideal bagi golongan muslim. Mengapa selalu berpikir umat Islam ? Ini membuat cara berpikir yang memecah belah. Menggunakan sentimen agama menunjukan kemalasan untuk berkreasi dengan wacana politik atau kebijakan kandidatnya. Itu cara berpikir kuno. Bukankah memang mayoritas penduduk Jakarta adalah muslim. Semestinya, pertanyaannya yang tepat adalah bagaimana sosok Gubernur yang ideal bagi rakyat. Menurut Nurcholis Madjid, simplifikasi dan sentiment berdasarkan agama dalam kehidupan politik, tidak relevan sekalipun Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk rakyat Indonesia.

Tiba tiba saya teringat Bang Haji Rhoma Irama yang 5 tahun lalu dalam ceramah di Masjid Al Isra Tanjung Duren sudah membuka wacana jangan memilih Cagub yang tidak seiman. Waktu Bang Haji menghimbau agar umat memilih pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli. Bukan memilih pasang Joko Widodo – Basuki Tjahaya Purnama. Kini Bang Haji tidak terlalu larut dalam hiruk pikuk pilkada kali ini. Barangkali dia lebih disibukan dengan membangun partai Idaman-nya.

Peristiwa di atas menunjukan bahwa sejak dahulu agama berpretensi menentukan neraca benar salah, baik buruk dan halal haram. Sehingga kerap menimpulkan ketidaknyamanan, terutama bagi kalangan minoritas. Ini terasa getir sampai sekarang ketika 10 % penduduk non Muslim di kepulauan Nusantara ini kadang masih dianggap bukan pemilik negeri ini.
Issue issue Kristen, non pribumi masih menjadi bahan ampuh untuk mencari minat pemilih, apalagi urusan kampanye Pilkada Jakarta yang akan memasuki putaran kedua. Dan kita termangu mangu melihat spanduk atau selebaran provokatif dipasang sepanjang jalan. Juga dakwah ulama yang mendoakan dengan mengutuk laknat neraka kepada umat Islam yang memilih Ahok.

Kemenangan Ahok bukan berarti kekalahan Islam. Janganlah dibuat sebagai bahan propaganda. Islam tidak kalah. Sebagai agama, Islam tidak pernah kalah. Ahok yang non muslim adalah sponsor Islam yang paling tangguh. Tidak perlu lagi membahas keberpihakannya kepada umat muslim.
Perhitungan kalah menang terlalu pesimistis. Itu pandangan stereotype para politisi Islam. Mereka sering tidak konsisten. Katanya disatu pihak mengakui rakyat mayoritas beragama Islam, tapi tidak mau mengakui yang bukan kelompoknya sebagai orang Islam juga, seperti muslim pendukung Ahok.

Continue Reading

Tentang Raja Saudi dengan Presiden kita

Ketika melaksanakan ibadah haji tahun 1955, Bung Karno disambut sebagai tamu kehormatan oleh Raja Saudi, Saud bin Abdulaziz Al Saud. Berbagai cara dilakukan Raja Saudi untuk mengambil hati Bung Karno, salah satunya memberikan hadiah mobil.

“Ketika aku akan kembali ke tanah air, Raja Arab Saudi mengatakan, Presiden Soekarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada anda sebagai hadiah ” kata Soekarno menirukan ucapan Raja Saudi. Tentu saja Bung Karno girang kepalang dengan pemberian hadiah itu.
Pada jaman itu belum ada KPK sehingga ia tak perlu memberikan mobil itu ke KPK, seperti yang dilakukan Jokowi ketika mengembalikan bass gitar Metalica yang diterimanya ke KPK. Sebagai balasan, Bung Karno mengundang Raja Saudi untuk datang ke Indonesia.

Raja Saudi sangat mengagumi Bung Karno sebagai pendorong kemerdekaan negara negara Asia Afrika. Dia juga menemani saat Bung Karno berziarah ke makam Nabi di Madinah. Saat itu pula, Bung Karno melepaskan semua atribut-atribut dan pangkat kenegaraan yang digunakan. Kemudian Raja Saudi keheranan dan bertanya pada Bung Karno.
“ Disana hanya ada Rasulullah SAW yang memiliki pangkat yang jauh lebih tinggi dari kita, aku, dan dirimu “. Jawab Bung Karno.
Komitmen Bung Karno terhadap Islam tak pernah berhenti. Kelak Bung Karno menggagas Konperensi Islam Asia Afrika yang dilaksanakan di Bandung tahun 1964.

Continue Reading