Tunai sudah janji Megawati kepada publik, bahwa dia memang tidak berambisi menjadi Presiden RI berikutnya. Siang ini di kantor DPP, ia memberikan surat mandat penunjukan Jokowi sebagai calon Presiden dari PDIP. Surat mandat itu menjadi sangat heroic karena ditulis dengan tangannya sendiri. Tiba tiba saya teringat coretan tangan Bung Karno ketika menuliskan kata kata yang rumusan proklamasi hasil diskusi dengan Hatta dan Achmad Soebardjo.
Kenapa Jokowi ? Mungkin Mega juga tak kuasa menahan desakan publik yang sebagian besar menginginkan PDIP mencalonkan selekasnya figure bekas walikota Solo itu. Ini pasti mengagetkan, karena selama ini sinyal Pencapresan dari partai moncong putih selalu digembar gemborkan akan dilakukan setelah pileg. Penantian ini, tentu membuat partai ( termasuk Megawati ) diserang para pendukung Jokowi. Akun akun di social media menuduh Megawati masih memiliki ambisi menjadi Presiden.
Apa yang terjadi hari ini memang membuat akun akun itu tiba tiba jadi mingkem. Mak klakep. Saya harus memberi apresiasi kepada Ibu Ketum PDIP yang berani mendengar suara rakyat serta mengambil momentum. Karena politik adalah momentum.
Megawati juga belajar dari 10 tahun menjadi oposisi, dan menjadi lebih arif dan waskkita. Ia juga terus mendorong untuk melakukan regenerasi di partainya. Puan Maharani, Rieke, Ganjar Pranowo nama nama yang terus moncer.
Megawati juga membuktikan sebagai negarawan. Tanpa kata, ia diam dalam kerja, membiarkan dirinya diejek di socia media. Hingga hari ini ia mengeluarkan perintah mandat yang terasa sakral. Tapi yang menarik adalah kalimat dalam surat mandat itu. ” Jokowi sebagai petugas partai “. Apakah ini sebagai kunci untuk Jokowi agar tidak melenceng dari garis partai kelak ?
Tapi teman saya yang menjadi caleg PDIP untuk Dapil di Jawa timur sangat bergembira, karena cukup dengan blusukan dan mengatakan kepada konstituennya ‘ dapat salam dari Mas Jokowi ‘. Cara ini akan mempermudah mendulang suara. Kenapa tidak ?
Kini Megawati menjadi pengantar ke gerbang kepemimpinan bagi Jokowi. Dengan ikhlas ia memberikan energinya untuk Indonesia Raya dengan naungan Trisakti-nya Bung Karno – berdaulat secara politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Sekarang bisakah Jokowi menjawab tantangan itu. Ekspekstasi rakyat terlalu tinggi untuk tidak dikecewakan. Presiden tidak hanya punya pendukung massa partai atau rakyat yang terpesona dengan penciraan. Tapi juga nyali dan juga visi, kemana akan membawa negeri ini. Kita sudah terlalu lama stagnan. Korea Selatan awal tahun 60an jauh lebih miskin daripada Indonesia. Sekarang siapa yang ketinggalan ?
Saya ( rakyat ) butuh pemimpin yang punya nyali untuk menggerus ormas ormas fanatik yang mengancam kebinekaan negeri. Punya keberanian menjadi garda terdepan pemberantasan korupsi. Berani menggebrak meja perundingan dengan korporasi multinasional tentang pengelolaan hasil bumi Indonesia yang lebih menguntungkan kita. Bung Karno pasti menangis melihat awal kekuasaan orde baru, ketika lawyer lawyer dan korporasi pertambangan, produk consumer, bank asing yang membagi bagi ‘kue’ Indonesia dalam sebuah pertemuan di Genewa tahun 1967. Sejarah tak bisa diulang tapi bisa ditulis untuk catatan yang lebih bagus buat anak cucu kita.
Presiden bukan juga melulu karena blusukan. Butuh manajemen mumpuni serta integritas. Bangsa ini terlalu besar dan kompleks permasalahannya. Pemimpin harus bisa memberi contoh, turun tangan. Mestinya Jokowi bisa. Tiba tiba saya teringat pidato Bung Karno, “ Saya ini penah pegang sapu, nyapu apa ? nyapu kakusnya pelayan pelayan. Saya marah kepada mereka. Saya bentak. Tapi dalam membentak saya kasih contoh. Kasih sapu ! saya sapu kakus kakus mereka. Kasih air. Saya schrob ( sikat ) kakus kakus mereka “
Kini langkah selanjutnya ada di tangan Jokowi, sang capres yang digadang gadangkan bakal menjadi pemenang. Jika mengutip ucapan Pramudya Ananta Toer saat mendorong Budiman Sudjatmiko 15 tahun lalu sebagai calon Presiden, mestinya kita bisa mengutip kata kata Pram itu sekarang, untuk orang yang berbeda
“ Selamat datang Jokowi, calon Presiden. Mereka capres yang dungu akan menyingkir tersipu sipu “
12 Comments
Koen
March 14, 2014 at 10:13 pmMak Klakep :). Dan rakyat tidak lagi harus pusing memilih satu dari barisan Kurawa Bakrie, Prabowo, Wiranto, Paloh, dst, dst, yang pastinya tak cukup punya hati untuk bisa tersipu.
dwey
March 14, 2014 at 11:20 pmmendengar berita pencalonan Pak Jokowi truly made my day hari ini 🙂 Rasanya ada harapan baru, untuk hidup yang lebih baik di negara ini. Terlepas dari segala kasak kusuk politik yang juga tidak saya pahami, saya merasa bisa mempercayai Pak Jokowi. Naif? Mungkin. Yang pasti, saya sudah gak percaya sama pemimpin2 lain, dan so far, Pak Jokowi yang bisa buktiin dia peduli sama rakyat. Be blessed, Pak Jokowi!
kekek
March 15, 2014 at 1:01 ampencerahan, jadi punya harapan baru buat bangkit kmbl
Itikkecil
March 15, 2014 at 9:38 amSoal pencalonan Jokowi memang akhirnya jadi kontroversi, ada yang tidak setuju karena Jokowi dianggap lebih baik mengurusi Jakarta dulu, ada yang setuju karena setelah 2014 Jokowi akan kehilangan momen.
Kalaupun Jokowi jadi presiden, jangan berharap terlalu tinggi juga. Jadi khawatir nanti macam SBY atau Obama yang pada akhir masa jabatannya dianggap mengecewakan semua orang padahal pada awalnya semua orang berharap.
picus
March 15, 2014 at 10:58 amTulisanmu membuat merinding yg mbaca mas. Suwun.
angki
March 15, 2014 at 1:54 pmKetika mendengar pencapresan Jokowi ini, angan-angan saya nanti, Bu Risma akan jadi menteri PU atau menteri BUMN atau kementrian yang menyangkut pembangunan nasional.
Semoga
Tina Latief
March 16, 2014 at 6:34 pmSaya menunggu mas menuliskan hal ini, jokowi, akhirnya muncul juga..
Saya tidak bisa komentar apa2 mas, isinya sudah memuaskan saya 🙂
Sayapun turut menyambut kedatangannya sebagai calon presiden 😉
Ceritaeka
March 17, 2014 at 8:09 amIni kontroversial mengingat janji Jokowi awal-awal kampanye jadi Gubernur DKI…
Btw, Mas… surat dengan tulisan tangan Bu Mega yang beredar itu bener nggak sih?
bocah petualang
March 17, 2014 at 1:33 pmSebagai rakyat, saya hanya bisa berharap semoga Jokowi semakin dicintai rakyat dan semakin mencintai rakyatnya. Semoga Jokowi tetap tampil apa adanya seperti sekarang, sederhana, spontan, dan tidak jaim. Semoga Jokowi diberi kekuatan dan kebijksanaan utk menyelesaikan masalah-masalah di negeri ini. Semoga Jokowi diberi keberanian utk mengusir para penjajah berkedok investor yg mengeruk harta kekayaan kita. Amin!
Andi
March 18, 2014 at 2:42 pmBoleh aja berharap tapi saya rasa fenomena Jokowi seperti SBY 2009 semua orang harap karena terlaku suka yang yang santun,simpatik, menarik hati rakyat padahal hasilnya Non Besar! harus diliat juga program2 Jokowi bagaimana? apa yang akan dia buat untuk Indonesia ? jgn terpesona oleh figurnya aja bahaya…lebih mendidik sebenarnya pilpres nanti lebih ke ajang adu gagasan,ide,konsep antar capres untuk Indonesia lebih baik
Ryan Perdana
March 20, 2014 at 10:07 amSaya melihat harapan publik ke Jokowi sudah terlampau tinggi. Sepuluh tahun lalu demikian juga yang terjadi kepada Pak SBY, walau pemerintahan Pak SBY tidak bisa dikatakan gagal total, tapi tetap banyak yang menyatakan ketidakpuasan kepada rezim ini.
Jokowi adalah media darling seperti juga Pak SBY sepuluh tahun lalu. Padahal, pemberitaan yang demikian masif kepada Jokowi, yang selalu tentang kebaikannya, berpotensi memunculkan ketidakobjektifan penilaian publik kepadanya. Maka, sekarang ini rakyat lebih bijak dalam menangkap segala kabar tentang Pak Jokowi. Dipilah dan dicerna secara bijak.
Bukan mengajak untuk tak percaya kepada Pak Jokowi, tapi setidaknya rakyat tidak dengan membabi buta mendukung capres yang sebetulnya tidak mereka kenal dengan baik. Akhirnya kita hanya bisa berdoa kepada Gusti Kang Murbeng Dumadi, bahwa Pak Jokowi atau siapapun yang kelak terpilih menjadi presiden, menjadi pemimpin yang amanah dan bisa merealisasikan ramalan Joyoboyo akan segera munculnya jaman yang dideskripsikan dengan “Wong Cilik Melu Gemuyu.”
Kenapa harus berdoa dan menggantungkan diri kepadaNya? Karena tidak ada alat ukur apapun di dunia ini yang bisa mengukur kebenaran dengan tingkat validitas absolut untuk mengetahui tingkat kepemimpinan dan kesuksesannya..
Salam..
ibas
October 10, 2023 at 8:48 amgood article, thank you