Tentang Palestina

Nama saya Sayed. Saya bukan druze, Hisbullah, Hamas, PLO atau komunis. Saya adalah Kristen Palestina. Saya telah berjuang bersama Nasrallah dari Hisbullah sejak saya kecil. Melempar tank tank Israel dengan batu dan menyusupkan pesan pesan panglima kepada pejuang kami di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Orang tua saya terbunuh di kamp Sabra dan Shatila , dua puluh delapan tahun lalu. Kata kakek saya mayat mereka begitu menyedihkan. Kapak dan pisau kaum Falangis telah memenggalnya.

Lihat sejarah yang pernah ditulis tentang pembantaian itu. Pada tanggal 23 Agustus 1982, Bashir Gemayel salah seorang pemimpin Kristen Maronit terpilih menjadi presiden Lebanon. Ia harus menjembatani kelompok Falangis – faksi milisi Kristen – yang terbagi dua kubu. Memihak Israel dan disatu sisi memilih Suriah.
Bashir Gemayel menolak tekanan Israel dan tidak memberikan kuasa kepada tentara Israel untuk menyerahkan gerilyawan Palestina yang bermukim di Lebanon. Hingga tak berapa lama sebuah bom membunuhnya.
Kelompok Muslim dan Palestina menyangkal terlibat dalam kejadian ini. Sementara Isreal mempersalahkan Palestina. Ini membuat kelompok Falangis kembali bersatu dan mencurigai Palestina. Walau banyak pihak percaya justru agen Mossad berada di balik pembunuhan Presiden Lebanon ini.

15 September 1982. Israel memasuki Beirut barat, dan membunuh ratusan orang. Mereka lalu mengundang faksi Falangis – yang emosinal – untuk memasuki kamp pengungsi Sabra dan Shatila yang berisi pengungsi Palestina, dengan alasan mencari gerilyawan Palestina dan menyerahkan kepada Israel. Kelompok yang dipimpin Eli Hobeika selama 3 hari melakukan pembantaian yang mengerikan. Tentara Israel menutup seluruh jalan pintu keluar masuk kamp, dan terus menembakan peluru suar sepanjang malam. Mereka juga aktif menembaki dan mengebom kamp yang tak berdaya ini. Tidak satupun gerilyawan tertangkap atau diserahkan kepada Israel.

Justru penduduk sipil, wanita dan anak anak yang terbantai. Sebagian dengan tubuh terbelah belah. BBC mencatat 700 – 800 orang tewas. Dalam bukunya yang diterbitkan segera setelah pembantaian itu, wartawan Israel, Amnon Kapeliouk dari Le Monde Diplomatique, menyimpulkan sekitar 2.000 jenazah yang disingkirkan oleh para Falangis itu sendiri setelah pembantaian itu.

Saya selalu teringat itu, dan jauh sebuah negeri yang dinamakan Indonesia pernah mengalami masa heroik perjuangan merebut kemerdekaan. Devide it impera, politik memecah Israel mungkin terdengar biasa seperti yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda atau penjajah dimana mana. Menggunakan tentara Marsose asal ambon, manado, Jawa dan Bali untuk menggempur pejuang pejuang militan negeri ini. Mulai pengkhianatan Panglima Tibang atau Pang Lao dalam perang Aceh, sampai menggunakan Aru Palaka untuk menundukan kerajaan Gowa di Sulawesi.

Ini bukan masalah agama pada akhirnya. Beruntung sejarah kemerdekaan negeri Indonesia itu tak pernah terdengar pertikaian Kristen – Islam atau Ambon melawan Jawa. Lebih banyak pejuang pejuang nasionalis dan heroik datang dari Minahasa, Ambon, Batak atau Bali.
Selalu ada sentimen sentimen etnik , agama yang dapat dipakai sebagai sekutu oleh penjajah. Nazi memakai etnik Kroasia untuk menjadi garda depannya mengejar tentara partisan Yugoslavia yang didonimasi Serbia.

Saya adalah Sayed. Kristen Palestina. Selain mayoritas Muslim, Palestina juga terdiri dari pejuang pejuang Kristen. Bahkan George Habbash – pimpinan PLO dari faksi garis keras Kristen Marxist – sebagai orang yang paling dicari cari Israel selain Yaser Arafat.
Kami adalah Palestina. Bukan bangsa Arab atau Bangsa Yahudi. Jumlah penduduk Kristen di tanah suci ini justru terbanyak di Palestina. Bukan di Lebanon.

Pemimpin kami, Abu Ammar, kerap dikenal sebagai Yaser Arafat – yang istrinya seorang Kristen – menepis anggapan bahwa perjuangan Palestina melawan kolonialisme Israel adalah perang agama. Ini perjuangan kemerdekaan suatu bangsa yang mengimpikan memiliki Negara yang merdeka dan berdaulat.
Bahkan Juru bicara pertama kami di Perserikatan Bangsa Bangsa, Hanan Asrawi seorang diplomat Kristen yang tangguh.

Saya tak pernah menerima bahwa negeri kami lahir dari kompromi. Negeri kami semestinya lahir atas persamaan nasib. Bukan kompromi yang diangkat menjadi doktrin Negara.
Politik Israel selalu ingin memisahkan bangsa Palestina. Mereka ingin Kristen Palestina dan Muslim Palestina memiliki sikap yang berbeda. Dan ini tidak akan terjadi karena rakyat Palestian selalu bersatu. Kaum Muslimin dan Kristen di Palestina, khususnya di Jerussalem, adalah seperti satu keluarga sejak masuknya Islam ke Palestina,

Lihat saja Uskup Atalla, dari Gereja Orthodok di Jerussalem , mendukung aksi syahid yang dilakukan pejuang Palestina. Bahkan ia menegaskan bahwa aksi syahid itu bukanlah terorisme.
Saya Sayed bangsa Palestina menangis terharu mendengar uskup berkata “ Bila pejuangan kemerdekaan itu dianggap sebagai terorisme, maka sayalah teroris yang paling pertama,” katanya. Menurutnya, siapapun yang berkunjung dan menyaksikan penderitaan rakyat Palestina akan bisa memahami latar belakang atau motivasi yang mendorong para pejuang melakukan aksi syahid.

Saya tak tahu apakah masih ada harapan melawan Israel yang konon dianggap bangsa pilihan Tuhan menurut kitab kitab Taurat. Ini juga bukan Daud yahudi melawan Goliath dari Filistin. Ini adalah sebuah jejak. Jejak penindasan atas hak hak kemerdekaan negeri kami.
Kami tidak membutuhkan mati syahid menurut cara bangsa lain. Kami akan memenangkan pertempuran dengan cara kami sendiri, Cara syahid bangsa Palestina.
Saya adalah Sayed. Saya bangga menjadi Palestina yang utuh.

You Might Also Like

117 Comments

  • pecintalangit
    January 5, 2009 at 9:04 pm

    Balian of Ibelin: What is Jerusslaem worth?

    Salahuddin : Nothing… everything!

    — Kingdom of Heaven–

  • astrid savitri
    January 5, 2009 at 9:29 pm

    Buat saya ini adalah politik vendetta. Agak tribalis dan primitif kedengarannya, tetapi ini memang politik pembalasan antarsuku. Maka masalahnya ada pada persoalan identitas. Jika sdh bicara ttg identitas suatu bangsa, atau kelompok, kita tahu individu lumat. Tidak ada lagi Sayed islam atau Sayed kristen, yg ada adalah penindas Palestina. Tidak ada lagi iman brotoseno atau iman bukan brotoseno, yg ada org Indonesia. Memang identitas adalah sesuatu yg nisacya, sulit bertindak tanpa membayangkan bhw sesuatu yg kita hadapi teridentifikasi dlm suatu klasifikasi tertentu atau mengacu pd referensi tertentu.

    (Maaf, kalau komentar saya kepanjangan..bukan bermaksud membikin postingan di sini lho)

  • Hannibal
    January 5, 2009 at 10:00 pm

    postingan unik,
    melihat dari sisi Kristen, padahal gegap gempita di Indonesia melihat persoalan Palestina sebagai perang Islam melawan Israel

  • ilham saibi
    January 5, 2009 at 10:29 pm

    keren om.., melihat palestina dari sisi yang selama ini menurutku malah gak ada, sisi masyarakat kristen. salut

  • myblog4famouser.com
    January 5, 2009 at 10:31 pm

    saya kurang tahu apa yang israel inginkan dari palestina.

  • ciwir
    January 5, 2009 at 10:32 pm

    betul sekali bung iman. bahwa perang israel vs palestina adalah perang kepentingan, bukan perang agama. saya melihat kepentingan israel dan amerika thd tanah jazirah arab yang kaya sumberdaya minyak bumi. sejarah berbicara, bahwa israel pernah menyerang mesir, suriah, lebanon. terakhir mereka telah meluluhlantakkan iraq lewat tangan amreka (nabok nyilih tangan).
    penguasaan atas palestina adalah dalam rangka mencari wilayah. kitab2 pernah menjelaskan bahwa bangsa yahudi selalu terusir, ini sudah terjadi sejak jamannya nabi2 sebelum Muhammad SAW. kitab taurat memang benar [krn memang wahyu Kanjeng Gusti ALLAH]., bahwa bangsa yahudi adalah bangsa pilihan., namun mereka juga bukan bangsa yang sempurna, karena mereka adalah bangsa yg selalu diusir dari mana-mana.

    [seperti astrid savitri, saya juga minta maap kalo komenntnya panjang. bukan maksud hati bikin postingan di blog sampeyan]

  • zen
    January 5, 2009 at 10:36 pm

    Di India, yang juga diguncang konflik agama, unsur yang coba disekutukan hanyalah agama (Hindu) dan negara, tidak membawa-bawa ras karena di sana fragmentasi rasnya beragam, bahkan di antara sesama pemeluk Hindu (ada Arya juga Dravida).

    Pemerintah Israel berbahaya sedari awalnya karena ia dibangun berdasar persekutuan antara negara, agama dan ras. Negara dibayangkan hanya oleh dan untuk bangsa Israel, dengan agama tunggal Yahudi. Jangan heran jika siapa saja yang berdarah Yahudi otomatis bisa menjadi warga negara Israel. Inilah apartheid ala Zionis. Bayangkan saja, seorang Yahudi-Arab –biasa disebut Mezrahi– yang ingin menjadi warga Israel dulu harus disemprot cairan DDT lebih dulu guna mengusir kuman2, beda jika dia Yahudi-Eropa atau biasa disebut Ashkenazi.

    Kunci untuk mengurangi watak despotik dan rasis pemerintahan Israel adalah dengan mengubah struktur pemahaman identitas bahwa negara Israel sama dengan Yahudi. Dengan itu, orang-orang non-Yahudi (misale Arab) dan bkn penganut Taurat (muslim atau kristen) dianggap setara di Israel. Tapi ini sesuatu yang rumit, untuk tak menyebutnya mustahil, karena sama saja merombak total dasar penciptaan negara Israel modern. Sebab, jika pilihan itu diambil, lama-lama seantero wilayah Israel akan penuh dengan orang-orang Arab dan dengan demikian mereka akan menjadi minoritas di negaranya sendiri.

    Ini sama saja dengan jilid baru dari versi lama keterpencaran (diaspora) bangsa Israel. Jelas mereka gak mau!

    *ini naskah terbaikmu dalam beberapa waktu terakhir, sam*

  • omoshiroi_
    January 5, 2009 at 11:00 pm

    .. .. .. ..

    ^stlh bca komen-komen sbelume, jd ga PD bwat bkomentar^

  • didut
    January 6, 2009 at 12:04 am

    saya dari dulu berusaha memahami kenapa ada perang ini dan sampai sekarang belum menemukan jawabannya

  • teguh ™
    January 6, 2009 at 12:48 am

    @didut, ndak usah dipahami di. bkin pusing kepala saja..kita lebih baik berdoa.. dan terus berdoa
    agar sengketa ini segera selesai

    btw buat mas iman. thanks unt tambahan infonya

  • danalingga
    January 6, 2009 at 12:58 am

    Ah, iya, ternyata memang tentang kemerdekaan.

  • meong
    January 6, 2009 at 1:02 am

    sudah lama saya mengikuti diskusi ttg yahudi, zionisme, palestina, dan pernak perniknya d blognya geddoe, sora9n, & jensen. saya sgt se7, bhw israel-palestina, adl sgt picik kl d kaitkan dg sentimen keagamaan. d blognya wadehel, pernah saya lelah meladeni omongan bigot2 spt itu. emosi, marah, sedih krn ini adl tragedi kemanusiaan kok d kaitkan dg agama scr sempit.
    err..dlm kontex skrg, kok jd inget confessions of economic hitman. :p

  • meong
    January 6, 2009 at 1:05 am

    oia, @zen, jd inget. jd d bedakan antara yahudi, israel & zionis. sering orang menggeneralisasi salah kaprah.

    btw m.iman ga minat jd pengajar utk materi sejarah? aku du2k plg depan & jd murid yg plg rajin deh :mrgreen:

  • genthokelir
    January 6, 2009 at 3:19 am

    saya baru terbukakan secara fakta dengan tulisan mas Iman yang ini walau sebenarnya saya juga selalu terbeliak melihat fakta fakta sejarah yang sering mas Iman postingkan
    sepengetahuan saya nggak sejauh ini
    namun kini saya juga mulai mengerti dan semakin jelas jika perang tersebut sebenarnya hanyalah perang karena sebuah kepentingan bukan SARA
    makasih mas
    eh kapan mau ke gunung kelir

  • Wedus Etawa
    January 6, 2009 at 3:21 am

    kalo sempat ke Gunung kelir kami merasa berterima kasih sebelumnya karena mungkin mas Iman akan membawa dampak positif untuk masyarakat di seputaran goa seplawan

  • kyai slamet
    January 6, 2009 at 3:26 am

    manggut-manggut mbaca postingan njenengan dan komennya zen

  • mantan kyai
    January 6, 2009 at 3:54 am

    pokoknya fuck israel *komen sambil minum koka kola* entahlah.

  • Donny Verdian
    January 6, 2009 at 5:17 am

    Sumpah! Saya ingin mereka yang demo atas nama agama dan membela partai agama di tanah air membaca tulisan ini dengan khusuk. Ini tulisan yg sangat berharga, Mas…

  • Epat
    January 6, 2009 at 6:09 am

    Ini mencerahkan….

  • leksa
    January 6, 2009 at 7:14 am

    saya jadi berpikir seandainya sepetak tanah itu tidak ada,..
    atau mendadak amblas ke dalam bumi,..
    apa yg terjadi kemudian?

    ….

    seperti Tsunami yang melahap Aceh dan akhirnya meredam sebuah konflik *yg sebenarnya berfilosofi kemerdekaan atas penjajahan lalu di/tertransformasi oleh paradigma kesukuan*

  • angki
    January 6, 2009 at 7:31 am

    Islam begitu indah dan sempurna.
    Islam MELINDUNGI setiap orang baik yang berjalan di atas bumi
    tapi apabila Islam diperangi, seperti halnya yahudi yang akan terus lakukan sampai akhir jaman, dan sampai pada kondisi perang, maka TEBAS BATANG LEHER MEREKA (yang memerangi Islam).

  • evi
    January 6, 2009 at 10:01 am

    suwun Mas. jadi sedikit agak mudeng, selama ini puyeng hehehe…. 🙂

  • nengjeni
    January 6, 2009 at 10:08 am

    apa pun alasannya, yang paling seneng atas semua perang di bumi adalah para pedagang senjata itu ya, mas… jangan2 malah mereka yang menghembus-hembuskan isunya… 😀

  • Chic
    January 6, 2009 at 10:10 am

    yang jelas, sampai sekarang saya tidak pernah mengerti maksudnya sampe ada perang dan saling mneyerang… terjadi dimana pun itu…
    *sigh*

  • Yoga
    January 6, 2009 at 10:55 am

    Tulisan ini mestinya tak berhenti di media blog saja mas Iman. Mesti dibaca orang banyak yang lebih luas. Koran, mas, kirim ke koran.

  • edratna
    January 6, 2009 at 12:15 pm

    Peperangan selalu menyesakkan dan menyedihkan, terutama bagi penduduk sipil, bagi orang yang sudah tua dan anak-anak.

  • pemuja keadilan
    January 6, 2009 at 12:25 pm

    matur suwun mas iman,akhirnya sampeyan sudi dan berkenan bikin postingan ttg palestina vs israel.

  • Nika
    January 6, 2009 at 12:26 pm

    Artikel yg bgs om.

  • Nika
    January 6, 2009 at 12:34 pm

    Kata temen saya Dydy, mgkn kt islam, kristen, atau yahudi tp yg plg mula kita adalah manusia! Dan itu yg harus dicamkan.

  • kian
    January 6, 2009 at 1:29 pm

    thx tulisane om imam…lumayan mengerti…

    ahh andai bisa di reset dari nol..(kiamat domz ya)..hihih

  • hedi
    January 6, 2009 at 1:44 pm

    post yang nendang, mas. sampeyan milih angle yg pas.
    apapun, ketika konflik itu masuk ke ranah Indonesia maka di sini jadi agama berpolitik. maka nggak heran, PKS aktif menggalang demo. maklum, ini jelang pemilu. 😀

  • ebeSS
    January 6, 2009 at 3:05 pm

    wah kedisikan cak hedi . . . 😛
    tulisan yang kuat mengingatkan pada nostalgia kawan2 ansor, fatayat tahun 60 – 70an di malang
    se anak2 itu mereka sudah dengan tegas mengatakan keagamaannya yang fanatik
    kami semua memang mengagumi kakak2 yang aktivis ansor dan fatayat
    sikap mereka meyakinkan ke kanak2an kami, dan sayapun tergiring untuk ikut menyatakan
    bahwa sayapun akan menjadi orang indonesia yang kristen fanatis . . . .
    libur lebaran kemarin serasa pendek untuk nongkrong bareng
    tapi sms tahun baru kemarin terasa lebih singkat lagi . . .
    dengan hamas vs israel, mereka lebih meramaikan gus dur vs cak imin . .
    fanatisme memang seharusnya, tetapi tidak buta . . . tetapi penuh persahabatan dan kasih

  • Koen
    January 6, 2009 at 3:30 pm

    Dan tentu, memang salah satu dusta yang sering diumbar adalah bahwa ini perang agama, perang dari kaum Yahudi yang tertindas berabad2, kemudian mencapai kemenangan membentuk negara. Minimal publik Amerika percaya versi ini. Tak ada yang ingat bahwa tentara Romawilah (pagan?) yang dulu membubarkan Israel raya dan membunuhi penduduknya serta menceraiberaikan sisanya ke seluruh muka bumi. Baru setelah khalifah2 mengambil Palestina dari Romawi, penindasan penguasa relatif berkurang; biarpun kekhalifahan2 itu seringkali tidak mampu menegakkan hukum di wilayah yang luas (masih ada perampokan, penindasan lokal, tapi ini terjadi di mana pun masa itu). Penjajahan Eropa berhasil mematahkan kekhalifahan yang lapuk. Tapi pada saat orang Eropa pergi, mereka membentuk & meninggalkan state of israel: dan mengisinya dengan para migran dari Eropa yang tak hendak beradaptasi di tanah yang baru itu. Itu baru puluhan tahun yang lalu, bukan ratusan tahun lalu. Tapi kita manusia beradab: mestinya bisa mencari jalan selain harus mengusir kembali migran ilegal itu. Sayangnya kita manusia biasa: suka tak mudah mencari jalan yang mudah. Maka saling bunuh harus terus berlangsung.
    Tapi nama julukan bagi Yassir Arafat bukan Abu Nidal. Abu Nidal adalah tokoh yang berbeda.

  • Charles Sidabutar
    January 6, 2009 at 4:11 pm

    Mulai kelihatan sekarang tabiat penakutnya orang orang diluar islam, yang dari awal awal hari sudah menyatakan bahwa perang ini bukan perang agama, hanya untuk melindungi kepentinganya dan takut di perangi balik, berbalik 180 derajat tabiat mereka ini sungguh sangat menjijikan, di publik luas mereka gembar gembor menghasut pemerintah SBY untuk menyatakan bahwa perang ini bukan perang agama sementara mereka dibelakang meyakini keyakinan agama mereka untuk terus mendukung keberadaan yahudi sebagai bangsa yang dipilih dan dijanjikan, sehingga apapun tindakan yahudi mereka dukung mati matian!, Pikirkanlah kalian para pecundang yang tak bernyali….dan takut mati bahwa perang ini adalah perang mempertahankan Akidah agama dan pembebasan Al aqso kiblat pertama umat islam

  • iman brotoseno
    January 6, 2009 at 4:44 pm

    koencoro,
    ya..terima kasih koreksinya..Abu Ammar maksud saya

  • Kardjo
    January 6, 2009 at 10:50 pm

    duhhh kang iman… kapan ya bangsa kita bisa sedikit lebih cerdas dalam memilah isu kemanusiaan dengan isu agama?
    mengapa seringkali (di indonesia) kristen disamakan dengan yahudi?

    *puyeng* gak nutut mikirnya..

    ketika ada perang, yang kebetulan melibatkan pihak islam sebagai inferior dan bermusuhan dengan pihak non-islam yang lebih superior, di negeri kita ini langsung bergejolak. Namun ketika sebaliknya, saat terjadi perang yang mana pihak islam menjadi superior dan non-islam menjadi inferior… mereka semua tidak bereaksi..

    Saya sedang menerawang dan bermimpi.. seandainya tidak ada orang bikin senjata… semua orang, agama apapun, duduk menjuntai berayun di lincak sambil menikmati wedang jahe dan ketan bubuk… gayeng.. diiringi musik keroncong mendayu…. mmmm..

    @Charles Sidabutar :: anda menuduh orang lain penakut, padahal anda sendiri tidak berani mengungkap identitas blog anda.. buktikan keberanian anda. Panggullah senjata dan berangkatlah ke jalur Gaza. sekarang… sementara saya cukup menikmati pisang goreng dan teh hangat..

  • Sandy
    January 7, 2009 at 12:07 am

    >>mengapa seringkali (di indonesia) kristen disamakan dengan yahudi?
    Mas Kardjo..
    Pernah naek bus patas gak?terutama jurusan senen..sepanjang jalan atau dalam bus sering ada coretan bertuliskan ISRAEL dgn embel2 bintang David..itu adalah sebutan utk anak2 STM ST. Joseph..sudah jelas2 ST. JOSEPH itu sekolah kristen kan?knp menamakan diri mereka ISRAEL??dr contoh simple ini aja dah ketahuan bahwa kristen (di indonesia) sepertinya memang meng-idolakan negara ISRAEL..bahkan bbrp rekan sy yg memeluk kristen lebih memilih memakai kalung bintang David dr pd lambang salib..

    *sori..gak bermaksud memancing isu sara..cuman hendak memberikan pencerahan..

  • marshmallow
    January 7, 2009 at 9:24 am

    ah, merinding membacanya.
    sungguh peperangan di palestina bukan perang agama, tapi perang mempertahankan negara dan kehormatan bangsa. dari dahulu kala bangsa yahudi memang sudah terkenal licik dan pintar memutar balik fakta, apatah sekadar devide et impera.

    dari buku “let it be morning”, sayed kashua mengisahkan kehidupan bangsa arab muslim israel yang sama tertekannya dengan kondisi ini. peperangan memang hanya menyisakan duka bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya.

    keterlibatan emosi juga suatu keterlibatan toh, mas?

  • aco
    January 7, 2009 at 3:54 pm

    Sudut pandang yang bener mencerahkan. saya percaya sudut pandang seperti ini masih jarang dimunculkan. Semoga tulisan mas Iman ini dan tulisan-tulisan senada dibaca oleh banyak orang dan memberikan pencerahan. amin..tengkyu

  • ZAKAR MU KAZAR
    January 7, 2009 at 4:07 pm

    Kalau yang bunuh orang-orang palestine itu pastinya bukan orang Islam

    Kalau orang yang beriman gak mungkin melakukan hal itu karena pasti takut dosa

    Jadi mari kita serang orang kristen

    Huhhhh….. jadi ikut geram nih…………………

  • aprikot
    January 7, 2009 at 4:20 pm

    kalau saja satu sama lain tidak saling usil….

  • -tikabanget-
    January 7, 2009 at 5:31 pm

    mas iman. you’re my man.

  • hanny
    January 7, 2009 at 5:42 pm

    mas iman melahap buku sejarah berapa banyak, sih?

  • antown
    January 7, 2009 at 7:37 pm

    iya, keren wacananya… mantap top markotop

  • jensen99
    January 7, 2009 at 8:10 pm

    Saya tak tahu apakah masih ada harapan melawan Israel […].

    Tidak ada, IMO…

  • Fa
    January 7, 2009 at 9:36 pm

    Mas, saya ‘culik’ artikelnya ya (link aja dink), soalnya dari dulu saya pengen bikin ‘penjelasan’ kayak gini tapi selalu kepentok dalam pemilihan kata2. tulisan sampeyan ini mewakili sekali apa yg ingin saya utarakan. terima kasih Mas!

  • Hilman
    January 7, 2009 at 9:55 pm

    Tulisan yang tajam dan menarik

    Salam kenal mas Iman…

  • Ullyanov
    January 7, 2009 at 10:02 pm

    Sedari awal, saya sangat yakin bahwa perang Hamas (Palestina) dengan Israel itu bukanlah perang agama. Salah satu buktinya, Gereja Nativity di Bethlehem itu (pernah dan mungkin sering) dijadikan tempat berlindung warga Palestina yang Muslim, Kristiani, bahkan juga Yahudi, dari kejaran militer Israel. Israel, dalam hal ini adalah sebuah kekuasaan negara, bukan sebuah entitas bangsa, apalagi komunitas beragama.

    Salam kenal, Bung.

  • nA
    January 8, 2009 at 3:10 am

    akankah ini takkan berakhir hingga akhir zaman??

    salam kenal mas… blog yang penuh inspirasi & motivasi

  • abdee
    January 8, 2009 at 8:54 am

    saya juga baru ngeh bagaimana konflik palestina israel stlh td malem denger cerita ayzumardi azra…

1 2 3

Leave a Reply

*