Remah remah yang tersisa dari Pesta Blogger

Ada sisi menarik dari hiruk pikuk Pesta Blogger 2008 kemarin. Tentang kompetisi dan penjurian tentunya. Ini bukan tentang klausul keputusan dewan juri tidak bisa diganggu gugat. Tapi tentang bagaimana keikhlasan menerima siapa pemenangnya dan juga bagaimana menghargai sistem yang dinamakan demokrasi.
Panggung Pesta Blogger itu telah kosong. Peserta yang tadinya riuh rendah seperti gemuruh hujan telah pulang.  Namun disana sini masih terdengar suara suara percikan. Kompetisi tidak adil. Penjurian berat sebelah. Apa yang membuat mereka menang dan kami kalah.

Sejak beribu ribu tahun lalu, kejadian ini selalu berulang. Kemenangan adalah simbol kejayaan manusia dan itu terus diperjuangkan sampai penghabisan.  Manusia akhirnya melihat sebuah kompetisi sebagai perkelahian berdarah.
“ Tak ada kejayaan yang lebih besar bagi seorang manusia ketimbang apa yang telah dimenangkan dengan kaki dan tangannya sendiri “.  Begitulah tertulis dalam Odysey.
Jadilah Hercules merenggangkan ototnya menantang Mars, dewa perang, atau Bima berteriak ingin menghisap darah Kurawa di padang Kuruseta. Atau suporter bola yang menggebuki wasit karena merasa kesebelasannya dikadali.

Sewaktu penjurian kontes photo – karena saya melihat prosesnya – begitu banyak debat dan argumentasi dikeluarkan oleh juri juri yang sangat komprehensif di bidang Photography. Selama berhari hari belum juga ada kesepakatan. Photo yang tadinya mendapat nilai tertinggi , tiba tiba harus diturunkan karena argumentasi yang masuk akal dari seorang juri.  Sistem musyawarah untuk mufakat membuat hal itu sah. Keputusan bulat telah diambil untuk memilih “ Ke Museum Wayang Yuk “ sebagai pemenang.
Sementara di luar, sebagian orang bertanya kenapa photo itu yang menang ? apa istimewanya, bukankah ada yang jauh lebih bagus, lebih ekspresif.

Ada satu hal yang tak boleh dilupakan. Apapun kompetisinya. Keputusan wasit, juri, hakim garis, pengawas, KPU, Hakim, menjadi yurisprudensi yang paling tinggi. Kita harus menghormati dan mengakui hak yang telah dipercayakan kepada mereka. Walau kelak kita mengetahui betapa buruknya keputusan itu.
Ini membuat make sense ,mengapa orang tidak pernah menerima ikhlas hasil pilkada pilkada. Selalu ada protes, tuntuntan pengulangan pemungutan suara dan juga anarki.

Kita harus percaya adagium apa yang terlihat tidak selalu tersirat. Photo anak anak kecil sedang antri masuk ke Museum Wayang memang sangat sederhana, dan secara artistik  juga biasa biasa dibanding photo lainnya. Bahkan tidak terlihat momen ekspresifnya. Namun ada yang membuatnya lain. Photo itu berbicara tentang kepedulian masyarakat – anak anak sekolah – terhadap budaya dan sejarah bangsanya.
Ini relevan dengan tema yang diusung. Society. Kemasyarakatan.

Ini juga termasuk suara suara protes terhadap kemenangan sebuah komunitas. Mana bisa kegiatannya saja sedikit, dan tidak jelas.
Karena saya tidak terlibat dalam penjurian kompetisi komunitas. Saya hanya bisa mengasumsikan bahwa yang dinilai tidak melulu jumlah kegiatan atau jenis kegiatannya. Ada hal lain yang jauh lebih penting, yakni sejauh mana konsistensi penggunaan media blog sebagai perangkat menyuarakan gagasan atau kontribusi terhadap masyarakat.
Katakanlah sunatan masal atau launching buku, yang hanya disuarakan sekali saja dalam postingan, sehingga tidak ada efek spreading keluar dari komunitasnya. Kegiatan itu tak ada bedanya dengan yang dilakukan Komunitas Penggemar Sepeda Tua atau pekerja film misalnya.

Sementara sebuah kegiatan bebersih alun alun kota yang dilakukan setahun sekali atau hanya membuat  blog profile kotanya, tapi bisa membuat efek penyebaran pewartaan dimana mana. Baik dengan konsistensi postingan, bergulir keluar komunitasnya, dibaca dan disuarakan juga oleh orang lain – bahkan yang bukan blogger – yang tidak mengenalnya.
Itulah yang menjadikan bagaimana komunitas ini menggunakan kekuatan blog secara maksimal untuk masyarakat luar.
Bagi saya , blogger tidak harus menjadi menara gading bagi masyarakatnya. Suara blog tidak hanya berputar putar di lingkungannya sendiri. Ia harus keluar di masyarakatnya.

Toh tidak bisa tidak, saya mengerti bahwa Pesta Blogger tidak bisa memuaskan semua pihak. Panggung itu hanya menjadi gairah orgi bagi orang orang yang hanya ingin melihat kemenangan.  Kita tiba tiba seperti orang Yunani kuno yang mencari seuntai daun dan kehormatan yang perlu.
Tentu momen itu akan melintas lewat begitu saja tanpa kita sadari. Panggung kembali gelap dan penonton akan pulang ke rumahnya masing masing. Siapa tahu kita akan lupa dengan arti ‘ Blogging for society ‘ di depan mangkok indomie yang kita santap pagi ini. Kita tidak perlu menggembar gemborkan siapa yang terbaik.
Kata Dewi Lestari,  Malaikat tahu siapa juaranya.

You Might Also Like

71 Comments

  • Catra
    November 26, 2008 at 10:16 am

    yah, itulah namanya kompetisi, ada yang menang ada yang kalah. yang menang dari sudut pandang juri tidak selalu menjadi pemenang di hati individu2 lain yang menilai independen masing2 di luar sana.
    tapi tetap salut sama PB 08. semoga PB 09 lancar2 aja di tahun depan

  • nengjeni
    November 26, 2008 at 10:29 am

    jadi? ditunggu kiprah mas Iman di PB 09… okeh ?

  • aprikot
    November 26, 2008 at 10:40 am

    ya mas, malaikat juga tahu siapa yang jdi juaranya…

    mo jd dayang2nya mas iman aaahh

  • edo
    November 26, 2008 at 10:40 am

    malaikant-nya Dewi Lestari kemaren ketemu sama saya.
    dia juga bilang mas, dia tau siapa yang akan jadi chairman PB 2009 hihihih
    *ngejunk set mode on

  • suprie
    November 26, 2008 at 10:41 am

    Kami tunggu mas di PB09 :d

  • meong
    November 26, 2008 at 10:45 am

    mas iman kok tahu sih, aku pagi ini sarapan indomie smb mantengin monitor ??

    hehehe……

    masih perlu ga sih, iri ??
    masih perlu ga sih, sombong ??

  • Yahya Kurniawan
    November 26, 2008 at 10:47 am

    Tugas Juri, Wasit, dan Hakim memang berat. Harus berlaku seadil-adilnya. Pun ketika keputusan telah dimaklumatkan, tetap ada saja yang tidak puas.
    Semoga sedikit “bara” di PB08 ini menjadikan mas Iman makin siap berkiprah di PB09

  • nonadita
    November 26, 2008 at 10:48 am

    Memang sulit untuk membuat keputusan yang menyenangkan untuk semua pihak. Tapi toh panitia dan dewan juri sudah melaksanakan amanat yang dipercaya kepada mereka.

    Inti dari kegiatan PB ini ‘kan mewadahi bloger2 untuk saling bersosialisasi dan memperkuat jaringan. Ada juga yang “sekedar kopdar”. Kok lantas karena ada kompetisi, jadi bikin gerah di mana2.. Seakan keikhlasan ketika berbagi itu menguap saja setelah tau ada award2 begitu.

    Hei, we blog for society, not for the award..
    Sorry to say yah

  • Aditya Sani
    November 26, 2008 at 10:48 am

    Seharusnya sejak awal kita semua sepakat untuk memaknai Blogging for society awards bukan sebagai ajang kompetisi. Blogging for society hanya akan ‘berhasil’ bila diawali dgn niat tulus nan ikhlas untuk membantu sesama anggota masyarakat. Bukan untuk sebuah Awards, itu tidak penting. Yang terpenting adalah senyum simpul yang menyungging di wajah mereka yang merasa terbantu oleh kegiatan yang dilakukan para blogger dalam Blogging for Society.

    Tabik!

  • Gage Batubara
    November 26, 2008 at 10:49 am

    selamat mas! sampai jumpa di PB09!

  • edo
    November 26, 2008 at 10:57 am

    btw, comment lagi, mas iman.
    saya sepakat bahwa menang kalah bukan permasalahan mendasar. toh sebaik-baiknya perbuatan adalah ketika tangan kanan berbuat dan tangan kiri tidak tahu…

    dan tentang celoteh yang muncul usai pesta, asik-asik aja kan mas? namanya juga dinamika komunitas hehehhe. buat saya disinilah indahnya demokrasi.

    jangankan sebuah gelaran yang diselenggarakan oleh komunitas. sebuah gelaran profesional ala pertandingan premier league, dinegara yang katanya maju pun tak pernah berhenti dari silang sengketa.

    buat saya apa yang sudah dilakukan oleh penyelenggara PB08 sudah lebih dari cukup. sangat baik bahkan. saya punya apresiasi yang sangat dalam pada semua panitia yang disela kesibukan yang luar biasa masih mau banting tulang untuk acara ini, tanpa mendapatkan apa-apa. dan tidak mudah untuk memenuhi hasrat setiap kepala. pro kontra mah akan selalu ada.

    dan saya juga percaya, sebagai kandidat chairman, mas iman pasti menangkap dengan baik pro kontra yang ada, sebagai bahan untu PB tahun depan, agar terselenggara lebih baik lagi 🙂

    ingat nasehat salah seorang sahabat. kekecewaan adalah cermin dari pengharapan. bentuk kepedulian yang mendalam. seberapa besar kekecewaan meluap, sebenarnya sebesar itu pulalah pengharapannya pada kita. sebesar itu pulalah kepeduliannya pada kita.

    blogging for love? kekekekkekek
    *ditunggu traktirane dek angkringan!

  • edratna
    November 26, 2008 at 11:01 am

    Gpp mas, perbedaan itu wajar…dan kritikan selalu ada. Pokoknya mantab.
    Kemarin tuh, kalau nggak diajak Yoga, saya ngga pede ikutan sesi photoblogging (lha selama ini cuma jeprat jepret aja)…ternyata membuat foto demikian menarik ya.
    Mas kalau mau belajar fotografi secara singkat, agar foto yang kita buat lumayan bagus untuk dilihat (ga perlu nyaingi foto buatan mas Iman, Jerry dll)…dimana ya? Atau mungkin bisa difasilitasi mas…kalau banyakan yang ikut, kan biaya tak jadi terlalu mahal.

    Maklum saya suka bepergian (abidin tentunya….atas biaya dinas), dan sebelum ngeblog saya tak punya pikiran untuk menuliskannya di blog….tapi siapa tahu, tulisan saya yg sederhana bisa bermanfaat…seperti besok, saya ke Surabaya, terus minggu depan ke Papua.
    Kan katanya, kalau cuma cerita tulisan doang….garing….

  • annots
    November 26, 2008 at 11:07 am

    thanks untuk mas iman atas pencerahannya 🙂

  • alle
    November 26, 2008 at 11:24 am

    hwaa ada foto annot berkacamata afgan 😀
    btw,. thx mas,..
    ditunggu kiprahnya di tahun depan

  • Iman
    November 26, 2008 at 11:29 am

    Ibu Enny,
    kalau simpel sih cari buku fotografi yang model buku saku, lalu praktekan dan tanya sana sini..learning by doing akan lebih terasa gitu. Im free for open discussion kok..

  • gajah_pesing
    November 26, 2008 at 11:44 am

    perbedaan selalu ada tapi keputusan memang di tangan seorang juri, wasit ato yang lainnya bukan dari sepihak komunitas ataopun pihak personal, bagi saia sekarang ini adalah Pesta Blogger 2008 membawa kepuasan tersendiri dalam relung hati saia, ke depan dan selannjutnya, insyaAllah akan senantiasa hadir. bukan bermaksud ingin dikenal tapi ingin mengenal dan ingin tahu..
    Congratulation for everything…

  • Donny Verdian
    November 26, 2008 at 11:54 am

    Hehehehe Dewi Lestari….
    Cara mengaitkannya brilliant di dalam tulisan ini 😉

    Tutup mata dan telinga aja mah soal ginian 🙂

    Go PB09

  • ndebakulsempak
    November 26, 2008 at 12:09 pm

    selamat untuk panitia pb08 yang telah bekerja keras, saya sangat senang datang di pb08 🙂

  • Elyani
    November 26, 2008 at 12:16 pm

    Mas Iman,

    Foto ke Museum Wayang justru foto yang paling saya sukai, saya malah gak tau kalau foto2 yang dipajang itu dilombakan. Mengapa saya suka foto itu, karena foto itu berbicara banyak…pengambilan sudut gedung yang apik dengan langit yang biru bersih, dan anak2 tersebut antri dengan tertib (sesuatu yang cukup sulit diterapkan pada orang dewasa di negara kita…lihat saja antrian busway misalnya). Kalau ada yang nesu2 karena gak menang…duh mbok ya legowo! Saya cukup aktif di Flickr dan sering bingung kok foto2 yang menurut saya kurang bagus malah masuk di EXPLORE Page. Saya sih sabodo teuing mau masuk Explore atau nggak..yang penting hati senang, kreativitas jalan terus, dan punya banyak teman. Melihat sebuah foto itu seperti mengagumi kecantikan seorang perempuan. Banyak aspek yang tidak bisa dijabarkan dengan kata2 seperti cantik, sexy belaka. Duh kepanjangan nih postingnya…kayak kelompencapir..hehehe!

  • Nyante Aza Lae
    November 26, 2008 at 12:20 pm

    g komen deh..abis dq g ikutan PB 08..
    Smg PB 09 dimasa datang benar2 akan sebagai “wadah konsolidasi” positif tuk perkembangan blogger khususnya n masy Indonesia pada umumnya.

  • Hedi
    November 26, 2008 at 12:30 pm

    soal foto2 itu, aku setuju dg penjelasan sampean di wetiga kemarin kok

  • Setiaji
    November 26, 2008 at 12:31 pm

    Suara blog tidak hanya berputar putar di lingkungannya sendiri. Ia harus keluar di masyarakatnya >>> Setuju banget ! Acapkali para blogger justru terjebak dalam komunitas maya yang semu dimana blogger mendapat cap sebagai komunitas yg ekslusif, tidak mau bergaul dan menerima pihak luar/non blogger/beda komunitas.

    Saya gak hadir di PB2008 kemarin. Tapi saya percaya, panggung yang sudah usai memberikan jejak tersendiri bagi para blogger indonesia untuk saling bergandeng tangan walaupun masing2x memiliki ‘baju’ (komunitas) yg unik.

    Tak kenal, tak perlu tak sayang, Tak kenal bisa dijadikan alasan untuk kenal dan sayang-sayangan 🙂

  • ajengkol
    November 26, 2008 at 12:37 pm

    Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat* gitu kali yah mas Iman .. tapi menurut saya mustinya memang harus ada kategori expertis mengingat jumlah yang masuk begitu banyak. Sang juara satu memang jago dalam hal ini bahkan suami istri hehehe no wonder kalau hasil jepretannya emang luar biasa.

    Terlepas dari suksesnya PB2008 saya lebih menyoroti breakout session sangat menarik tapi kurang waktu.

    Bagaimana nasib blogger pemula yang belum kenal dan belum ada komunitas ? Rada kebingungan ditengah tembok eksklusifitas komunitas *halah ngomong opo to aku iki ?

    Sampai ketemu PB2009

  • sandal
    November 26, 2008 at 12:49 pm

    Semoga semua ini bukan karena saya tidak datang di PB kemarin.
    *sembunyi di kolong dispenser*

  • rara
    November 26, 2008 at 1:24 pm

    saya dan teman2 sempat komentar juga: kenapa itu yg menang ya? “karena kita ngga ngerti photography, jadi kita ngga tau apa yg bikin foto itu menang” begitu ‘bisik2 kami. Saya sempat bilang gini: ‘kalo aku jurinya, foto sunset itu yg menang’ 😀

    so, you’re the next ‘manusia kursi’? a, sampe ketemu tahun depan.. 🙂

  • heri
    November 26, 2008 at 1:42 pm

    memang tujuan ikut kompetisi itu ya menang, tapi apa semuanya harus menang? klo semuanya menang lalu siapa juaranya? klo mau ikut kompetisi harusnya ikhlas, ikhlas menerima keputusan juri

    masak blogger mau rusuh kayak orang yang kalah di pilkada? malu donk ah

  • roi
    November 26, 2008 at 1:42 pm

    mungkin tahun depan harus ada kategori khusus ‘foto pilihan blogger’.
    Semua foto yang lolos seleksi juri dipajang di sebuah alamat blog tertentu, lalu biarkan para blogger memberikan comment dan memilih foto-foto tersebut.

  • didut
    November 26, 2008 at 1:57 pm

    menunggu bidadari bidadari mas iman taon depan (woot)

  • Nazieb
    November 26, 2008 at 2:01 pm

    Yah.. semoga sampeyan bisa membuat PB09 lebih baik..

    :mrgreen:

  • funkshit
    November 26, 2008 at 2:02 pm

    aduh.. ada poto saya jgua disini .. panik

  • amril
    November 26, 2008 at 2:22 pm

    Sebuah posting yang sangat menyejukkan Mas Iman.

    Sayang ya kita gak bisa ngobrol banyak saat PB 2008 kemarin..

  • iphan
    November 26, 2008 at 2:28 pm

    protes dan tidak terima pasti akan terjadi. Karena kita tidak bisa menyamakan setiap kepala. Pemilihan presiden aja banyak yang kecewa..
    Tapi akan menjadi luar biasa adalah ketika siapa pun yang menang, kita tetap bisa merayakan bersama dan berdampingan…
    Dan mas iman, aku menunggu aksinya tahon depan. caiyoooo….!

  • bee
    November 26, 2008 at 2:40 pm

    Tema yg menarik sebenarnya ada di foto berjudul “dorong sampai hidup“. Tema yg diangkat foto itu cukup pas dgn tema PB’08 yaitu blogging for society. Lebih bagus lagi kalo mobil yg didorong adalah mobil angkutan umum atau kendaraan publik lainnya. Tapi sayang sekali foto itu scr teknis memang kurang bagus. Obyek terlalu jauh shg kurang dominan, sudut pengambilan juga kurang pas, ekspresi kurang nampak, kurang ada penekanan, artistiknya sangat kurang, dlsb. Kesannya jadi foto biasa aja, bukan foto untuk dilombakan. Wajar kalo gak masuk nominasi (20 besar). 😀 Andai ada yg bisa “membenahi” foto itu, bisa jadi itulah yg bakal jadi juara 1. Berdasarkan foto2 yg masuk, dan pertimbangan kesesuaian foto dgn tema PB, saya bisa paham knp para juara itu terpilih. Walaupun saya juga heran, beberapa foto yg kurang sesuai dgn tema PB’08 bisa masuk nominasi, terlepas scr teknis memang tergolong bagus. Ah, tau lah, apa kata juri lah. 😀

    Bukan begitu mas Iman? 😉

  • Kyai slamet
    November 26, 2008 at 3:05 pm

    Tahun depan, jamaah blogger jawi wetan kembali hadir!
    Lihat tingkah anang di jakarta kok kayak si bolang ya?

  • suamimalas
    November 26, 2008 at 4:04 pm

    lagian…ngumpul ajah baru dua tahun udah di adain kompetisi…mbok ya digalang dulu kebersamaannya baru dikompetisikan… 😀

  • aRuL
    November 26, 2008 at 7:25 pm

    Yah demikian adanya kali yah, suatu proses demokrasi, apalgi kali selisihnya itu tipis pasti akan dipertanyakan.
    ada baiknya kali yah awal penjurian itu ditetapkan aturan mainnya, jadi kita akan berpatokan sama hal tersebut 🙂 utk foto blogging kemaren sudah jelas, tinggal yg award itu yg kayaknya tidak ada aturan awalnya yakz.. 🙂
    yah dah moga ini menjadi evaluasi dan pelajaran ke depan mas…
    kalo misalnya sampean jadi chairman tahun depan, harapan saya diperhatikan beberapa usul blogger daerah juga mas 🙂
    ok mas mantap dah….
    terima kasih sudah berkomentar juga di blog saya hihihihi..

  • enda
    November 26, 2008 at 9:40 pm

    Dewi lestarinya itu yg ga kuat heheh

  • Yoga
    November 26, 2008 at 10:02 pm

    Kalimat Mas Iman sama mantapnya dengan Ndoro Kakung di PB08 ketika mengucap, Malaikat juga tahu…

  • nicowijaya
    November 26, 2008 at 10:40 pm

    mau ada award apa ngga, ngeblog jalan terus.
    mau hadiahnya 1 milyar pun, aksi sosial tetap aksi sosial, tanpa pamrih.
    mau hancurnya seperti apapun suatu penyelenggaraan, selayaknya kita hargai kerja kerasnya.

  • Totok Sugianto
    November 26, 2008 at 10:56 pm

    memuaskan semua orang itu tidak gampang… seringnya malah berantem, sing sabar wae sam 😀

  • Toni Wahid
    November 26, 2008 at 11:11 pm

    Siapapun juaranya, foto2nya memang apik2 Mas.
    Terima kasih buat kerja keras Panitia.

  • arya
    November 26, 2008 at 11:53 pm

    wah jadi cuma segini ya rame2nya? wah mas iman ini…
    *ndelik dari kejaran mas iman*

  • ira
    November 27, 2008 at 12:54 am

    Blogging for eat?
    Malaikat juga tau siapa yang bla bla bla

  • Epat
    November 27, 2008 at 2:49 am

    protes, kritik itu biasa untuk menjadikan lebih baik… asal jangan sampai menjadi waksangka berlebihan, sampai-sampai pertikaian.
    tak ada yang sempurna di dunia ini, jika kita berekspetasi kesempurnaan itu ada pada acara pesta blogger ya suruh aja Tuhan ama malaikat-malaikatnya jadi panitia toh? *emang mereka ngeblog?:P

    vote sam Iman for PB2009!

  • mantan kyai
    November 27, 2008 at 3:24 am

    kalo tentang menang dan kalah harusnya bukan di pesta blogger ya begawan. harusnya ada kompetisis blog. kenapa tidak diakomodir saja. yuk bikin kompetisi blog tingkat nasional!!! daripada award2an gak karu2an geto …. 😀

  • dilla
    November 27, 2008 at 10:50 am

    Pokonya mah saya seneng bgt ikutan PB08 ini…
    PB09 mesti lebih seru lagi ya mas! 😀

  • evi
    November 27, 2008 at 11:26 am

    masih soal foto.
    Benar kata Mas Iman, foto yg di mata orang awam macam saya ini tidak masuk akal menjadi juara, justru menurut juri malah menarik dan akhirnya jadi pemenang.

    mata juri foto lain dgn mata orang awam, dan harus di ingat juga siapa yg jadi jurinya.
    karena masing2 juri punya ciri khas tersendiri dlm menilai sebuah foto.

    benar begitu Mas…? 🙂

    *ini kata bos-ku yg kebetulan pehobi foto, saya sering bertanya sedikit2*

  • Iman
    November 27, 2008 at 12:38 pm

    evi,
    bener sekaleeeeeeeeeee

  • Juminten
    November 27, 2008 at 4:35 pm

    menurutku wajar2 aja sih ada yg kritik di sana-sini.
    ga perlu terlalu digembar-gemborkan. ambil pelajarannya aja.
    kalo memang ada yg kurang, tinggal dibenahi.
    kalo memang ada yg memuji, anggap aja “upah” dr hasil kerja keras. 😉

    ga semua orang orang itu wise dlm melihat sesuatu.
    kalau ada yg mengkritik, ga perlu jg sampai dicibir ramai2.
    jadikan sbg sesuatu agar kedepannya menjadi lebih baik aja. 🙂

    soal kompetisi, saya setuju kalau menyerahkan wewenang sepenuhnya kpd juri.
    kalau ada yg protes, ya gak apa2. ini kan masalah penilaian.
    ga semua orang memiliki penilaian yg sama, kan?
    tp semestinya buat yg menang jg harus mampu menunjukkan bahwa mereka memang layak. 😉
    buat yg kalah, jdkan motivasi agar ke depannya lebih bagus lg.

    mudah2an PB2009 bisa lebih baik ya, mas. 😀

    *doh… berasa jd guru PPKn di kelas* 😛

  • serdadu95
    November 27, 2008 at 4:51 pm

    “….sambung-menyambung menjadi satu, itulah Indonesia”.
    * Sori Kang, saya ndak isahh datang kemaren. Lagee sibuk nge-band 😉 *

1 2

Leave a Reply

*