Kurban

Malam itu, bau anyir darah di padang Kuruseta terbawa angin ke segala penjuru. Termasuk perkemahan saat Adipati Karna menulis surat terakhir kepada istrinya, Surtikanti.  Ia tahu esok adalah hari penentuan.
“ Mati rasanya bukan lagi soalku istriku. Mungkin karena alasan perangku lebih besar daripada hidup. Walau ahli nujum meramalkan aku akan mati besok, tidak akan merubah takdir. Bahwa Arjuna berperang atas darah yang mengalir di tubuhnya serta hak atas kerajaannya, sementara aku berperang untuk mengukuhkan siapa diriku. “

Ia tahu nubuat dewata bahwa kebenaran harus ditegakan. Dan ia akan dikorbankan. Ia tidak berharap sebuah tempat di swargaloka, setimpal dengan korban yang dilakukan. Ia hanya berharap bahwa semua mata terbuka.
“ Inilah puncak ilmu yang kucari wahai istriku. Aku bukan sekedar anak sais, Suta yang hina.  Ilmu dan kebajikan tidak memandang kasta, tidak melihat harta dan tidak menundukkan pada kekuasaan. “

Karna mengetahui mengapa dahulu Duryudana mengangkatnya menjadi saudara, ketika para Pandawa menghinanya dalam pertandingan memanah. Duryudana ingin memperlihatkan kepada rakyat betapa tidak adilnya Pandawa.
Apapun tindakan Duryudana. Karna tahu tindakannya adil dan ucapannya benar.  Keberanian bisa datang dari siapa saja. Karena ksatria tidak hanya datang dari ayah bundanya yang berdarah biru. Ia bisa datang dari batu magma yang tidak dikenal.
“ Rasanya aku adalah salah satu batu magma itu, yang memuntahkan letupannya sendiri. Inilah kemerdekaanku. Aku memilih pihakku karena kehendakku sendiri “.

Manusia melakukan memilih kurban untuk sebuah janji janji yang dipercayanya. Tapi Karna memilih kurban dirinya sendiri untuk sebuah pembebasan dan pengakuan.
Jauh sebelumnya ia telah berkurban dengan kekecewaannya. Menjadi orang yang terbuang. Ia dibuang oleh ibunya sendiri, dihanyutkan di sungai. Ditolak oleh Durna karena ia bukan anak ksatria.

Ia tahu kurban ini tidak sia sia. Pada hari kematian Resi Durna. Seekor kuda telah dikurbankan,dengan nama yang mirip anaknya, Aswatama.  Durna yang mendengar suara orang orang meneriakan kematian Aswatama – menjadi lemah – dan melepaskan kesaktiannya.  Membiarkan Drestajumena menebas lehernya.
Sekali lagi untuk sebuah takdir , telah meminta kurban. Karena kebenaran yang terus dipertanyakan.

Sholat Ied di Masjid Ahmad Bakrie sepertinya membuat Aburizal Bakrie termangu mangu – dari kejauhan – bahwa sembilan ekor sapi tidaklah cukup. Ada janji yang masih terutang untuk sebagian masyarakat di pojokan Jawa Timur yang kehilangan rumah rumahnya.
Karena justru orang orang kecil yang terpinggirkan selalu berkurban untuk keagungan sebuah peradaban. Sedemikian banyak korban yang sia sia di negeri ini. Kerakusan korporasi meminta jerit, tangis dan darah rakyat. Orang orang yang tak perlu dikorbankan.

Surtikanti menatap Karna. Ia tahu pengorbanan suaminya tak akan sia sia.
“ Aku harus berani dan percaya, sebab surga tak memberikan janji “
Bau darah itu semakin terasa pekat di padang Kuruseta. Serta erangan orang orang kesakitan.

You Might Also Like

34 Comments

  • Anang
    December 8, 2008 at 1:02 pm

    korban perasaan juga kah

  • Donny Verdian
    December 8, 2008 at 1:36 pm

    Aih, mengimpikan seorang Bakrie melakukan lebih daripada berkorban sembilan sapi..?
    Mari bernyanyi Omar Bakrie-nya Iwan Fals sembari teriak “Bakrie… bakrie…kasian amat loe jadi …”

  • Syiddat
    December 8, 2008 at 1:40 pm

    Karena hidup adalah pengorbanan 🙂

  • Aris Heru Utomo
    December 8, 2008 at 1:41 pm

    Aburizal Bakrie = Adipati Karna? Tampaknya hanya waktu yang mampu menjawabnya.

    btw bgmn kabarnya Surtikanti dari Sukabumi ? 🙂

  • Epat
    December 8, 2008 at 2:39 pm

    masih bisa terketukkah hati manusia-manusia seperti itu? hati yang telah membatu sekeras beton-beton bangunan yang menjulang tinggi miliknya, hanya alam dan kuasa-Nya yang bisa meleburkan kembali….

  • Zam
    December 8, 2008 at 3:50 pm

    9 sapi tak sebanding dgn nasib korban lapindo..

  • edy
    December 8, 2008 at 5:10 pm

    rasanya bakrie tak sebanding adipati karna

  • leksa
    December 8, 2008 at 10:02 pm

    sangat menikmati kisah mahabharata dari sudut pandang Kurawa. Karena toh pelajaran wayang, bukan soal mencari benar dan salah. Tapi memaparkan kisah2 ego akan kekuasaan manusia.

    Dan hebatnya, jika mau jujur, seorang Krisna sekalipun, cuma menjadi ahli politik yg busuk dalam perang Baratha Yudha.

  • Indah Sitepu
    December 8, 2008 at 10:18 pm

    Bakrie ngasih 9 Sapi ga pake umbul2, dari pada caleg ngorbanin 1 sapi, umbul2nya udah rame di sekeliling mesjid, menunjukkan bahwa dia berkurban.

    Ini kurban atau politik????

    🙁

  • Tukang Nggunem
    December 8, 2008 at 10:50 pm

    Berkurban memang tidak hanya membutuhkan harta yang berlimpah, tapi lebih kepada semnagat untuk berbagi dengan ikhlas kepada sesama…nah kalo om Bakrie itu masih harus kita tunggu keihklasannya buat ngedum sebagian hartanya yang tumpuk undung itu buat melunasi hutang kepada sebagian rakyat sidoarjo..

  • domba garut!~
    December 9, 2008 at 12:14 am

    Tiada lain berkurban itu hanyalah mengais riadha Illahi dan berharap pahala syurga.. semoga kita semua senantiasa ikhlas dalam berkurban dan senantiasa mempersungguh ibadahnya. Selamat hari saya Idul Adha 😀

  • ikapratiwi
    December 9, 2008 at 12:50 am

    Rada gak ngerti cerita jawa kang, tp kok ada aburizal bakri ya? 😀

  • yuswae
    December 9, 2008 at 2:37 am

    qurban itu sangat dianjurkan bagi yang mampu,mas..
    Pak Menko kita yang satu itu sepertinya belum dianjurkan berqurban. Karena ia masuk kategori orang miskin, tidak mampu, dan punya hutang sama warga Sidoarjo.. 😀

  • dilla
    December 9, 2008 at 7:09 am

    adipati karna terlalu keren jika dibandingin sama Bakrie 😀

  • didut
    December 9, 2008 at 7:57 am

    sblm karna mati sang gatotlaca sebelumnya tlh mengorbankan dirinya *eh ini bahas wayang to?* 😛

  • catra
    December 9, 2008 at 8:01 am

    korban lumpur juga masuk ya.
    semoga saja bakri sadar dan segera mengganti rugi mereka
    orang korban lumpur bukan sebuah kurban atau tumbal.

  • ajengkol
    December 9, 2008 at 11:11 am

    Ied Mubaaraakmas Iman ! “Robbana, amanna, faghfirlanaa, wa taqbbal minna, warhamnaa, innaka anta kharur raahimiin. Ikhlas itu indah Ikhlas itu merasuk ke sanubari kita

  • Soedarsono Esthu
    December 9, 2008 at 11:18 am

    Surtikanthi

    ADIPATI KARNA:
    Bau wangimu mulai memudar. berganti cahaya bulan warna gading.
    Pucuk-pucuk cemara telah berganti warna kering darahku.
    Tak usah berjanji.
    Karena takdirku akan datang juga.
    Sebentar lagi, di Tegal Kurusetra aku akan berhadapan dengan Arjuna.
    Adik kandungku sendiri, satu ibu, lain ayah.
    Sekarang ulurkan tanganmu, agar dinda tak memintaku untuk kembali.

    SURTIKANTHI:
    Kalau kakang Adipati harus pergi.
    Tak perlu memikirkanku, karena ksatria pantang merasa ragu.
    Kadipaten Awangga, sudah terlalu banyak menampung fitnah dan cela.
    Padahal kakanda putra dewata.
    Pergilah!
    Sebelum fajar memanggil matahari.
    Agar kakanda sempat menyusun strategi.
    Surtikanthi anak Salya.
    Nasib dan takdir, tak ada yang tahu kemana arahnya.

  • sarah
    December 9, 2008 at 11:44 am

    saya sering korban perasaaan …

  • Moh Arif Widarto
    December 9, 2008 at 3:03 pm

    Untuk yang belum berkurban. Pada hari tasrik 11, 12 dan 13 Dzulhijjah masih ada kesempatan. “Maka dirikanlah shalat kepada Rabbmu dan berjurbanlah.” Berkurban untuk Allah SWT, tidak berkurban seperti Karna.

  • hanny
    December 9, 2008 at 3:25 pm

    mas iman, ayo nulis buku! 😀 udah banyak ini koleksi tulisannya yang bagus-bagus 🙂

  • mantan kyai
    December 9, 2008 at 5:43 pm

    bakri bakri. kesian amat lu jadi orang !!!

  • aCist
    December 9, 2008 at 6:54 pm

    hidup itu penuh dengan pengorbanan..
    jalankan apa adanya dan pantang meyerah bos
    Glory…

  • ndoro kakung
    December 9, 2008 at 7:12 pm

    surtikanti itu bukannya nama salon langganan sarah di bogor ya? *ngakak*

  • edratna
    December 9, 2008 at 7:39 pm

    Kadang saya bertanya, apa qurban yang kuberikan atas nama Allah swt telah sampai?
    Semoga qurban kita diterima Allah swt dan mendapat berkah serta ampunan Nya. Amien.

  • marshmallow
    December 9, 2008 at 10:15 pm

    seperti karna yang bertarung dengan alasannya sendiri, manusia juga memiliki berbagai alasan dalam berkurban. mudah-mudahan bakrie punya alasan yang bisa diterima manusia dan tuhannya.
    selamat idul adha, mas.

  • ichanx
    December 10, 2008 at 3:45 am

    cerita wayang…. kok bisa nyambung ke bakrie ya? 😀

  • Nyante Aza Lae
    December 10, 2008 at 10:43 am

    jadi pengen kenalan niy om sama mbak Surtikanti..klo ada urlnya bagi2 dunkk..

  • ZAKAR MU KAZAR
    December 10, 2008 at 12:24 pm

    Wah kayaknya salah besar mas kalau anda menganggap Qurban di hari Idul Adha itu sebagai suatu peradaban, itu syariat Islam mas

  • Lance
    December 10, 2008 at 1:15 pm

    Zakar,
    wah sepertinya anda harus lebih jeli dan cerdas untuk mengartikan tulisan ini, tak ada yang menyinggung masalah syariat,..ada 2 topik, pengurbanan Karna dan lapindo ( peradaban dengan pengurbanan rakyat sidoarjo )..Tipikal Mas Iman menarik benang merah melalui tulisan cerdas, Nggak ada urusan dengan syariat..

  • Kyai slamet
    December 10, 2008 at 8:42 pm

    Kurban ati lan perasaan

  • yok
    December 15, 2008 at 8:32 pm

    kuda ? eh, kalo cergam yg saya baca waktu kecil kalo ga salah itu gajah

    beda versi kali ya atau memori saya yg menipu ? 😀

  • Frank Vrown
    March 3, 2010 at 12:47 pm

    Please identify more how can i buy cheapest.I need one dslr camfor new beby.She was given birth to last month.

  • Motels
    April 13, 2010 at 4:07 pm

    This is often a very smart browse on behalf of me, Should admit that you are one in every of the best bloggers I ever saw.Thanks for posting this informative article.

Leave a Reply

*