Dahulu saya mempunyai paman pelaut, dan kamarnya sering kosong berminggu minggu. Suatu hari karena sering menyembunyikan diri di kamar itu, saya menemukan majalah bergambar wanita telanjang. Seingat saya, waktu itu saya masih kecil untuk bisa memahami mengapa seorang wanita mau telanjang di sebuah taman terbuka. Kelak saya mengetahui wanita telanjang itu bernama Sylvia Kristel , salah sorang pemeran dalam film semi erotis “ Emmanuelle “ yang menjadi hits pada jaman itu.
Dosakah melihat gambar itu ? pertanyaan berkecamuk sampai akhirnya ayah saya menjewer saya habis habisan karena lancang memasuki kamar orang dan melihat gambar gambar orang dewasa.
Sejak itu ada pemahaman yang sedikit aneh dengan melihat lawan jenis kita, wanita. Waktu itu masih kelas 3atau 4 SD, saya sudah mendengar bisik bisik dari teman teman yang lebih dewasa, kalau bayi dihasilkan dari hubungan seks antara pria dan wanita. Dan yang lebih parah kami sepakat bahwa perbuatan berhubungan seks itu dosa dan aib.
Pengetahuan saya tentang seks terus bertambah, terutama ketika duduk dibangku SMP. Selalu ada saja cara tak terduga dan mengejutkan melihat buku buku stensilan ‘ Valentino ‘ atau gambar porno yang diedarkan oleh teman seusai pulang sekolah.
Informasi tentang seks dan rangsangan rangsangan dapat datang dari mana saja. Bisa dari senda gurau dan bisik bisik teman. Gambar, video kaset dan cerita cerita cabul. Menohok yang seketika membuat kita kehabisan akal bagaimana mencegah rangsangan yang timbul. Namun bayangan seks yang menjijikan berubah menjadi sesuatu yang lain. Ketika sewaktu SMA, saya membaca novel sastranya Linus Suryadi “ Pengakuan Pariyem “ yang membawa kita bagaimana seorang pembantu wanita asal Wonasari yang menyerahkan segala galanya untuk putera majikannya, den bagus Ario Atmojo.
Ternyata penggambaran lewat tulisan bisa lebih dasyat, dan saya waktu yakin tulisan sastra itu bukan untuk merusak akhlak, dan membuat kita menjadi cabul. Bagaimana budaya jawa, ronggeng misalnya atau tayuban di rumah mantri hutan yang digambarkan Ahmad Tohari dalam trilogy ‘ Ronggeng Dukuh Paruk ‘ . Juga cerita wayang Betara Guru yang birahinya memuncak sewaktu berdekatan dengan Dewi Uma.
Seks bukan lagi dipandang sebagai sesuatu yang menjijikan dan membawa sial. Bahkan Pangeran Diponegoro pernah mengakui dalam otobiografinya yang dia tulis di pengasingan. Kelak tulisan itu disebut Serat Babad Diponegoro. Ada sebuah kisah ketika Pangeran Diponegoro bersama pasukannya dipukul di desa Growok dekat Surakarta. Sang pangeran mengakui – dalam tembang sinom – sebabnya ia dikalahkan, kerena malam sebelum pertempuran, ia telah jatuh hati dengan seorang wanita cina yang dipekerjakan sebagai pemijat dan pelipur hati sang pangeran. Dengan kata lain, Pangeran yang gagah perkasa itu telah berhubungan seks pada malam sebelum pertempuran.
Tentu saya sudah lupa, mungkin juga anda, berapa film porno yang sudah ditonton. Dan walau itu dosa, tapi tidak membuat saya menjadi bejat. Banyak orang orang yang tumbuh dan melihat dalam budaya seks bebas – seperti di barat – atau teman teman kita, saudara kita hidup menjadi orang normal walau kadang di hard disk komputernya ada film film Japan Adult Video.
Walau banyak berita berita pemerkosaan karena si pelaku sering kedapatan menonton film film porno, tapi saya sendiri tak merasa menjadi cabul atau ngeres. Tetap saja saya membutuhkan waktu berjam jam duduk gelisah di teras rumah pacar . Hanya untuk berpikir, bagaimana merangkai kata kata yang tepat untuk mengucapkan kata I Love You. Satu satunya kemajuan saat itu adalah, kelak dengan pacar yang lain, saya lebih berani menciumnya lebih dulu, baru mengucapkan kata I Love You. Itu saja.
Seberapa jauh kita memandang seks, tidak penting karena itu menjadi bagian rahasia yang paling dalam dari manusia. Pendidikan seks yang benar memang perlu untuk anak anak kita, sehingga tidak melulu berguru pada pemahaman seks ala Miyabi dan Russian erotic.
Itulah yang selalu kita pikirkan, bahwa rusaknya hubungan, dan komitmen kita pada Tuhan tidak bisa diterjemahkan dengan manusia otomatis menjadi bejat. Bahwa hubungan manusia juga terganggu. Ini memang menggelisahkan dan berpretensi membuat frustasi. Masalah janji kepada Tuhan bisa diperbaharui dengan semangat pertobatan. Tapi bagaimana menolong peradaban merupakan pertanyaan lain. Tapi apakah mungkin dalam dunia yang hedonis dan norma yang semakin bergeser.
Dulu orang memakai bikini bisa dianggap cabul, namun sekarang, sebagian orang mengganggap sebagai mode, dan bagian dari aktivitas di pantai dan kolam renang terbuka. Jadi waktu kemarin di pantai kuta, rombongan turis turis Arab – berharap – tidak bisa dikatakan berdosa karena para suaminya melototi habis habisan wanita wanita yang berbikini, sambil menggandeng isteri isterinya yang tertutup cadar dan hanya menyisakan matanya saja.
Tapi saya tidak kuatir bahwa moral dunia akan rusak gara gara urusan ngeres ngeseks, dan sejumlah cerita porno, lalu serta merta merubah generasi ini. Anak anak kita , anak anak teman kita akan menjadi orang yang baik baik. Bahkan pemimpin yang bijak siapa tahu.
Terlalu optimiskah cerita saya ? Tentu saja. Who knows ….
58 Comments
ma2nn-smile
December 14, 2008 at 5:33 pmwah jaman udah berubah baget ya mas…….
Catra
December 14, 2008 at 5:47 pmwah ternyata masa remaja mas iman tak berbeda juga dengan kebanyakan remaja lain. Tetap ada bumbu-bumbu nakalnya. walau akhirnya tak menjadi seorang yang bejat nantinya.
yah, intinya pornografi tidak membuat seseorang menjadi sang pemerkosa sejati. Betul?
leksa
December 14, 2008 at 6:11 pmBejat dan “Berpikir Mesum” pun masih harus dibedakan, ga ada korelasinya itu menurut saya.
Ohya satu lagi, Mas.. Kalau menurut saya sah sah saja.. “Memiliki Fantasi Liar” .. toh itu modal dirumah tangga kan :p
Anang
December 14, 2008 at 6:21 pmsing penting eling lan waspodo… kekekeke
Goen
December 14, 2008 at 7:14 pmLeksa ki… mentang2 dah mau nikah…
*nyungsep*
Mas, monggo share koleksi Rusia-nya…
ndebakulsempak
December 14, 2008 at 7:18 pmmenjadi bejat atau tidak karena hal2 porno, tergantung bagaimana kita menyalurkannya 🙂
hedi
December 14, 2008 at 7:36 pmjadi, ngapain negara sibuk bikin UU anti pornografi ya? wong di ajaran agama manapun udah diatur kok 🙂
didut
December 14, 2008 at 8:12 pmjadi kl yang sekarang cium dulu apa bilang I love you dulu mas? *gali tanah sekalian nyungsep*
andrias ekoyuono
December 14, 2008 at 8:43 pmRusia atau Uzbekistan ? :-p
Abihaha
December 14, 2008 at 10:33 pmPornografi kan sekedar hiburan visual tanpa perlu berpikir, nikmati saja. Yang kemudian membawanya dipikir-pikir itu yang jadi cikal ngeres lalu bejat. Lha kalo tiap memirsa lalu terus berpikir ngeres? ya basicnya aja ngeres.
Masalah moral dan nilai juga bergeser terus, mulai dari dilarang berduaan, bergeser jadi boleh berduaan asal pasfoto lalu sekwilda, lalu boleh berduaan asal tidak hamil di luar nikah, lalu kini jadi boleh berduaan asal tidak menularkan HIV.
Epat
December 14, 2008 at 11:24 pmmasak dosa sieh menikmati keindahan ciptaan Tuhan? apa bedanya dengan menikmati indahnya sunset, sunrise….
sandalian
December 14, 2008 at 11:28 pmI love this part, Mas 😀
Kyai slamet
December 15, 2008 at 12:56 amMas, kenapa ya JAV selalu berisik?
varda
December 15, 2008 at 1:17 amhmmmm…. saya suka malu sendiri kalau filmnya mendekati adegan2 itu; suka loncat halaman kalau baca buku2 itu.
wah… saya ketinggalan jaman banget ya?
Dody KL
December 15, 2008 at 3:07 amSaya mendapat warning letter ketika ada teman yang menuduh dan melaporkan saya ke atasan karena memasukan film porno ke komputer di kantor. Waktu itu saya masih bekerja di salah satu INGO, pada akhirnya kontrak saya tidak dilanjutkan gara-gara masalah tadi. Kejadiannya pun masih beberapa bulan yang lalu.
Indonesia… indonesia… jadi ingat miyabi lagi…
mantan kyai
December 15, 2008 at 5:21 amjadi pesan moralnya apa mas iman? ngesex itu baik? 😀
Silly
December 15, 2008 at 5:46 amiya, menurut saya moral anak kita mostly bergantung pada pendidikan agama dan nilai2 yang diterimanya dari keluarga. Lingkungan akan mempengaruhi kebribadian si anak jika pendidikan dari keluarga kurang mendalam/kurang kuat dalam diri si anak. Jadi ketika sang anak terlibat narkoba atau pergaulan sex bebas, menurut saya yang pertama kali disalahkan adalah pola asuh dalam keluarganya, baru kemudian lingkungannya, karena biar bagaimanapun lingkungan tetap punya peran dalam pembentukan kepribadian seseorang.
@didut:
Jaman sekarang, kalo gue liat malah, “bobo2-an” dulu, baru bilang, “Good morning, I think I love you”… ahakhakhakahakhakahkahakhakak… (mungkin anak jaman sekarang pola asuhnya coba dulu baru beli, gitu kali)
*kabur sebelum dikubur juga kek didut*
edratna
December 15, 2008 at 6:17 amSaya juga percaya, anak-anak kita tetap baik-baik aja…asalkan orangtua selalu membuka diri kapanpun anak berbuat salah. Kadang mengejutkan juga mendengarkan cerita anak, tetapi bukankah dia lebih baik cerita pada kita? Sehingga kita tahu udah sampai dimana pemahamannya?
Saya juga ingat, suka mengendap-endap jika ayah tak ada, hanya untuk membaca buku ayah…saat itu ga ngerti juga kenapa mesti wanita diculik dsb nya.
Asyik juga membayangkan mas Iman deg2an di teras rumah pacar…tapi kan udah berani datang ke terasnya…lha saya dulu, lihat gentengnya dari jauh aja deg2an…huahuahua…masa remaja yang manis.
iman
December 15, 2008 at 8:40 ammantan kyiai,
baik asal halal he he..
boyin
December 15, 2008 at 8:43 amsaya ikut kubu optimisnya mas..soalnya saya juga punya anak yang saya gak bisa bayangin 15 tahun kedepan kehidupan bebas seperti apa yang akan tercipta dari pengaruh lingkungan yang dasyat ini.
Catshade
December 15, 2008 at 9:45 amKetakutan kalau pornografi itu menciptakan pencabul wanita menurut saya berlebihan, kebanyakan termakan ekspos media. Padahal meskipun setiap hari (misalnya) ada satu berita mengenai pemerkosa yang ‘terinspirasi’ pornografi, saya kira itu jumlahnya tidak signifikan dibanding dengan mereka-mereka yang menonton/membaca materi serupa dan tidak jadi pemerkosa.
Setiaji
December 15, 2008 at 12:10 pmDulu jaman masih sekolah/kuliah sih yang namanya “stensilan” dan “bokep” itu barang yg paling dicari 😀
Ketakutan akan pornografi tergantung siapa yg melihat. Dulu … saya gak begitu khawatir.
Tapi sekarang saat sudah punya anak, saya LUAR BIASA KHAWATIR !
zam
December 15, 2008 at 12:58 pmmas, ada film “unyil”?
*malu-malu di depan rental VCD*
Abihaha
December 15, 2008 at 12:59 pmSatu lagi fenomena menarik hari ini akibat pergeseran nilai tadi; Temen saya yang punya anak laki masih SMP malah bersyukur ketika menemukan dvd porno di antara tumpukan cakram game. Ia bercerita dengan gembira, “aman… anak gua normal, gak homo! Tontonannya dvd porno straight”.
Dony Alfan
December 15, 2008 at 1:30 pmMungkin kita harus berterima kasih kepada bintang2 film bokep karena sudah memberikan ‘pendidikan seks’ dan mengenalkan organ2 seks 😀
Btw mas, mbok saya minta ‘koleksi’ di hardis sampeyan, nanti kita barter, haha
gdesebayu
December 15, 2008 at 3:29 pmmas iman, boleh share dong koleksi miyabi terbarunya..hehehe.
dondanang
December 15, 2008 at 10:09 pmSaya juga bejad waktu SD udah liat pelem gituan. hehe
Mas iman bagi koleksinya boleh? 😛
meong
December 16, 2008 at 12:34 amtapi bahkan di negara semaju amrik, mrk juga punya UU Pornografi to ?
porno sama seks mustinya dibedakan, sangat dibedakan.
krn saya menyukai seks. seks itu menarik, unik, dan menyenangkan, menurut saya.
sbg psikoclok, cuma bisa bersabda, ajarkan seks scr proporsional kpd anak2 anda. anda juga mustinya bisa melihat seks scr proporsional juga
Ian
December 16, 2008 at 6:28 amMas, kalo untuk dewasa OK lah seks dan sebangsanya. Mereka sudah bisa berpikir ttg reaksi mereka dan konsekuensinya setelah nonton film begituan…
Tapi kalau untuk anak-anak, sebaiknya jangan sampai mereka terekspos dulu. Berikan pondasi yang kuat, baru biarkan mereka berpikir dan bertindak. Amerika saja memiliki Undang-Undang perlindungan anak thd pornografi, masa’ kita mau bilang Undang-Undang yang mengatur pornografi itu kampungan?
Nyante Aza Lae
December 16, 2008 at 7:56 amsecara jujur hal itu merupakan dosa…
tp bagaimanakah sang perokok berat berusaha untuk berhenti merokok? Bahkan mas Iwan Fals dalam salah satu karyanya mengatakan : betapa sulitnya tuk menghentikan (maaf) ona**!
Smua kembali kepada kita bagaimana memaknai sebuah “tayangan”! Klo tuk mreka2 yg sdh berkluarga, mgkn hal itu bs dijadikan sebagai “resep” tuk melakukan “inovasi” dsb..
hanny
December 16, 2008 at 9:21 amkatanya nafsu seksual itu sudah ada bahkan sejak kita masih berbentuk janin. dalam buku Identity alias L’Identite-nya Milan Kundera (yang jadi New York Times notable book), pada sebuah percakapan antar kedua tokoh utamanya, Jean-Marc dan Chantal, dikatakan bahwa di dalam perut ibu, janin mengulum alat kelaminnya. ya, bahkan janin pun sudah ‘bermasturbasi’.
Indah Sitepu
December 16, 2008 at 10:43 amsaya anak nakal terjebak dalam lingkungan yang baik..
jadi kurang gaul soal “ituh2.. (bokep dan teman2nya:P)*
bahtiar
December 16, 2008 at 2:54 pmendiks, pitik, lan gembul kok ra komen yooo ….
?
Maghleb
December 16, 2008 at 5:25 pmiya mas,,saya jg mempertanyakan tujuan tulisan ini..sepertinya terlalu mengambang..
pornografi dan seks jelas berbeda..
seks yg halal itu ibadah bahkan,,berpahala..
tp pornografi dkt dgn orientasi bisnis dan kapitalisme..
mgkn tidak masalah bg sebagian org sbgai konsumen yg masi baik2 saja,,tp utk yg bermasalah? saya pikir, membenci seks adalah bntuk kemunafikan,,tp melegalkan pornografi ttp saja kesalahan..
*kita masi butuh hal2 normatif bukan?at least utk anak2 kita besok…
nirwan
December 16, 2008 at 6:32 pmMas iman yang baik.
Saya belum baca soal serat babad diponegoro itu. Kalau saya tak salah tangkap dari tulisan mas ini, bukannya sang pangeran justru kalah? Soalnya di bagian itu kayaknya Mas Iman menekankan soal seks itu tidak “… dan membawa sial” … Terus, dengan siapa dia berhubungan seks?
Penasaran saya, bagaimana aktivitas seks kita seandainya kita tidak pernah membaca dan menonton bokep? 😛 Pengembaraan seks adalah hal luar biasa tapi tentu ada ruang-ruang publik di mana beragam orang ada di sana yang juga harus diperhitungkan.
Moral dunia memang sudah hancur jadi tak usahlah dikhawatirkan lagi. Saya kira, seks bertali-temali dengan kerusakan moral itu walau peradaban masih bisa dibentuk. Tapi tentu bukan peradaban yang kita harapkan. Dan versi peradaban yang mana yg tercipta tentu saja tergantung dari ideologi si masing-masing orang.
Moh Arif Widarto
December 16, 2008 at 10:13 pmZaman saya kelas tiga SMP teman-teman sudah pada giliran baca stensilan Anny Arrow. Saya heran kenapa waktu itu nggak pernah pinjam.
Buat Mas Iman mungkin saja nonton sejuta film porno tidak membuat Mas Iman jadi bejad. Tapi buat orang lain, bisa beda efeknya. Manusia kan lain-lain, Mas, termasuk kadar imannya. Lah, kalai Sampeyan kan sudah Iman sejak diberi nama, Mas… Ya Imannya nggak bakal berubah.
ikapratiwi
December 16, 2008 at 10:20 pmIh, jadi malu bacanya
Masih takut lihat yang begituan 🙂
antown
December 16, 2008 at 10:25 pmmas iman, linknya Sylvia Kristel gak bisa dibuka hahaha…
masih ada gak gambarnya? wakakaka…
*dasar cah enom
Kyai slamet
December 16, 2008 at 10:49 pmSaya menyerukan kepada jamaah blogger jawi wetan agar membawa hard disk eksternal berukuran TB apabila hendak melakukan perjalanan suci ke barat.
suryaden
December 16, 2008 at 11:25 pmapapun situasinya, apapun cuacanya, apapun keadaanya, apapun ….
seks tetap menjadi penghubung diantaranya, karena kalo tidak terhubung,
itu bukan seks, dan cuma rasanya separo…
modaro…
afwan auliyar
December 17, 2008 at 8:53 ambeda orang beda persepsi mas…
semakin bnyak pengalaman, maka seks usdh bukan sesuatu yang harus di sembunyikan…
toh akhirnya, seseorang memiliki naluri untuk mencarinya
gum
December 17, 2008 at 8:55 amapakah saya khawatir mengenai bagaimana anak2 saya nanti memahami sex? tentu saja.
saya nggak dapat pendidikan seks yang proper, baik di sekolah, keluarga, atau lingkungan pergaulan. tentu saya nggak mau mereka nanti senasib dengan saya.
tapi di sisi lain, masih belum terpikir cara tepat memberi informasi memadai tentang itu ke mereka nantinya.
paman tyo pernah menulis pengalaman pribadinya memberikan informasi ini ke anak2nya. tapi saya cari2 linknya nggak nemu.
btw, mas. emmanuelle itu film pertama yang saya tonton rame2 bareng temen2 kampus dulu. entah emmanuelle yang itu atau bukan :p
mitra w
December 17, 2008 at 10:04 amyaa… gpp lah tau banyak ttg seks. Ga masalah, yang penting orientasinya ga menyimpang.
rizka
December 17, 2008 at 10:39 amcari film emmanuelle masih ada gak ya?
yudhiapr
December 17, 2008 at 11:18 amsemua itu kembali pada dua hal, yaitu :
1. niat
2. kesempatan
semua hal baru bisa jalan apabila kedua hal diatas ada. termasuk juga urusan seks ataupun pemerkosaan dan pencabulan.
Donny Verdian
December 18, 2008 at 7:32 amBisa-bisa malah generasi penerus kita lebih bejat karena yang bejat-bejat itu dilarang saat ini ya… Ah mbuh lah .. 🙂
viano
December 18, 2008 at 10:12 amsaya gak tau persis isi UU Pronografi, yng jelas menurut saya UU dibuat untuk mengatur setiap warga negera dan bertujuan baik, terlepas dari segala kontroversi dari semua pihak marilah kita secara bijak mencermati setiap butir yang ada dalam UU tersebut. http://bondandsuwarno.net
ZAKAR MU KAZAR
December 18, 2008 at 11:21 amNgesek itu gak enak mas, tapi
Uuuuueeeeennnnnaaaaakkkkk………… puollllllll………..
Rasanya bisa uuggghhhh…… uuuggggghhhhhhRRRRRRR……..
ikhsan
December 18, 2008 at 4:16 pmngesek dan ngeres
tak terpisahkan
indra
December 19, 2008 at 7:01 pmberuntung banget ya kalau mas iman gak ngeres abis baca yg ngeseks.
tp ternyata tidak dengan anak2 kita yang langsung ngeres abis baca gituan. faktanya udah banyak kok…