Momen yang hilang

Hari minggu ini, Abel – anak lanangku – menunjukan tulisan untuk tugas sekolahnya. Sebuah karya tulis mengenai RA Kartini yang ditulis dalam bahasa Inggris. Tentu saja grammaticalnya masih berantakan disana sini. Ndak masalah. Ada yang jauh lebih menarik, bahwa ia bisa menuangkan sebuah ide tulisan dari berbagai sumber tulisan yang dibacanya. Lihat saja, saya bisa merasakan kepedihan seorang Kartini karena tidak bisa melanjutkan sekolah. Apatisnya menghadapi hidup, bahkan ceritanya bisa menyambar ke sosok Agus Salim.
Untuk kesekian kalinya saya kehilangan moment moment pertumbuhannya dengan sebuah alasan klise. Kesibukan dan selalu di luar. Sepertinya tiba tiba ia sudah bisa bicara, lalu sebuah lompatan lagi ketika melihatnya sudah bisa berjalan. Lalu saya juga tak tahu kapan ia belajar komputer, tiba tiba saya menemui ia sudah duduk browsing di internet mencari kunci kunci rahasia untuk permainan Play Stationnya. Kini ia sudah bisa mengarang tulisan.
Ah, sungguh kesia siaan. Sekonyong konyong saya mengutuk diri sendiri.

Coba kita baca tulisannya.

R.A.Kartini

Women Partisan Emancipation
Raden Ajeng Kartini was born in Center Java, Rembang, at April 21Th 1879. Her father is Jepara Governor, Raden Mas Adipati Aria Sosroningrat, is the one from the four person that rank: Kajeng Bupati the one that can speak, write, and read in Dutch. With that father’s high rank, maybe Kartini can school. But, there’s a rule: Her school must be ‘end’ at 12 year’s old. Besides, Kartini has aspired to be a teacher.
When came a man to propose her, Kartini can ‘be friend’ with a book. Because of her ‘friend’ Kartini has a large knowledge. She very sure, God never wrong to create Kartini to be a women. The one of the God creation creature has creates a culture! Culture can make Kartini to be a teacher!

She is very nervous. Many times she ask a question to her self, why this could be happen? Why man can school but I can’t? She can’t find the answer. All she known is: because there’s a very strong fence on the culture. Only that.

Kartini want to jump over that fence and she trust her self to do it. She thinking she can be a teacher. But, the one she can’t do it is deletion a coke to her parents face. Break culture fence can deletion a coke to her parents face. Of course she can’t do that and scare if she do that. But, what can she do? Kartini can’t find the good answer. She is more nervous. All that worried in her heart and her mind to be a Javanese is on the letter she write to her friend, Adebanon, School Instruction Director. All Kartini letter is wrought into a book and gave a title Door Duisternis tot Licht (After Dark Appear a Light). Kartini also send a letter to Adebanon to get a scholarship to school.

Kartini have ‘fight’ the strong fence. Her fight is been seen with open a school for girls that live not to far from the school. She understand, very lots a female that don’t known any knowledge. She wants to share her knowledge. She is very happy to do that. Her satisfaction to be a ‘teacher’ is healing her yearning to be a real ‘teacher’
The strong fence name culture almost been jumped by Kartini when come a letter from Dutch that grant her wish for school in Dutch. There’s a scholarship available for her. Her aspired to be a teacher is not shocking for her anymore. But, that letter not in time. Because, Rembang governor, Raden Adipati Joyodiningrat is ready to be her husband.

Kartini know there’s a clever Youngman that need the scholarship to continue his school. That Youngman is not from Rembang, but from Minangkabau, West Sumatera. His name is Agus Salim. Kartini want to kind to his friend for Indonesia. But, he is not want to school again. Only he is known the reason. Kartini has opening her household. Kartini now have a husband, and she now is a wife. Her husband must be gets a treatment from her. Kartini’s old is not long that been wishes. 3 days after bear a baby. Kartini has dead in to early, at 25 year’s old. She is dead at September 17th 1904.

There is no Raden Ajeng Kartini for now. Her wish to jump over the fence name culture is can’t be true. Indonesian female have been represent fence name culture. After Dark Appear a Light is coming true. The ‘dark’ on Kartini has been change to ‘light’ for Indonesian females. Kartini big kindness will not forgotten by Indonesian females.
Indonesian President appreciated what have Kartini does. Because of Kartini kindness, Indonesian President gives Kartini a rank: Pahlawan Pergerakan Nasional in years 1964.

Abel/4B 13

Saya tidak tahu apakah saya akan kehilangan lagi momen momen pertumbuhannya kelak ? Mudah mudahan masih ada kesempatan melihat lompatan lompatan jauhnya. Jika tidak saya hanya bisa menyesali seumur hidup.
Mari nak. Sini duduk bersama Ayah membaca tulisanmu.

You Might Also Like

60 Comments

  • venus
    April 20, 2008 at 10:18 am

    sepertinya ini problem semua orang. juragan saya juga jarang banget ketemu si precil2. padahal dia kerjanya juga di sini2 aja. lha anak2 berangkat sekolah, juragan blm bangun. juragan pulang kerja (biasanya dini hari), anak2 udah tidur.

    you’re not alone, mas iman. and this doesn’t make you a lousy father, anyway. you do what you have to do. lha mau begimana lagi?

  • wku
    April 20, 2008 at 10:30 am

    saya kira ada golongan anak yang justru bisa berkembang ketika orang tua tidak terlalu mengikatnya, asal dijaga saja mas, supaya masih tetep di jalur yang positif. ya misalnya Abel sudah begitu cakap menulis, perhatikanlah supaya gak ketularan virus “copy paste” hehe… membaca tulisannya, saya yakin Abel bakal melompat lebih jauh lagi… goodluck

  • ndoro kakung
    April 20, 2008 at 10:42 am

    yang penting quality over quantity, mas

  • -kiMi-
    April 20, 2008 at 11:18 am

    Dulu saya dan ayah tidak begitu sering berinteraksi. Beliau sibuk bekerja dan sepertinya tidak punya waktu untuk sekedar menanyakan bagaimana hari saya di sekolah. Saya sempat menuduh ayah saya yang macam2, tetapi semakin saya dewasa saya semakin sadar bahwa saya salah. Bahwa sebenarnya ayah saya sangat sayang dan memperhatikan saya. Hanya saja waktu itu saya tidak tahu…

  • Fadli
    April 20, 2008 at 11:20 am

    bersyukurlah kita, karena sekarang banyak peralatan & fasilitas untuk mengabadikan momen² penting, seperti kamera digital, video dan blog :p

  • yati
    April 20, 2008 at 11:21 am

    wew…anak pinter, top. saya selalu saja kagum pada anak [juga orang dewasa] yang bisa menuangkan isi pikiran ke tulisan

    *ga bisa ngomentari soal bapak-anak, lom pengalaman :d

  • Ray
    April 20, 2008 at 11:32 am

    Alhamdulillah sebagian hidup saya (almost 24/7) selalu bersama keluarga, meski begitu kadang juga ada beberapa hal yg terlewatkan dari si kecil.

    Yah setidaknya sebagai orang tua kita sudah berusaha sebaik mungkin untuk tetap menjaga dan memberi penghidupan yang layak untuk mereka. Itulah tanggung jawab utama kita sebagai orang tua, selain membekalinya dengan ilmu dan keimanan.

    Semoga kita semua selau diberkahi rejeki dan kelapangan waktu untuk selalu bersama dan mendidik anak keturunan kita. Aminnn

  • daus
    April 20, 2008 at 12:01 pm

    saya juga mulai ketinggalan jejak pertumbuhan anak saya, padahal usianya belum genap 2 tahun, hehe. dia mulai kerap mengacuhkan saya dengan “kesibukannya”.

  • didut
    April 20, 2008 at 12:13 pm

    hmm…wiken juga sibuk ya mas?!?

  • edratna
    April 20, 2008 at 12:54 pm

    Mas Iman, percayalah kualitas lebih baik. Disaat mas Iman punya waktu, manfaatkan sebaik-baiknya bersama anak-anak.

    Jenis kerjaan saya lebih sibuk (sering tugas keluar daerah) dibanding suami, karena sebagai dosen, walau sibuk, suami lebih mudah dicari posisinya setiap saat. Saya pernah merasa bersalah, sampai suatu ketika membaca karangan anak saya….ternyata dia bangga sekali sama ibunya.. “walau ibu sibuk, ibu selalu meluangkan waktu disamping saya”. Oleh karena itu ada hal-hal prinsip yang tak boleh saya langgar, dimanapun saya berada, minimal sekali sehari, saya telepon anak-anak. Memang pulsa jadi membengkak, karena kadang anak dengan semangat cerita tentang sekolahnya…padahal saya lagi ada di Sorong….

  • Ayahnya Athar & Kayla
    April 20, 2008 at 1:33 pm

    woouw.. anak yang pintar !! memang anak adalah segala-galanya buat kita sebagai orang tua, bersyukurlah kita dapat di titipkan anak yang sempurna selayaknyalah kita jaga dan sayangi titipan yang diamanatkan oleh Nya, Insya Allah dimanapun kita berada dia akan selalu mengingat kita juga

  • didats
    April 20, 2008 at 2:15 pm

    4B 13, itu maksudnya, kelas 4B dan umurnya 13?

    umur segitu udah bisa nulis dalam bahasa inggris? wuehehee… itu gimana ngedidiknya mas…?
    kalah saya nih… ;))

  • andrias ekoyuono
    April 20, 2008 at 2:23 pm

    Kadang itu yang jadi problem, syukurlah saya sekarang bisa berangkat jam 8-an ke kantor, jadi masih bisa main sama anak saya yang baru 5 bulan, meskipun pulangnya tetep malem. Lha ini weekend malah ada kerjaan di luar kota.
    Semoga saya tetep bisa jadi ayah yang baik di tengah waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan si kecil
    *loh malah curhat*

  • zam
    April 20, 2008 at 2:59 pm

    @ Didats: mungkin kelas 4B nomer urut 13 😀 *jadi inget jama sekolah: 3B-27

    Duh.. untung saya belum punya precil.. 😀

  • kenny
    April 20, 2008 at 3:11 pm

    kadang keterbatasan waktu bersama justru bisa menambah kualiti suatu hubungan loh, bahkan bisa membuat anak manjadi lebih mandiri.

  • fitra
    April 20, 2008 at 3:59 pm

    wooowww what a son you have….u must be proud of him!

  • astridsavitri
    April 20, 2008 at 4:16 pm

    wah..gimana sih sampeyan ini jadi bapak? kok sampe kehilangan banyak momen gitu sama anak?? (sampeyan pasti bilang; emang situ siapa ngomel2 sama saya??hehe..)

    baca postingan ini, inget film “Click”-nya Adam Sandler!

  • Goenawan Lee
    April 20, 2008 at 5:16 pm

    Oh my god… His grammar is better than mine…. :mrgreen:

  • balibul
    April 20, 2008 at 5:21 pm

    aku ku kalah inggris’e ki karo aku.
    waduh anak ku iso ne lagi owh yes, owh no

  • Mbilung
    April 20, 2008 at 6:46 pm

    welcome to the club mas 😀

  • leksa
    April 20, 2008 at 7:46 pm

    terkadang perhatian berlebih dan tidak tepat sasaran malah menjejalkan ketidakcocokan.. 😀 antara anak laki2 dan bapak…

    tetapi saya selalu percaya,
    sejauh2nya hubungan bapak dan anak, si anak selalu berkaca pada bapaknya, disadari atau tidak.. 😀

    😉

  • cK
    April 20, 2008 at 8:50 pm

    gapapa mas. saya tumbuh tanpa banyak bimbingan dari orangtua, tapi bisa jadi anak yang baik dan manis begini. 8)

    *padahal cK anak mami banget*

  • Silly
    April 20, 2008 at 9:51 pm

    Wah, hebring anaknya ya mas. Saya sempat tercengang membaca tulisannya. Sungguh Cerdas. Buah emang jatuhnya gak jauh dari pohonnya. Gak perlu dikasih arahan kemana HARUS jatuh 😀

    Btw, diblogosphere ini ada juga loh anak umur 7 thn yg udah menulis:
    http://aurelpenuliscilik.wordpress.com

    Katanya anak ini sedang menulis buku cerita berseri dalam bahasa Inggris. Ini info yang saya terima langsung waktu kirim email ke sipenulis cilik ini. saya kagum soalnya 🙂

  • sluman slumun slamet
    April 20, 2008 at 9:58 pm

    mas, saya juga termasuk orang yang kelihangan momen pertumbuhan si merdeka kecilku ituh…
    yah demi tugas bangsa dan negara…
    😀
    berburu liputan unik buat blog…
    halah…..
    😀

  • fitri mohan
    April 21, 2008 at 12:26 am

    wah, akhirnya bisa masuk juga ke kotak komentarnya. *iya, kayaknya kompieku yang ngaco*

    meski saya belum punya anak, saya sih ngarepnya bakal punya waktu yang buanyak buat anak-anakku nanti. moga2 ini bukan cuma sekedar harapan. dan kalau toh tidak punya banyak waktu, minimal saat punya waktu benar2 digunakan untuk “bareng”. quality over quantity.

  • mr.bambang
    April 21, 2008 at 12:31 am

    Anak polah bopo kepradah, bapak polah anak tambah.

    Opo hubungane karo artikel? 😀
    Ya hubunganya bapaknya polah sering sibuk kerja di luar kurang memperhatikan anaknya, eh anaknya malah tambah cerdas.
    * analogi ngawur *

  • yuki tobing
    April 21, 2008 at 4:10 am

    hehe, ayo2 mas Iman lebih banyak lagi habiskan waktu dengan anaknya. 😀
    ngomong2, anaknya kelas berapa yah? udah bisa bikin karangan begitu, hebat juga.

  • icHaaWe
    April 21, 2008 at 4:28 am

    alhamdulillah mas…berarti pny istri yg piawai dlm mendidik anak.

    tp sebagai seorang bapak dan seorang suami, mmg seharusnya mengambil andil jg dlm perkembangan rumah… jgn sampai2 pas anak sdh besar, baru sadar kalau ikatan batin antara bapak dan anak, ternyata tidak ada

  • Aris Heru Utomo
    April 21, 2008 at 5:09 am

    Saya mengamini komennya Mbilung: welcome to the club mas.

  • dian
    April 21, 2008 at 7:49 am

    waaaww panjang juga ya dia ngarangnya. pintar. aku aja gak bisa ngarang panjang2x hihihi

    gak papalah gak dekat ama bapak, asal dekat ama emak hehhe…lagian, yg penting kwalitas. aku dulu tiap hari ketemu bokap, tapi jarang ngomong

  • iway
    April 21, 2008 at 8:39 am

    keren tulisannya, kayaknya selama masih pulang ke ruman sampeyan ndak miss anything kok 😀 sepertinya anak punya mekanisme sendiri untuk men-tolerir perilaku orang-orang di sekitarnya

  • Hedi
    April 21, 2008 at 8:42 am

    mudah2an setelah posting ini, sampeyan ga akan ketinggalan lagi…btw, bikinin blog aja, biar sampeyan nanti tahu perkembangan dia via posting…

  • evi
    April 21, 2008 at 9:42 am

    problem klasik Pak…
    sebagai wanita yang nguli, saya juga mengalaminya
    makanya klo udah jam 4 sore, wajah si Cipluk langsung terbayang-bayang di depan mata, udah deh langsung berkemas-kemas.
    andai jalan thamrin – cinere ada jet yg bisa 5 menit smp rumah *ngayal*

  • Donny Verdian
    April 21, 2008 at 11:03 am

    Pindah Jogja wae Mas… siapa tahu kehidupan di sini lebih tidak boros waktu 🙂

  • dewi
    April 21, 2008 at 12:06 pm

    ada yang musti dikorbankan untuk setiap pilihan, mas. 🙂

  • suprie
    April 21, 2008 at 12:26 pm

    wah, pinter sekali si Abel ituh, saya aja lom tentu bisa buat tulisan kaya dia.
    btw, jangan – jangan anaknya juga udah punya blog lagi…

  • iman
    April 21, 2008 at 12:37 pm

    adi didut,
    ya justru orang film hari libur kerja, dan kita bisa libur di hari kerja he he
    Didat,
    Kelas 3 – he’s 10 years old
    Leksa,
    jangan jangan ..please jangan berkaca dari bapaknya kalau urusan wanita he he ( jaman jahiliyah )

  • iphan
    April 21, 2008 at 2:55 pm

    anak anak jaman sekarang ya… dulu pas kartinian, biasanya lomba fesyen show… 😀

  • Helene
    April 21, 2008 at 3:56 pm

    Bravo Abel…!!

    Itulah mas, salah satu alasan saya utk tidak bekerja, krn perjuangan seorg Kartini tdk hanya supaya wanita bisa kerja di kantoran. Dan saya gak pingin kehilangan moment-moment yg indah ama anak-anak saya.

  • Mihael Ellinsworth
    April 21, 2008 at 5:38 pm

    Grammar boleh berantakan, tapi “pencapaian” seperti itu sudah bisa dicapai semenjak kelas 4 SD, bagaimana tidak hebat ? Saya kelas 4 SD baru bisa apa, coba ? 😀

  • yuswae
    April 21, 2008 at 6:34 pm

    sik..sik..sik..tak golek kamus bahasa inggris disik… 😀

  • kw
    April 21, 2008 at 8:08 pm

    nah kan. postingan ini menambah databse pertanyaan saya yang jawabannya belum ada yang “sempurna”. buat apa menikah? hi hi

    peace mas.. 🙂

  • bahtiar
    April 21, 2008 at 8:14 pm

    sampun mas …

    tinggal pemulihan aja

    🙂

  • ghatel
    April 21, 2008 at 8:32 pm

    4 SD bisa nulis pke bahsa inggris lumayan banyak lagi… hebat kui mas, aku saja segede gini ndak bisa bahasa inggris… jangankan bahasa inggris ngarang pake bhasa sendiri saja susah… 😀

  • Daniel Mahendra
    April 21, 2008 at 9:58 pm

    @ Donny:
    Pindah Yogya kalo mas Imam-nya pergi kerja sana-sini ke luar kota lhak podho wae, Don… 😀

  • nico
    April 21, 2008 at 10:25 pm

    lah, saya malah ga tau kl grammernya berantakan. soale bisa nangkep apa yang ditulis sama abel sih.

  • detnot
    April 22, 2008 at 9:19 am

    weh, jagoan kangams jago inggris

    **jadi maluw eike :mrgreen:

  • rey
    April 23, 2008 at 9:28 am

    aku juga terharu bacanya pak, kelas 4 SD tapi karangannya keren banget… Salam buat Abel yaa… 🙂

  • iman brotoseno
    April 23, 2008 at 10:20 am

    gathel, rey,
    sama..dulu saya kelas 4 SD masih ngak ngik ngok aja

  • Lance
    April 23, 2008 at 2:35 pm

    what a boy..

1 2

Leave a Reply

*