Browsing Tag

Wiranto

Apa yang kau cari FPI ?

Suatu Malam 12 desember 2000, saya masih menikmati sea food platter di bagian belakang Restaurant Café “ Pasir Putih “ di Kemang. Ada dua bagian, satu di depan – dalam gedung, yang bisa menonton pertunjukan band, dan satu lagi di belakang – di luar, bersebelahan kolam renang. Musik bukan pilihan kami malam ini, rombongan para pekerja film yang kelaparan setelah seharian pre production di sebuah PH yang memang berlokasi seputaran Kemang.

Tiba tiba terdengar hiruk pikuk di dalam. Sekejab , segerombolan orang orang memakai jubah dan kopiah putih menyeruak dan berteriak teriak mengusir semua yang berada didalam. Asisten asisten saya yang wanita, hampir menangis ketakutan. Serentak, kami berhamburan pergi, dan tentu saja harus melewati bagian dalam menuju arah keluar, karena memang bagian belakang merupakan jalan buntu.

Apa yang saya lihat, menjadi jelas bahwa ini sebuah tindakan barbar. Anarkis. Sambil memporak porandakan meja makan, mereka merangsek ke area bar tender. Suasana benar benar chaos, diantara teriakan mereka juga menghancurkan mesin kasir, dan yang mengagumkan menjarah botol botol minuman serta merogoh tas tas yang ditinggalkan pemiliknya. Kelak dalam laporan ke polisi, sejumlah orang melaporkan kehilangan handphone, dompet dan beberapa miliknya yang berharga.
Seorang penyanyi wanita band yang memakai kostum ketat , tampak jongkok bersembunyi di pojokan. Tapi tak lama. Ia di suruh keluar oleh gerombolan berjubah itu sambil di caci maki atas nama Tuhan.

Di halaman parkir, mereka juga menghancurkan neon sign restaurant. Ternyata rombongan sebelumnya juga menghancurkan ‘ Salsa “ sebuah klub malam yang tak jauh dari ‘ Pasir Putih ‘. Mengherankan tak ada polisi atau aparat keamanan yang datang, padahal kurang lebih sekitar 300 meter ada Pos Polisi sektor Kemang. Sebuah mobil patroli baru datang hampir ketika massa gerombolan itu sudah menyelesaikan tugasnya, dan berteriak teriak di halaman parkir. Tak jelas apa yang dibicarakan antara pimpinan rombongan dan polisi itu. Ada kesan, polisi hanya berusaha memenangkan massa itu. Tidak mengusir apalagi menangkapnya.
Lihat pernyataan Brigadir Jenderal Saleh Saaf, Kepala Dinas Penerangan Markas Besar Polri , dua hari setelah kejadian ini. Mereka menyesalkan dan berjanji mengusut aksi ini. Secara runtun petinggi polisi itu mengakui bahwa organisasi ini dulunya merupakan partner polisi. “ Waktu itu mereka diarahkan bekerjasama dengan Polri “.
Kini anak macan itu telah berubah dewasa dan menyusahkan patronnya sendiri.

Continue Reading

Jangan Galak Galak

Jangan Galak galak. Teguran ini diucapkan SBY, konon kepada para purnawirawan militer yang menjadi petinggi partai. SBY juga merasa sakit hati jika dituduh curang dalam pemilu. Lebih lanjut ia membuat pernyataan counter, bahwa ia memiliki memori yang cukup kuat tentang apa saja yang telah dilakukan para jenderal jenderal itu di masa lalu. Hanya saja ia membiarkan untuk mengubur masa lalu demi membangun masa depan bersama.
Ada kesan. SBY balik menggertak. “ Gue buka rahasia masa lalu kalau lu ribut ribut tentang kecurangan pemilu “.
Jelas tudingan SBY ditujukan kepada Prabowo yang ditenggarai masih memiliki catatan kelam seputar penculikan mahasiswa, atau bahkan pembumihangusan Timor Timur atau Pam Swakarsa bagi era Wiranto.

Menarik bahwa keduanya menanggapi dengan santai. Siapa yang galak ? kata Prabowo sambil tertawa di markas besar PDI-P Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Ia hanya meminta transparansi carut marut DPT. Sementara Wiranto seperti biasa tanpa ekspresi tak berkomentar terhadap pernyataan bekas Kasospol jaman kekuasaannya dulu.

Sepertinya SBY harus lebih bijak menanggapi suara suara protes tetang kacaunya pemilu kali ini. Ini memang cacatan buram pemilu paling amburadul setelah reformasi. Sialnya, ini terjadi dalam pemerintahannya.
Wajar jika banyak pihak menyamai seperti patgulipat Golkar dalam orde baru. Tanpa berpretensi buruk . Kenapa juga ketua KPU yang mestinya harus netral, malah duduk bersama sama SBY di Cikeas mengawasi hasil pemungutan suara pada hari pemilu. Padahal semua orang tahu, Cikeas selalu diasosiasikan dengan markas Partai Demokrat.

Continue Reading