Kisah Supersemar yang tercecer

“ Harto, saya sudah diakui sebagai pemimpin dunia. Konsep Nasakom sudah saya jual kepada bangsa bangsa di dunia, Sekarang saya harus membubarkan PKI. Dimana muka saya harus ditaruh ? “

Bung Karno tentu bersikeras menolak untuk membubarkan PKI. Pertama ia juga tidak yakin PKI yang merencanakan kudeta ini. Ia lebih mempercayai bahwa hanya oknum oknum PKI yang keblinger bersama anasir kekuatan luar yang merancang semuanya. Soeharto sendiri sudah bosan dan hampir menyerah untuk membujuk Bung Karno membubarkan PKI. Posisinya sulit, karena disatu pihak, dia menghormati Presiden tapi disisi lain, para mahasiswa, demonstran, bahkan jenderal jenderal seperti HR Dharsono, Kemal Idris atau Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie juga mendesak untuk mengambil tindakan keras kepada Bung Karno.

Asisten Soeharto, Jend Alamsyah mempunyai usul untuk memakai orang non ABRI, orang sipil yang dikenal dekat dengan Bung Karno juga. Jadilah Alamsyah mengutus Hasyim Ning dan Dasaad untuk membujuk Bung Karno. Usaha ini juga gagal, bahkan Hasyim Ning harus terkena asbak yang dilempar Bung Karno
“ Kamu orangnya Soeharto “ Begitu Bung Karno berteriak.

Jenderal Amir Mahmud, Pangdam Jaya waktu mengakui bahwa semuanya serba khaos, bahkan bisa dibilang tidak ada disiplin militer. Karena ada tarik menarik kekuatan diantara ABRI sendiri. Mana yang pro Bung Karno dan mana yang mendukung Pak Harto. Waktu Bung Karno membetuk kabinet baru. Banyak nama nama jenderal yang sebenarnya tidak dalam ‘ persetujuan ‘ ABRI.
Jenderal Nasution misalnyanya juga memerintahkan untuk tidak mengijinkan Jend Moersid dan Jend Sarbini masuk ke Departemen Hankam untuk serah terima jabatan.

Pada pagi tanggal 11 Maret 1966, Jend Sabur sudah menelpon Pangdam Jaya, Amir Mahmud menanyakan jaminan keamaan pada sidang kabinet hari itu. Tentu saja Amir Mahmud menjamin keamanan, padahal dia juga tidak tahu bakal ada pasukan liar dari Jenderal Kemal Idris. Bahkan Pangdam Jaya juga ada di beranda Istana menemani Bung Karno bersama Waperdam Leimena, Subandrio dan Chaerul Saleh sebelum bersama sama ikut masuk ke dalam sidang.

Saat Bung Karno sedang membacakan pidato. Tiba tiba Jenderal Sabur mengirimi nota ke Amir Mahmud yang memintanya keluar sebentar. Nota itu didiamkan oleh Amir Mahmud, karena ia tidak mungkin main slonong boy keluar dari rapat yang dipimpin Presiden. Rupanya Brigjen Sabur tidak sabar dan tak mau ambil resiko, lalu dia menyampaikan sendiri nota ke Bung Karno.

Dalam catatan Amir Mahmud.
“ Saya lihat tangan Bung Karno gemetar membaca notanya, lalu berbicara dengan Subandrio. Setelah itu sidang diserahkan kepada Pak Leimena. Bung Karno dan tergopoh gopoh meninggalkan istana, diikuti Subandrio dan Chaerul Saleh “.

Kelak Jenderal Kemal Idris dengan gaya bicaranya yang spontan, mengakui kalau dia sengaja menaruh pasukan di depan Istana. Dia perintahkan anak buahnya, untuk mencopot identitas pasukan dari seragamnya. Sehingga terkesan pasukan tidak dikenal sedang mengepung Istana yang sedang melakukan sidang kabinet. Padahal tujuannya untuk menangkap Subandrio. Tapi dibuat semacam psy war sehingga mempengaruhi jalannya rapat.

Soeharto yang hari itu sedang sakit flu, sehingga harus istirahat di rumahnya mengutus Jenderal Yusuf, Basuki Rahmat dan Amir Mahmud untuk menyusul Bung Karno yang menyingkir ke Istana Bogor.
Pesan Soeharto jelas. Ia bersedia memikul tanggung jawab apabila diberi kewenangan untuk melaksanakan stabilitas keamanan dan politik.

Ajudan Presiden, Jenderal Sabur mengenang,
“ Sebenarnya ketika para Jenderal datang ke Istana Bogor. Bung Karno tidak mau menerima. Cuma saya desak untuk menemui, sehingga Bung Karno agak nurut. Bagaimanapun saat itu Bung Karno alergi dengan jenderal jenderal yang diutus oleh Pak Harto. Lalu Pak Basuki Rahmat sebagai yang tertua menjelaskan kedatangannya serta membawa pesan Pak Harto. Diluar dugaan Bung Karno menyambut terbuka dan menanyakan alternative alternative untuk mengatasi situasi politik “

Jenderal Yusuf menunjukan sikpanya yang keras. Mungkin secara pribadi Yusuf dan Amir Mahmud sudah dikenal dekat dengan Bung Karno, sehingga terbiasa melontarkan pendapat. Kalau biasanya mereka selalu diam ketika Bung Karno bersikeras, kali ini Jenderal Yusuf tidak mau menyerah dan terus mendesak Bung Karno untuk menuntaskan permasalahan. Ini tindakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh bawahan, menteri, jenderal sekalipun. Terutama mereka yang hormat kepada Bung Karno.

Jend Yusuf mengingat dalam memoarnya
“ Bung Karno berpendapat, bahwa harus dipisahkan oknum yang diadili dengan partai komunis. Kami menunjukan bukti bahwa, partai dan orang / oknum ini sebagai kesatuan gerak. Sama sama bersalah. Argumentasi yang kami patahkan, bahwa jika Bung Karno menghapus unsur ‘ kom ‘nya maka wibawa dia akan jatuh. Saya bilang, justru sebaliknya Pak. Dengan membuang komunis. Wibawa bapak akan naik, dan rakyat percaya. Lalu kami bisa meyakinkan Bung Karno bahwa Pak Nasution tidak dibelakang semua ini. Karena Bung Karno mencurigai bahwa kelak Pak Nas akan memimpin AD melawan Bung Karno. Sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana, secara psikologis bisa meyakini Bung Karno, bahwa keselamatannya dan keluarganya dijamin. Lebih lebih karena situasi yang tidak jelas ini “

Kesaksian ini juga menepis issue todongan senjata seperti yang dikatakan Letnan Sukardjo Wilardjito, bahwa Jendral M Panggabean dan Jend Basuki Rahmat menodongkan senjata ke kepala Bung Karno.

sultan Saat itu memang Bung Karno mencemaskan masalah keamanan keluarganya. Dia tidak mau ada oknum oknum militer yang kebablasan, setelah mendengar berita, Nyoto – salah satu Menteri – yang hilang misterius setelah pulang dari sidang kabinet.
Konon dicurigai anak buah Jendral Soemitro yang menculiknya dalam perjalanan pulang. Sampai sekarang tidak diketahui keberadaan Nyoto.
Itu juga yang membuat Bung Karno memohon sambil memeluk Jenderal Amir Mahmud ketika pasukannya menangkap Soebandrio di Istana Merdeka.
“ Tolong dia jangan dibunuh ya Mir… “

Setelah para Jenderal dan Bung Karno merumuskan sebuah konsep, barulah Soebandrio, Leimena dan Chaerul Saleh di panggil masuk. Pertama tama Bung Karno bertanya ke Soebandrio
“ Bagaimana Ban ? kau setuju ? “
Jawab Soebandrio.
“ Ya bagaimana Bung Karno sudah setuju tanpa berunding dengan kami “
Lantas dipotong Bung Karno. “ tapi kau setuju kan ?.
Dijawab lagi “ Kalau bisa perintah lisan saja pak. Jangan tertulis “
Soebandrio hanya mengingat, bahwa para jenderal melotot padanya, karena usulannya ke Bung Karno.

Lalu Soebandrio dan Chaerul Saleh ikut memberi masukan. Surat tadi dikoreksi. Ada empat hal. Pertama, Presiden Sukarno memberikan mandat ke Jenderal Soeharto utk mengamankan Jakarta, juga harus kerja sama dengan unsur unsur kekuasaan lainnya. Kedua, penerima mandat wajib melaporkan semua tindakan ke presiden. Ketiga, penerima mandat wajib mengamankan Presiden dan keluarganya. Keempat. Penerima mandat wajib melestarikan ajaran ajaran Bung Karno.

Setelah itu giliran para Jenderal yang tidak puas dengan rumusan Soebandrio, karena mengecilkan wewenang Jenderal Soeharto. Setelah jedah sholat magrib. , mereka kembali merumuskan lagi kembali surat pemberian kewenangan itu. Baru konsep itu diketik oleh Jenderal Sabur.

Mengenai kontroversi bahwa surat itu diketik atas kop surat Markas Besar Angkatan Darat. Jenderal Sabur mengatakan
“ Tepatnya Bung Karno dan para Jenderal mencorat coret di kertas kosong. Tapi saya lupa ketika saya menyalin ke mesin tik itu memakai kertas kop surat AD atau bukan. Yang jelas saya mengetik di pavilion sebelah. Ada Bu Hartini dan ajudan Mangil yang melihat saya mengetik “

Lalu ketikan itu dibawa kembali ke ruang tengah. Setelah dibaca bersama, lalu Bung Karno meminta pendapat Leimena, yang dijawab.
“ No comment ik laat het helemaal aan u over. Saya serahkan sepenuhnya kepada anda “

Chaerul Saleh minta agar Presiden shalat dahulu sebelum mengambil keputusan. Dan yang paling akhir adalah pendapat dari Soebandrio.
“ Als u deze brief tekent dan valt u in the trap. Kalau surat ini ditandatangani, sama saja masuk perangkap “

Para Jenderal semakin kesal dengan Soebandrio. Jenderal Yusuf sudah memberi kode ke Jenderal Amir Mahmud agar menyikat Soebandrio kelak. Suasana semakin menegangkan. Semua merasakan jarum jam seperti berhenti. Tak ada yang berani meninggalkan tempat itu. Jenderal Amir Mahmud sudah membayangkan kecewanya Soeharto jika mereka kembali ke Jakarta dengan tangan kosong.

Tiba tiba Bung Karno bertanya ke Amir Mahmud, sekali lagi meminta pendapat Jelas ada keraguan dimata Bung Karno.
“ Sudahlah pak. Bismilahhirrrahmannirahim saja “ Jawab Panglima Jakarta ini.
Akhirnya Bung Karno menandatangani surat yang kita kenal sebagai Supersemar sekarang ini.

Ada lagi yang menarik bahwa kita mengenal Supersemar cuma satu lembar kertas. Sementara Jenderal Sabur mengatakan

“ Bukan selembar. Saya mengetik dalam 2 kertas. Dan masing masing rangkap tiga. Bung Karno hanya menandatangani kopi utama. Kertas itu yang dibawa Pak Basuki Rahmat ke Pak Harto. Sementara kopi atau tindasan nomer dua, saya simpan. Pak Yusuf menyimpan tindasan paling bawah atau kopi nomer tiga “

Surat Perintah Sebelas Maret itu dibawa Brigjend Soecipto – Ketua KOTI, dan diberikan ke Kolonel Budiono, sekretaris MBAD yang membawa surat itu ke kantor G V – Koti di Merdeka Barat untuk di foto copy karena dikantor MBAD tidak ada mesin fotocopy. Mantan Mensesneg Moerdiono kelak mengatakan bahwa ia sempat meminta fotocopian sebagai dasar hukum penyiapan pembubaran PKI. Namun tidak diberikan oleh Budiono. Setelah Budiono meninggal, hilang juga surat otentik itu.

Jend Yusuf sendiri tidak tahu kalau surat yang terdiri dari 2 lembar bisa dipersingkat jadi satu lembar. Itu mungkin terjadi dalam perjalanan dari Soeharto menuju Markas besar AD. Tapi apapun itu, menurutnya isi surat itu sama dengan apa yang dia lihat di Bogor.

Sejahrawan Ben Anderson menambahkan berdasarkan riset wawancara dengan Prajurit Cakrabirawa yang membawa mesin tik itu, bahwa besar kemungkinan surat utama yang dibawa ke Soeharto bisa menimbulkan gejolak. Dalam arti, ada kesan AD memaksa Presiden menandatangani. Sehingga Soeharto memerintahkan untuk menyalin lagi ke kertas lain. Mungkin ini yang tidak disadar bahwa penyalinan justru dibuat ke satu satu lembar. Walaupun tanpa kehilangan esensi isi surat tersebut.

Ternyata memang Jenderal Soeharto membubarkan PKI dengan landasan Supersemar. Ini membuat Bung Karno merasa Jenderal Soeharto telah melangkah terlalu jauh dalam urusan politik.
Tanggal 13 Maret Jenderal KKO Hartono menemani Pak Leimena mengantar surat perintah baru yang dikeluarkan Bung Karno ditujukan ke Jenderal Soeharto. Isinya semacam surat koreksi terhadap penyimpangan dalam aplikasi Supersemar, yakni membubarkan PKI tanpa melaporkan tindakannya kepada Presiden. Setelah membacanya. Pak Harto tidak membantah ada penyimpangan. Ia menjawab secara lisan, semua yang dilakukan menjadi tanggung jawabnya sendiri.

“ Ya saya memang harus melakukan itu. Hari itu juga saya membubarkan PKI tanpa berkoordinasi dengan panglima angkatan lain dan Bung Karno. Ini yang dinamakan strategi , bukan insubordinasi. Surat susulan dari Bung Karno tanggal 13 Maret tak perlu saya hiraukan. Karena saya punya kekuatan di belakang saya. Mahasiswa, Angkatan Darat dan Rakyat yang marah “

Soeharto bahkan berani membuat maklumat Presiden No 5 yang ditanda tangani atas nama Presiden Sukarno, tanpa setahu Bung Karno. Maklumat ini untuk menangkap 15 menteri menteri yang dicurigai sebagai simpatisan Komunis.
Sejarah memang tidak bisa diulang kembali. Surat Perintah yang sudah keluar itu menjadi senjata pamungkas untuk menurunkan Bung Karno sendiri. Sejarah telah ditulis dan rezim baru meneruskan catatan tentang negeri ini.

You Might Also Like

17 Comments

  • Noe
    March 11, 2015 at 6:27 pm

    Oh jadi begitu….hhmmm

  • Joe
    March 11, 2015 at 6:28 pm

    Semoga jokowi tidak di sukarnokan

  • OrbaFuckinShit
    March 12, 2015 at 8:18 am

    The Winner Takes It All, History Is Written By The Victor…..suharto mengkup BK dengan landasan SP 11 maret 1966 yang isi aslinya bukan PELIMPAHAN KEKUASAAN tp hanya perintah untuk mengamankan situasi yang sedang kacau serta menjamin keselamatan dan wibawa presiden, serta atas dasar itu pula suharto mengangkat dirinya sendiri menjadi PLT presiden tahun 1967 tanpa melalui PEMILU !….BK sendiri gamang dalam mengambil keputusan apakah harus memukul suharto dkk terlebih dahulu atau menunggu feedback dari pelaksanaan SP 11 maret tsb…kita semua tahu ABRI terpecah menjadi 2 kubu AL (KKO),AU,polisi (menpor),sebagian kodam (kodam sriwijaya,kodam jaya,kodam siliwangi,kodam mulawarman) dan beberapa batalyon dari brawijaya dan dipenogoro vs RPKAD,KOSTRAD cs….sudah ancang2 untuk saling menyerang belum lagi ditambah dengan hiruk pikuk di akar rumput banser+pemuda marhaen vs pemuda rakyat dsb….namun kita hendaknya tidak hanya melihat dari celah sempit pristiwa tersebut ada skenario besar yang memang dari awal ingin menggulingkan BK….BK mengatakan ada negara2 besar yang mensponsori “free world ideology” istilah kerennya kalo sekarang adalah “freedom and democracy ideology” dan ingin melakukan “regime change” mengganti BK dengan rezim yang bersahabat dengan “barat” dan ternyata resep itu tetap dipraktekan oleh USA dan konco untuk menggulingkan muamar khadaffy di libya serta mencoba mendongkel bashar al assad di suriah….membaca buku Confession Of An Economic Hitman karangan John Perkins gw akhirnya menyadari proyek besar KUDETA tahun ’65 bukanlah suatu kebetulan dan bukan pula berasal dari ide “briliant” suharto sebagai seorang “ahli stragegi” namun ada dalang yang lebih pintar dibelakan semua ini….kalo kita amati ada kesamaan strategi dan modus dalam setiap pergantian penguasa yang demokratik dengan rezim2 militer pro amerika
    1.ada pihak oposisi yang bersuara lantang mengenai demokrasi,kebebasan dan HAM
    2.demonstrasi oleh kalangan pelajar dan kekuatan2 sipil (dengan dukungan militer)
    3.bila hal ini belum bisa “menggoyang” pemerintah maka akan dicari martir yang akan menjadi simbol “perjuangan kebebasan” (Arief Rahman Hakim ring a bell everyone ??)
    4.sabotase ekonomi secara sistematis untuk menimbulkan kekacauan di masyarakat bawah (penyebaran uang palsu dan aksi spekulan yang menjadikan harga2 kebutuhan pokok meroket)
    5.bila ini belum cukup akan dihidupkan para “sleeper cells” melakukan aksi teror dan disinformasi
    6.bila ini juga belum cukup diadakan perlawanan bersenjata untuk mendeskreditkan pemerintah yang sah (PRRI/permesta)
    7.trakhir bila semua gagal “sang dalang” akan intervensi langsung dengan payung resolusi PBB

  • deasy
    March 12, 2015 at 11:11 am

    Bahkan ada lg cerita dr kakek2 terdahulu kalo super semar terdiri atas 2 lembar. Lembar ke2 yg hilang adlh pengembalian kekuasaan. Dan lembar ke2 inilah yg dgn sengaja di keep oleh org2 yg berkepentingan. Yg sampe sekarang hilang raib entah kemana. Wallahualam…

  • karma
    March 12, 2015 at 8:19 pm

    Dan skenario yg sama dimainkan di ’98

  • OrbaFuckinShit
    March 13, 2015 at 7:45 am

    @karma persis !!! instant karma buat suharto cs 😛

  • Billy Koesoemadinata
    March 13, 2015 at 1:11 pm

    benar atau tidak, ini sejarah.

  • febrian
    October 25, 2017 at 4:08 am

    Disni ada yg janggal sebanrnya 2 asli yg di ttd BK karena rangkap 3 jelas 1 lembar surat rangkap 3 biasa nya putih merah dan kuning jika betul 1 di bawa jika memang dibawa jend amir mahmud dan 1 lembar disimpan sebagai otentik berkas yg disimpan jend subur utuh tapi karena di bawa ke KOTI kemungkinan isi dr surat yg di ttd beserta isi nya bisa saja di rubah pada saat itu seakan akan datang dr BK karena semua bisa saja terjadi dan tidak ada yg tidak mungkin pada saat itu karena rumor bahwa salinan ada di jend yusuf tidak terbukti karena salinan ada di jend subur juga yg utuh rangkap 3 kalau pun hilang atau apapun itu di jendral yusuf tadi karena 2 jendral yg lain hanya menyaksikan isi berita yg dibuat akhirnya misteri ini terpecahkan hanya saja salinan yg di pegang jend subur kemana rimba nya jelas jend subur lebih tau keberadaan salinan aslinya yg disimpan (otentik)

  • OrbaFuckinShit
    October 25, 2017 at 1:07 pm

    @febrian SP 11 Maret sebetulnya sudah “dimusnahkan” oleh klik suharto agar tidak bisa diungkit lagi….sesungguhnya ada SP 13 Maret yg isinya mencabut wewenang SP 11 Maret namun dokumen tsb juga hilang entah kemana

  • gunawan
    October 24, 2018 at 11:22 am

    Faktanya Bung Karno tidak membatalkan apa yang sudah diputuskan Suharto membubarkan PKI dgn berbekal SP11 Maret, padahal bung Karno masih presiden hingga 1967. Malah pidato Bung karno 17 Agustus-1966 memuji dan berterimakasih kepada jend Suharto yg telah menjalankan dengan baik Sp11 maret dan disambut tepuk tangan gemuruh audiense. Kalau yang cerdas logika pasti bisa menyimpulkan sendiri. Itulah yang dimaksud pak harto minta Bung karno nanti mengegongi saja kalau tidak berani membubarkan PKI krn terlanjur malu kpd dunia international tapi membubarkan lewat tangan Suharto.
    SP11 maret telah dikukuhkan menjadi Tap MPRS sumber hukum lebih tinggi, analoginya antara kwitansi beli rumah dengan akta notaris, kwitansi hilang gpp karena akte notaris sudah ada.

  • gunawan
    October 24, 2018 at 11:48 am

    Kesimpulan saya soal SP 11 maret pembubaran PKi adalah hanya kedua beliau yang tahu suasana batin proses kejadiannya. tapi bagi yg cerdas logika yg tdk terkontasminasi dukung mendukung suhartoisme vs sukarnoisme pasti bisa menyimpulkan.
    Dibuat seolah bung Karno kecolongan dgn keluarnya SP11 maret tapi sejatinya Bung karno menyerah dgn tuntutan massive saat itu akan pembubaran PKI,di sisi lain dia sudah terlanjur membanggakan dan menjual konsep nasakom ke dunia international bung karno tidak mau kehilangan muka maka menggunakan tangan suharto tapi tidak kasat mata beliau ikut niat membubarkan….PAHAM LOE SEMUA…..

  • gunawan
    October 24, 2018 at 11:55 am

    Yang melengserkan bung karno itu tap MPRS tap no XXXIII, tuntuntan demo mahasiswa besar2an , pak nasution ketua MPRS, kaum nasionalis agamis yang anti PKI dan masih banyak lagi.
    saat itu tidak bisa dibedakan antara Sukarnois dan simpatisan PKI, makanya semua dibabat habis oleh Pak Haarto kecuali bung Karno itu sendiri karena pak harto mikul duwur mendem jero kpada orang tua meski bersalah dan fakta nya memang bung karno sedang ditunggangi PKI

  • orbaSHIT
    November 14, 2018 at 1:00 pm

    @gunawan agree to disagree bukan karena gw pengagum BK trus gw musuhin suharto dan kliknya tanpa alasan jelas :
    1. suharto jelas melakukan kudeta dan melakukan pembantaian manusia salah satu yg terbesar salam sejarah…tap MPRS yg lo sebutin di atas dibuat setelah penyingkiran anggota legislatif dimana mereka ditangkap dan dipreteli jabatanya tanpa ada BUKTI hukum yg sah ! itu ajah dah jelas niat klik suharto ini kok…
    2. mikul dhuwur…whateves my fuckin ass !….suharto justru memperlakukan BK secara biadab dengan “memenjarakanya” di wisma yaso dan dibiarkan penyakitan
    3. PKI secara organisasi TIDAK TAHU MENAHU pristiwa GESTOK 65, dibuktikan dengan rencana yg amatiran dan tidak ada koordinasi di lapangan antara para pemimpin PKI di daerah2 mangkanya PKI habis dalam sekali pukul
    4. siapa menunggangi siapa kita belum jelas tuduhan bahwa PKI adalah aktor intelektual GESTOK 65 disuarakan oleh YOGA SUGAMA kepala intel kostrad saat itu tanpa ada bukti yg kuat dan diamini nasution
    5.argumentasi lo yg permisif terhadap ORBA sudah ketebak tidak mencerminkan tingkat literasi lo PAHAM ape lo ape lo 😛

  • joko aringeluci
    November 15, 2018 at 1:01 pm

    Conspirasy jahat

  • orbaSHIT
    November 15, 2018 at 3:17 pm

    @gunawan dan satu lagi suharto juga dapet karma dari yang dia perbuat ke BK yaitu TAP MPR XI/MPR/1998 dimana dia dapet status sebagai RAJA MALING, seharusnya dia DIADILI tapi ngeles molo alesan sakit…ehhh sakit parah beneran 😛

  • Gembong
    March 22, 2019 at 6:16 am

    Kalo PKI tdk bubarkan pasti juga akan merebut kekuasaan, satu sisi kita juga dibantu Uni soviet utk merebut Irian Jaya, ini suatu keputusan sulit karena ideologi nasakom tidak mungkin diterapkan.

  • Sadam
    December 21, 2019 at 4:10 pm

    Dengan alasan apapun Suharto kudeta terhadap pemerintah yang sah.dialah antek asing yg sebenatnya hanya ktn ambisi harta dan jabatan. Rela membunuh bangsa nya sendiri dengan segudang alasan. Seandainya sukarno tdk dikudeta.takan ada BUMN kali. Yang ada adalah mulyinasional yg hebat dan perkasa dengan segudang aset.harta kekayaan bangsa indoanesia utuh tak tersentuh asing. Tapi karena si harto itu kini legal aset indonesaia tercabik cabik terpotong dan terbagi bagi di belahan negara2 sekutu amerika. Cina pun memegang banyak sisa estapet dari para kroni belanda. Krn tdk lagi nasionalisasi perusahaan asing di indonesiasebagai wujud pemindahan kekuasaan dari belanda,jepang ke indonesia. Ane pikir Dosa suharto tak terbayangkan. Mgkn seumur indonesia berdiri dan selama harta bangsa indonesia belum terbayarkan oleh para penjajah. Dia dengan so soan ikut ikutan mendukung jaman baru /era baru yg di mercusuarkan oleh amerika dan yahudi. Sembari gak ngerti suharto dengan otde barunya mengembalikan perbudakan modern dan melancarkan Imperialisme modern di Bumi indonesia tercinta.

Leave a Reply

*