Parlemen ‘ Koeli ‘

“ dan sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan benua Australia, antara lautan Teduh dan lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula mula mencoba untuk hidup kembali sebagai bangsa. Akhirnya kembali menjadi satu kuli diantara bangsa bangsa – kembali menjadi een natie van koelies, en een kolie onder de naties. “
( Soekarno – Tahun Vivere Pericoloso – 1964 )

Apa yang kita lihat baru baru ini, drama panggung wakil rakyat di DPR menunjukan memang benar sebagai bangsa kuli. Seperti di pasar, para kuli kuli panggul saling berebutan. Juga di parlemen. Saling ejek, dorong dorongan, mencaci, berteriak. Semua tanpa martabat.
Kalau sudah begini apa yang diharapkan dari mereka sebagai representasi rakyatnya.

Ditengah persidangan ada mencoba membacakan puisi segala. Oh My God, apakah orang itu mencoba seperti Nyoto yang ditengah perdebatannya dengan Natsir – dalam sidang konstituante tahun 50 an – sempat menyelipkan puisi. Namun masih indah dan kontekstual. Karena Nyoto seorang penyair. Hiruk pikuk sidang masa itu tetap elegan dan bermartabat.
Hari ini saya makan siang dengan aktor Alex Komang, dan kami berbicara tentang betapa memalukan seniman atau artis yang duduk di dewan. Mereka berceloteh sama dengan politikus lainnya. Tidak bermutu. Sambil setengah mengejek Alex mengatakan, tentu lain kalau yang duduk seniman kaliber Rendra yang kita tahu integritasnya dan bahkan bisa menyelipkan puisinya dalam persidangan secara elok.

Pun. Kita tidak bisa protes tentang kualitas anggota dewan, karena kita yang memilihnya. Para golongan putih yang angkanya hampir mencapai 40 % dari calon pemilih juga hanya bisa menggerutu. Memilih salah tidak memilih juga salah, karena akhirnya – hanya kiasan – hanya koeli yang memilih koeli.
Tanpa merendahkan mereka yang sudah ikut memilih wakilnya, kenyataannya para wakil rakyat ini memang benar benar memalukan.

Ini adalah konsekuensi dalam sistem politik demokratis, dimana kekuatan partai didasarkan pada kepopuleran partai dimata orang banyak, khususnya pemimpin partai itu. Lihat saja, struktur masyarakat Indonesia yang sebagian besar tingkat pendidikannya rendah dan berbasis agraris, masih melihat kepada karisma pemimpin partai. Bukan kepada program kerja. Selain itu vote getter partai seperti artis atau orang orang popular bisa membuat bias pada akhirnya. Mereka tidak bodoh, tetapi cukup pintar untuk bisa memahami dinamika rakyat.

Ada beberapa kenalan artis yang saya sering bekerja sama, sehingga saya hanya terkekeh kekeh dalam hati ketika melihat mereka duduk di dewan. Lha selama proses syuting saja mentalnya minta dilayani di nomor satukan, bagaimana bisa kini harus merubah mental menjadi pelayan rakyat.
Sekali lagi Alex tidak salah, ketika mencibirnya.

Setelah sekian lama anggota legislatif menjadi bayang bayang eksekutif selama masa orde baru, kini mereka sadar telah menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Bisa seenaknya memanggil menteri, menjadi raja ketika berkunjung ke daerah. Juga berpikir bisa menentukan hitam putihnya negeri ini.
Baru baru ini saya bertemu seorang teman yang menjadi anggota fraksi di sebuah hotel. Teman waktu jaman jahiliyah dan masa kelam. Pendidikannya hanya SMA, dan membeli ijasah sarjana dari perguruan tinggi tidak jelas. Dia bisa masuk partai, setelah mengkoordinir cap jempol darah wilayah Jakarta untuk seorang pemimpin partai.
Kini dengan gayanya yang parlente, memakai jas dan pin emas didadanya. Ia tampak sedang berbicang bincang dengan koleganya. Agak canggung dia, mungkin dia ingat masih punya hutang kepada saya sejumlah uang yang tidak pernah dibayarnya. Padahal saya sendiri sudah melupakannya.
“ biasalah kami lagi rapat untuk memikirkan negeri ini “. Ia menyapa sambil buru buru pergi.

Manusia memang berubah, juga ketika mereka menjadi anggota dewan. Tak heran Sok Hok Gie pernah mengirimkan bedak kepada teman temannya yang duduk di parlemen agar mereka tetap cantik di muka penguasa.
Secara menyedihkan, ia mengatakan pada akhirnya orang yang tadi idealis akan tergilas dan masuk ke dalam sistem itu.
Ini bukan hanya dia, masih banyak anggota yang entah dari mana sim salabim tiba tiba duduk dengan jas parlentenya. Seolah menjadi pembawa suara rakyat.

Tiba tiba mata saya terasa berkunang kunang membayangkan masih lama 4 tahun lagi kita melihat wakil wakil kita seperti Burisrawa tertawa tawa di panggung ketoprak. Tak perduli apakah penonton suka atau tidak. Walau kita berteriak ‘ huuuuuuuuuuu ‘ mereka tetap pura pura tidak mendengar. Tidak ada sistem yang memungkinkan partai partai merombak total komposisi anggotanya di dewan. Jadi kita sebagai rakyat dipersilahkan menelan saja apa yang dihidangkan.
Kualitas negeri ini ditentukan dengan kualitas wakil rakyatnya. Saya kok pesimis reformasi yang telah digulirkan sejak 1998 akan berjalan sia sia. Bagaimana tidak, jika kita hanya memiliki kualitas koeli di gedung parlemen.

foto : detik.com

You Might Also Like

36 Comments

  • Firad
    March 4, 2010 at 12:19 am

    memang mental kuli di parlemen, capeee

  • candra
    March 4, 2010 at 12:38 am

    sungguh memalukan.

  • nicowijaya
    March 4, 2010 at 2:13 am

    kata Lenka, “Just enjoy the show…”

  • edratna
    March 4, 2010 at 6:26 am

    Sedih:((
    Dan akhirnya saya tak pernah lagi menonton drama itu…..pilih melihat film atau baca

    Perlukan budaya malu ditumbuhkan kembali?

  • DV
    March 4, 2010 at 6:30 am

    Mas, memprihatinkan memang…
    Saya mengikuti dari timeline teman-teman di Twitter, berita online dan youtube, tak terbayangkan mereka bisa serendah itu 🙂

  • David
    March 4, 2010 at 10:50 am

    muwakkk memangg.., dan ternyata peradaban bangsa ini masih rendah…..

  • wong lemu
    March 4, 2010 at 2:22 pm

    Oaaaaasuuuuu tenan kuwi pancen….. Marai kemampleng kuabeh!!
    Dukung Mas Iman Jadi Presiden wae lah!!

  • ivan
    March 4, 2010 at 3:06 pm

    bener Gus Dur….

  • Ahmad
    March 4, 2010 at 3:09 pm

    di tengah rasa kesal itu, ada sepercik asa, bahwa tak semua anggota DPR itu bertingkah norak. Penonton bisa melihatnya dengan jelas.

  • encups
    March 4, 2010 at 4:13 pm

    medingan ga usah mikirin itu semua lah, enakan nonton film yang punya akhir cerita yang jelas, dari pada DPR…. gazebo……………………………..

  • zam
    March 4, 2010 at 5:13 pm

    apakah karena banyak artis masuk dewan, jadinya dewan menjadi semacam tontonan hiburan (yg sama sekali tidak lucu apalagi menghibur)?

  • Yoyo
    March 4, 2010 at 9:08 pm

    parlemen ra mutu……

  • antyo rentjoko
    March 5, 2010 at 1:14 am

    Bung, kita sebal. Tapi ada bahayanya juga, ketika sipil terbukti cuma bisa bertengkar secara membingungkan, maka serdadu punya alasan untuk kembali atas nama “kita butuh kejelasan dan ketegasan”. Selain serdadu? Ya siapa pun yang percaya bahwa demokrasi hanya jalan, sehingga boleh saja ditunggangi lantas pada gilirannya demokrasi dibunuh atas nama kehendak baik yang didukung oleh surga. Mumet tenan wis!

  • Bang Iwan
    March 5, 2010 at 11:53 am

    mampir pertama, salam kenal.

  • Bang Iwan
    March 5, 2010 at 11:54 am

    Perhatian ratusan juta rakyat Indonesia, dua hari terakhir, tercurah ke gedung parlemen di Senayan, Jakarta. Di tempat itu, legislator yang terhrmat mengikuti sidang paripurna membahas tentang kesimpulan akhir Panitia Khusus (Pansus) Angket Bank Century.

    Sidang paripurna yang pada hari pertama tidak berjalan sempurna, dan berakhir tanpa makna,

  • Surin Welangon
    March 5, 2010 at 9:10 pm

    rakyat tidak menunggu celoteh2 mereka, 4 bulan rakyat tak menunggu hasil daripadanya. karena rakyat sudah tak perlu lagi diwakili apapun alasan mereka , nyatanya tak se-Nyoto yg diharap

  • Jansen Justin
    March 6, 2010 at 7:35 am

    Miris, geram, sedih, kesal.. ga tahu lagi mas mo bilang apa!!!!

  • elmoudy
    March 7, 2010 at 10:31 pm

    parlemen koeli…
    kalao mereka itu adalah wakil rakyat..
    benarkah itu adalah perwakilan dari wajah sesungguhnya dari rakyat Indonesia

    benarkah mereka itu… adalah kita

  • Ismawan
    March 7, 2010 at 11:04 pm

    saya berharap bahwa sidang kemarin adalah benar-benar sidang mereka yg terakhir & mereka tidak akan pernah bersidang lagi…

  • wahyu
    March 8, 2010 at 9:48 am

    seballl melihat orang beball !!!

  • soulharmony
    March 8, 2010 at 11:47 am

    Dewan Koeli, Senat Koeli….

  • adul
    March 8, 2010 at 4:09 pm

    kita gak perlu serius melihat anggota DPR, santai saja anggap mereka sedang maen sinetron ..gitu aj kok repot….

  • adi
    March 9, 2010 at 2:48 pm

    wakakakakak, ada yg coba deklamasi segala. knp gak sekalian maen ludruk aja? 😀

  • Abihaha
    March 11, 2010 at 9:46 am

    Quote Soekarno yang luar biasa!! Saya baru tau. Terima kasih dan terima kasih.

  • april
    April 23, 2010 at 9:52 pm

    Krn sering diiput media TV, sy jadi tau kerjanya para anggota DPR. Kok kayak gitu ya? Heran saya…pantaskah mrk digaji besar? padahal mrk cuma pamer galak-galakkan aja … kayaknya bangga banget kalo bisa terlihat galak di TV.

  • aimuz
    April 30, 2010 at 10:21 am

    saya dulu sempat kuliah di fakultas sospol
    saya suka ilmu politik
    tapi sama seperti gie, saya juga gak tertarik terjun di dunia politik

  • orbaSHIT
    May 6, 2010 at 9:20 am

    indonesia is almost becoming a “FAILED STATE” and already being a “SLAVE” nation.. we indonesian have to face this bitter fact..

  • desfian w
    May 26, 2010 at 8:15 am

    “Politik Tai Kucing” itu kata GIE
    dan ternyata sekarang benar terjadi

  • Robert
    April 1, 2011 at 11:28 am

    Tidak juga. Jika parlimen hanya akan bekerja sama, kita boleh membuat Indonesia yang lebih baik.

    Lihatlah negara-negara lain. kerajaan mereka jauh lebih buruk daripada kita.

  • Anthony James
    April 22, 2011 at 11:19 am

    Don’t give up on raising hope people of Indonesia. All of such problems shall soon pass.

  • Zara L.
    September 15, 2011 at 11:31 am

    Keep your faith Indonesians. Every problem has its solution.

  • Dreck Z.
    December 16, 2011 at 11:02 am

    Like other nations that are keeping up with the economic meltdown today, never back than people of Indonesia. Stay still everyone of you.

  • Ted Vindvo
    December 23, 2011 at 1:04 pm

    There are just times that certain inevitable crises will just take place but it does not mean for humanity to lose hope. Almighty God still got your back, Indonesia.

  • Kingitused
    January 4, 2012 at 11:57 pm

    Be strong in the Lord Indonesians. Bad things will pass.

  • Espresso
    November 26, 2012 at 2:14 pm

    I appreciate this post! Really nice tips delivered to be in the top in the Search Engine Rankings!

  • Seminariruumid
    November 28, 2012 at 1:45 pm

    i conceive you have observed some very interesting points , appreciate it for the post.

Leave a Reply

*