Ketika saya masih kecil, bayangan pahlawan bangsa itu adalah mereka yang bertempur melawan penjajahan Belanda. Dengan selempang peluru di badannya, bambu runcing atau menghunus pedang. Gagah berani, walau pada akhirnya kalah dan gugur. Tentu saja karena saya besar dalam masa pendidikan orde baru yang militeristik, membuat kesan sisi heroik pertempuran saja yang dikupas sebagai mitos kepahlawanan. Mungkin Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki banyak pahlawan. Selain pahlawan kemerdekaan, ada pahlawan nasional yang tidak melulu bertempur tapi dilihat dari perjuangan diplomasi, kontribusi pendidikan sampai kesetaraan gender. Ironis bahwa pahlawan menjadi bagian konstruksi sejarah menurut selera rezim penguasa negeri. Para jenderal jenderal yang apes karena dijemput tengah malam, untuk kemudian dibunuh PKI, mendadak sontak menjadi pahlawan revolusi. Padahal issue sosial saat itu, adalah jendral kabir – kapitalis birokrat – yang hidup mewah sementara prajurit di pelosok harus antri beras. Bahkan ada salah seorang dari mereka baru pulang dari pesta, sebelum dijemput pasukan cakrabirawa. Bisakah sejarah menjadi jujur tanpa terjebak dalam pemikiran sempit mitos kepahlawan ?
Umumnya orang mengetahui, pahlawan pers Indonesia adalah Adinegoro, padahal Tirto Adhi Surjo, jauh jauh sebelumnya sudah menerbitkan Koran Indonesia pertama. Hanya saja karena dia aktif di Sarekat Dagang Islam ‘ merah ‘ yang merupakan cikal bakal komunisme, sehingga namanya sengaja dihapus dari sejarah pers nasional. Beranikah kita menyebut pahlawan tanpa harus melihat ideologi dan sikap politik seseorang. Ribuan orang komunis mati dalam pembuangan oleh penjajah Belanda di digul, papua karena aktivitas politik yang menuntut kemerdekaan bangsanya. Kompas hari ini menyebutkan Presiden SBY menganugrahkan gelar pahlawan nasional kepada Adnan Kapau Gani, padahal jaman orde baru, sosok yang dahulu dekat dengan Bung Karno ini, diasosiasikan sebagai orang yang korup dan dicurigai bersimpati pada komunis. Tokoh Tuanku Imam Bonjol kini menjadi kontroversi yang digugat kepahlawanannya, dicurigai justru dia dan pasukan paderinya yang melakukan pembantaian terhadap keluarga Kerajaan Paguruyung di Minangkabau dan jutaan etnis Batak , sewaktu melakukan invasi ke mandailing.
Pertanyaannya apakah masih relevan mitos pahlawan dengan kondisi bangsa ini yang semakin membutuhkan terapi untuk kesejahteraan rakyatnya. Bahwa mitos perjuangan masa kini berbeda dengan perjuangan masa lalu, ketika masih ada puluhan juta penduduk bangsa ini yang terpinggirkan dan berjuang untuk bertahan hidup. Lepas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Dahulu semasa kecil saya bertetangga dengan keluarga Ayu Ashari. Waktu itu namanya masih Khadijah, sebelum diganti karena dianggap kurang menjual di dunia film. Hidup keluarganya benar benar susah, dan sebagian besar pencurian atau keonaran di lingkungan kami pasti ulah dari kakak atau adiknya, entah itu Salim, Abbas atau Irba. Namun perjalanan hidupnya memang seperti tergambar dalam cerita cerita film, bahwa kemudian hari dengan perjuangannya, Khadijah bisa menjadi bintang film. Ia membebaskan keluarganya dari kesusahan, menyekolahkan adik adiknya, dan yang paling penting membuka jalan bagi adik adiknya untuk memasuki dunia film.
Terlepas dari kontroversi apapun sosoknya, bagi saya Khadijah atau Ayu Ashari adalah pahlawan bagi keluarganya, yang berjuang keras untuk penghidupan yang lebih baik. Kita bisa menjadi pahlawan sendiri bagi orang terdekat kita, keluarga, atau bahkan orang lain dan lingkungan kita. Ketika saya berada di lokasi syuting, secara tidak sadar saya dianggap pahlawan bagi 50 sampai 100 orang pekerja lepas, yang menggantungkan hidupnya di film. Bagi anak anak dusun Bangsari, sesungguhnya pahlawan mereka adalah bloger bloger yang membantu biaya pendidikan sekolahnya , bukan Patimura atau Diponegoro. Bagi saya juga, Iwan Esjepe adalah pahlawan yang memberikan kesadaran melalui situsnya bagaimana untuk lebih mencintai negerinya sendiri, Indonesia. Juga tak dilupakan guru guru kita. Ah, tiba tiba saja saya ingin besimpuh di pusara ayah saya, dia adalah pahlawan besar yang memberikan kesempatan luas untuk menjadi diri saya sekarang.
Selamat Hari Pahlawan !
Photo : repro lukisan Raden saleh
37 Comments
annots
November 10, 2007 at 1:36 pmSelamat hari pahlawan juga pak. Anda juga pahlawan bagi keluarga anda 🙂
Anang
November 10, 2007 at 1:37 pmSelamat hari pahlawan…
phillips
November 10, 2007 at 2:34 pmPahlawan juga manusia, sekali waktu dia jadi pahlawan lain waktu dia bisa jadi pengkhianat. Mengenai dr AK Ghani, beliau memang pejuang sejak jaman revolusi dan dia bukan PKI tapi PNI.
Iman Brotoseno
November 10, 2007 at 3:03 pmphillips,
saya memang tidak mengatakan dia PKI, tetapi simpatisan, atau dicurigai dekat dengan kiri. Sebagaimana rezim orde baru, yang mencurigai Chaerul Saleh, tokoh tokoh Murba, Partai Sosialis, Tan Malaka ( komunis nasionalis ). Demikian pula PNI ada kelompok Ali Sastroamijoyo dan Surahman yang disebut PNI kiri karena bersimpati dengan komunis, yang pada akhirnya bersiteru dengan PNI kanan, Osa Maliki – Usep Ranuwiharjo. Apapun ideologinya, bahwa mereka semua adalah pejuang kemerdekaan yang menunggu pengakuan dari rezim penguasa. Sehingga menjadi ironism bahwa sejarah ditulis oleh si pemenang kekuasaan.
triadi
November 10, 2007 at 4:10 pmkalo Osama dianggap teroris oleh Pak bush, maka buat seluruh pendukungnya dia adalah pahlawan. Keduanya mungkin “jadi pahlawan” juga buat penjual buku2, kaos2, dll yang berisi mereka berdua.
Mitos tentang pahlawan seperti halnya nasionalisme menurut saya adalah keniscayaan saja…pasti akan tetep ada. Hanya sekarang ini konstruksi media memberikan alternatif yang bermacam-macam tentang siapa yang pantas jadi pahlawan…
bahkan kita pun boleh mengklaim diri kita pahlawan kok, minimal di media (blog) kita sendiri hehe..
salam
-tikabanget- ™
November 10, 2007 at 4:41 pmboleh ndak ya, kalo sayah anggep diri sayah ituh pahlawan untuk sayah sendiri ituh…
NN
November 10, 2007 at 4:47 pmMas Iman selamat hari pahlawan, oh suka rumi juga toh 😉
siska
November 10, 2007 at 7:24 pmpahlawan, jadi seperti 2 sisi mata uang saja. ya kan? well, habis baca KOMPAS, ternyata pak Iman juga ngebahas ttg pahlawan.
selamat hari pahlawan!!
nieznaniez
November 10, 2007 at 7:51 pmlihat saja buku sejarah 100 tahun mendatang. akan ada namaku di dalamnya. ahahhahaaa…amien…
-ian-
November 10, 2007 at 9:47 pmaduh, kalo ga baca tulisan mas iman, saya bener2 lupa kalo hari ini hari pahlawan. Thanks
Aris
November 10, 2007 at 10:44 pmSosok pahlawan memang tergantung pd bagaimana kita melihatnya dan tentu saja siapa yang melihat. CNN dan Panitia Nobel misalnya, mereka punya kriteria sendiri utk menilai sosok pahlawan. CNN bahkan memvotingkan kepada pembacanya utk menilai pahlawan yg diinginkan.
btw Belgia lagi butuh pahlawan nih, yg bisa menyatukan perbedaan antara Utara dan Selatan.
leksa
November 10, 2007 at 10:46 pmsinergis dengan quote :
“Sejarah adalah milik Penguasa..”
keritiKentang™
November 11, 2007 at 1:41 amKita bukan saksi sejarah.
Jd kita jg sulit utk mencari kebenaran siapa pahlawan dan siapa lawan.
Yg bisa kita tau pasti adalah siapa saja yg menjadi pahlawan dlm hidup kita yg skrg… 😉
Yuki Tobing
November 11, 2007 at 7:11 ammas iwan, selamat hari pahlawan..
buat saya sendiri definisi pahlawan adalah orang yang melakukan “apa yang di luar tugasnya” demi membela warga negara..
dalam rangka hari pahlawan, saya juga nulis tentang itu di blog saya, dengan fokus ke apresiasi terhadap mereka, kalau minat bisa baca di http://goresanngawur.blogspot.com/2007/11/sekilas-tentang-hari-pahlawan.html
oh ya, kmren makasih komennya di tempat saya mas..
TaTa
November 11, 2007 at 7:48 amsayang yah mas saat2 ini gaung hari pahlawan gk sesanter waktu jaman sekolah saya dulu, kayaknya orang santai2 aja malah mungkin lupa kalau tanggal 10 nopember adalah hari pahlawan
CempLuk
November 11, 2007 at 9:16 amselamat hari pahlawan..
Totok Sugianto
November 11, 2007 at 10:18 amjangan lupa para TKI yg bekerja di luar negeri juga bisa disebut sebagai Pahlawan Devisa meskipun perlakuan yg diterimanya terkadang kurang manusiawi, jadi selamat hari Pahlawan 😀
amethys
November 11, 2007 at 12:10 pmselamat mengenang “pahlawan2″….
bukankah pahlawan itu adalah “seseorang” yg berjasa…entah untuk bangsa, negara, keluarga, kehidupan dan diri sendiri?
thx mas imam…saya jadi mengingat hari pahlawan
lance
November 11, 2007 at 5:28 pmpahlawan dengan huruf P besar…itu yang kita mau..
agus
November 11, 2007 at 5:30 pmmerenung
Wibi
November 11, 2007 at 6:48 pmTulisan yang menarik.
Pembicaraan tentang pahlawan memang bisa luas sekali.
Kalau kita mau persempit dalam wilayah pahlawan kemerdekaanpun belum menjamin kesamaan visi.
Selain Iman Bonjol ada juga pahlawan yang baru diangkat yaitu AA Gde Agung yang pada masa perjuangan 45-49 memihak Belanda tapi diangkat sebagai pahlawan nasional.
-Fitri Mohan-
November 13, 2007 at 4:06 amati2 di papuanya ya mas. selamat hari pahlawan!
Pinkina
November 13, 2007 at 9:42 amSelamat hari pahlawan mas
endikz
November 13, 2007 at 10:41 pmpahlawan dan penjahat setipis kertas perbedaannya. dilihat dari sudut pandang mana dulu. sukarno pun menjadi penjahat atau pemberontak bagi belanda. macam robin hood sajalah.. yang penting kita berpikir dan bertindak dengan baik dan benar untuk negara kecil kita, untuk masyarakat kecil kita.. supaya mereka bisa sekolah atau belajar, beli jajan, tertawa dan tertidur pulas malam ini.
bener gak om..??
Dony
November 15, 2007 at 7:19 pmNgomongin Pahlawan memang bisa luas sekali konteksnya, dan nggak melulu yang disebut di buku sejarah saja, masing2 orang khan punya sosok pahlawan sendiri, pahlawan yang personal dan sangat berarti dalam kehidupan kita.
Saya ada bocoran soal untuk ujian pelajaran sejarah SD nih; Sebutkan nama-nama Pahlawan yang kamu ketahui.
Kalo saya jadi anak SD, saya akan menjawab: Ultraman, Gaban, Voltus, Satria baja hitam, Power Rangers, Batman!
auliahazza
December 10, 2007 at 6:15 amgugatan atas tuanku imam bonjol lemah, masak hanya 1 reverensi saja. zaman dahulu memang ada penduduk 1 juta orang ….
Fadli Reza
January 30, 2008 at 3:14 amGuru – guru kita, baik disekolah maupun diluar sekolah, juga merupakan pahlawan.. tanpa tanda jasa 🙂
Partomuan
March 8, 2008 at 12:45 pmsebenaarnya ga perlu Indonesia pake formal2 ato pake Keppres atau keptutusan pemerintah dalam mengangkat seseorang menjadi Pahlawan Nasional, cukup bilang bahwa ada tokoh2 lokal pernah berjuang melawan Belanda, terbukti Imam bonjol dan Tambusai yang kontroversial itu digugat sekarang, keduanya sama dengan ALmarhum Suharto, mungkin banyak jasanya tapi banyak juga kesadisannya dan pelanggaran HAM-nya
didik
June 30, 2008 at 4:52 pmBANGKIT INDONESIA………
TERUSKAN REFORMASI…………
MARI BERKARYA……….
KUASAI SAIN DAN TEKHNOLOGI ………
JADIKAN INDONESIA HERCULES ASIA …….
BERANTAS
· KORUPSI…..
· PUNGLI…..
· SUAP …….
· NEPOTISME ……
· KONSPIRASI POLITIK …..
· TIPU DAYA ……
· PUTAR BALIK KENYATAAN …..
· CARI KELEMAHAN ORANG LAIN ……….
· DAN BENTUK KECURANGAN YANG LAIN
Batman
July 26, 2008 at 11:43 pmKalo saya, suka lihat film BATMAN
dari pada yang lain 🙂
Visit me, ya …
Fresh and Free
g!@
July 31, 2008 at 1:58 pmqu….paling ngefans…ma pahlwan negara kita(indonesia)
Ir.Soekarno………………Hehehe…….
rgrg
October 8, 2008 at 1:21 pm2e3xdt4fyh vy6gvtg v
Masihkah Kita Butuh Pahlawan ::NAGARA Online
November 10, 2008 at 5:39 am[…] Iman Brotoseno, Jakarta […]
Irshadi Bagas
November 10, 2008 at 9:58 amTulisan yang bagus Om..
galz
March 24, 2009 at 10:43 amsetuju…..
hanny
November 10, 2009 at 1:03 pmmas iman pahlawanku sebagai chairman pesta blogger 🙂 dirimu begitu penuh dedikasi dan mencurahkan banyak waktumu saat itu, juga bantu-bantu kami T_T *terharu*
swt234
February 18, 2010 at 8:03 pmviking bonek sama aja .
bacot semua ..