( Jika ) Ramadhan terakhir

Kesunyian apa yang kau dapatkan ketika kau bersujud dalam hentangan alam semesta raya. Sendiri dibawah langit bertabur bintang gemintang dan gema takbir disana sini ? Saya tak pernah mendapat jawaban. Sampai saat itu. Saya selalu bertanya tanya dimanakah kau Allah yang Maha Perkasa. Saya selalu merunduk merendahkan diri sambil berharap Rasulullah akan menyapa lembut.

Apa yang dilihat seorang pekerja film yang berbicara tentang Tuhannya. Tak mudah dalam lingkungan film sangat variable dan katanya penuh mudarat. Demikian saya, yang puasanya masih tambal sulam dan juga sholat sekenanya. Barangkali lampu lampu besar di studio telah menyilaukan saya, atau mata lensa kamera itu justru membutakan pencaharian saya.
Sampai waktu itu saya membuat dokumenter sebuah pesantren milik pengusaha besar di kawasan perbukitan bogor yang sejuk. Saya tak tahu kenapa saya mau saja menerima tawaran ini. Tak ada prestigenya. Honornya juga ala kadarnya dibanding mengerjakan sebuah fim iklan.

Sayapun ditertawakan teman teman. Seorang yang dangkal pengetahuan agamanya disuruh membuat film dokumentasi agama. Masalahnya saya harus tinggal disana untuk sekian hari.
Mau tidak mau harus membiasakan pagi pagi sholat subuh. Kedinginan dan sungguh berat waktu itu. Sementara anak anak kecil penghuni pesantren, bagaikan malaikat balatentara surga yang memancarkan wajah cerah di pagi buta itu, berbanding terbalik saya dengan wajah sebal mengantuk.

Saya geli membayangkan kameramen saya yang menggerutu, harus ikut sholat.
“ Kapan selesainya syutingnya boss..? kebanyakan break sholat “
Karena waktu itu juga bulan puasa. Maka kami harus berpuasa, dan hari hari produksi dipenuhi dengan wajah wajah crew yang memelas.

Sampai suatu saat , ketika sedang beristirahat leyeh leyeh. Kami mendengarkan sang ustad yang usianya mungkin jauh dibawah saya sedang memberikan ceramah tentang sebuah cerita, kepada murid murid tersebut.
Sayup sayup suara itu menembus udara malam pegunungan. Merambat ke setiap relung hati kami.
Begini ceritanya. Konon ketika disebuah tempat pengadilan di akhirat kelak. Seseorang yang penuh dosa dalam menghabiskan hidupnya di bumi sedang ditanya oleh juru tuntut , sang malaikat. Tentu saja dengan saksi saksi yang memberatkan. Para anggota tubuhnya sendiri.

“ Wahai mata. Apa yang dilakukan oleh manusia ini ? “ Tanya sang malaikat.
Sang mata menjawab. “ Ia selalu melihat dengan penuh hawa nafsu terhadap wanita wanita yang bukan istrinya “.
“ Wahai mulut. Apa yang dilakukan oleh manusia ini ‘ ?
Sang mulut menjawab. “ Ia selalu berkata fitnah, menjelek jelekan orang lain dan mengumbar penyangkalan terhadap agamanya “.
Lalu Malaikat menoleh kepada tangan. “ Wahai tangan apa yang kau lihat ?”.
Tangan menjawab “ Ia selalu mencuri, dan menyembunyikan hak anak yatim, zakat dan sedekah “.

“ Bagaimana denganmu kaki ? “. Tanya si Malaikat lebih lanjut.
“ Manusia ini selalu melangkahkan kakinya menuju tempat dosa, dan lari dari panggilan sholat “.
Baiklah, kata Malaikat. “ Api neraka akan membakarmu atas dosa yang kau lakukan. Namun sebelum itu apakah ada pembelaan dari anggota tubuh yang lain ? “.
Manusia menunduk tak berdaya. Pasrah sampai tiba tiba terdengar suara lirih. Si bulu mata berbicara.
“ Saya melihatnya dia bertobat dengan sepenuh jiwa. Memohon ampun kepada Allah swt . Air matanya membasahi bulu mata ini. Bukankah Nabi pernah berjanji, bahwa apabila ada seorang hamba yang kemudian bertobat, walaupun selembar bulu matanya saja yang terbasahi air matanya, namun sudah diharamkan dirinya dari ancaman api neraka .“ Bela si bulu mata.

Ini bukan main main. Sungguh cerita tentang manusia yang terselamatkan karena tangisan taubat yang membasahi bulu matanya sungguh menyentuh jiwa kami saat itu. Suasana hening di kamar itu. Gusti Allah ora sare.

Selalu saja ada tempat pengampunan bagi mereka yang ingin kembali. Malam takbiran ini saya kembali mendapat sms dari kameramen saya yang dulu itu. Isinya menyejukan dan menyemangati bahwa tak ada kata terlambat untuk bertobat. Siapa tahu ini Ramadhan terakhir bagi kita.
Begini isi smsnya.

Dari Anas bin Malik ra berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman,”Wahai anak Adam, selama kamu berdoa dan berharap kepada- Ku, maka Aku mengampuni dosa-dosa lampaumu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, meski dosamu sepenuh langit, namun bila kamu meminta ampun kepada-Ku, pastilah Ku ampuni dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, meski kamu datang kepada Ku dengan dosa sepenuh bumi namun bila kamu menemui-Ku tanpa syirik kepada-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh itu juga. (HR. At-Tirmizy).

Jadi masihkah saya harus mencari Tuhanku ? Hanya diri kita yang bisa memecahkan kesunyian rahasia kehidupan ini.
Dentum suara petasan dan kembang api terlalu keras malam ini.

* foto dari sini

You Might Also Like

43 Comments

  • nicowijaya
    September 20, 2009 at 1:17 am

    like it!

  • dita.gigi
    September 20, 2009 at 1:23 am

    merinding mas bacanya… 😐 tapi keren n bener banget… 🙁

    *mewek*

  • suprie
    September 20, 2009 at 1:24 am

    keren mas, memang hidayah dateng tak pernah di duga

  • meong
    September 20, 2009 at 1:34 am

    selamat lebaran mas, lahir batin, lebaran gak hanya di lahir tp juga batin..

    🙁 🙁
    *entah kenapa tiap malam lebaran sll sedih*

    wah rupanya malam ini bukan saja malam lebaran tp juga hari petasan se indonesia. ga di jakarta tp jua di kampung pelosok jogja :&

  • hedi
    September 20, 2009 at 3:51 am

    Tuhan ada di mana-mana, mas…hanya kita yang kadang nggak (mau) menyadarinya *teori lagi* 🙂

  • Wawan
    September 20, 2009 at 3:56 am

    Selamat lebaran..
    mohon maaf lahir dan batin

    Namun itu bukan berarti kita hanya melakukan pertaubatan saja.
    yang lain tetap harus dikerjakan

  • ilham saibi
    September 20, 2009 at 4:42 am

    merinding aku waktu baca “Siapa tahu ini Ramadhan terakhir bagi kita”

    selamat idul fitri 1430 H om.
    Maaf lahir bathin…

  • nadia
    September 20, 2009 at 6:31 am

    minal aidin wal fa idzin mas iman.
    Selamat lebaran. 🙂

  • arham blogpreneur
    September 20, 2009 at 7:50 am

    selamat lebaran :). minal aidin wal fa idzin mas iman

    Dengan tulisan ini semoga cahaya cahaya taubat bisa menyinari relung relung jiwa yang telah menghitam… Amien….

  • kanglurik
    September 20, 2009 at 2:37 pm

    Kasih ALLOH SWT kepada hamba-Nya tdak akan ptus tapi cinta dan kasih hamba ini kepada-Nya mungkin terbatas.
    Mari kita bertobat kawan.

  • Riyanto
    September 20, 2009 at 5:50 pm

    Jadikan aku manusia yang beriman dan bertaqwa kepadamu Ya Allah.

    Merasa bersyukur dan bahagia Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

    Atas segala yang Kau limpahkan.

  • pitik
    September 20, 2009 at 5:54 pm

    tuhan sangat dekat, misalnya pas gempa kemarin dan terjebak di lantai 26..semua orang nyebut tuhan masing-masing…

  • Riyanto
    September 20, 2009 at 5:55 pm

    Minal Aidzin Walfaidzin Mas…. Iman.

    Sedih aku rasane….. lebaran gak bisa pulang.

  • Dilla
    September 20, 2009 at 6:40 pm

    Tak ada kata kerlambat untuk bertobat..
    Maaf lahir batin mas iman.. 🙂

  • siska
    September 20, 2009 at 7:42 pm

    met lebaran pak Iman…maaf lahir batin 🙂

  • DV
    September 20, 2009 at 7:57 pm

    Sugeng riyadi, Mas Iman!

  • Vavai
    September 20, 2009 at 8:15 pm

    Tulisan yang bernas dan menyejukkan mas. Bermanfaat sekali. Bisa menjadi bahan renungan dan menjadi kerinduan untuk mengalaminya.

    Saya pernah di Pesantren selama 1 minggu, berat sekali buat saya, namun saat saya kembali beraktivitas di keseharian, saya malah sering rindu pada suasana kala di Pesantren.

    Terima kasih untuk tulisan yang menggugah ini.

  • Nicky
    September 20, 2009 at 9:44 pm

    Indahnya bisa menemukan Tuhan itu..
    Minal Aidin juga dan turut berbahagia di hari kemenangan

  • satch
    September 21, 2009 at 12:03 am

    di sini yang tambal sulam, di sana yang mati-matian memperjuangkan puasanya. saya pernah baca bukunya arief natakusumah – judulnya lupa – yang isinya tentang silang sengkarut antara politik dan sepakbola. salah satunya ada cerita tentang salah seorang legionnaire newcastle utd – lagi-lagi saya lupa namanya – yang diamuk manajernya karena penampilannya di lapangan tidak seprima biasanya. kelanjutannya, dia ketahuan tidak menyantap porsi makanan yang disediakan oleh ahli nutrisinya newcastle. hal ini dipermasalahkan. dan jawabannya, “coach, saya puasa.”

    atau juga cerita tentang nicolas anelka yang dimarahi gara2 keluar malam dan ternyata belakangan didapati kalo yang bersangkutan keluar malam buat begadang di masjid gara-gara i’tikaf.

    ah ya, tapi bahasan ini sudah lewat. sekarang sudah bulan syawal. jadi, selamat lebaran, mas. mohon maaf lahir dan batin.

  • geblek
    September 21, 2009 at 8:27 am

    cerita yang menarik untuk memotivasi diri
    selamat idul fitri mas, mohon maaf lahir dan bathin

  • Yoki
    September 21, 2009 at 12:14 pm

    So deep!..thanks kawan sudah memperknalkan dengan makna tuhan bagi anak adam ini yang lebih banyak alpha memenuhi berkali kali langit….
    Saya tidak lah mengenal sampeyan secara langsung, tapi pernah lah bergumam setelah membaca tulisan yang selalu bermakna dituturkan…

    Mohon Maaf Batin…semoga berkenalan dengan Tuhan bukan hanya di waktu lebaran, tapi setiap kita menghirup nafas….

  • zam
    September 21, 2009 at 5:19 pm

    semoga Ramadhan kemarin bukan Ramadhan terakhir saya.. selamat idu fitri, mas! saya mohon maaf secara hardware dan software..

    jangan lupa oleh-oleh daru Dublin.. 😀

  • nicowijaya
    September 21, 2009 at 10:11 pm

    waa iya.. oleh2 dari dublin buat perjamuan maaaas…

  • areef
    September 21, 2009 at 11:11 pm

    mohon maaf lahir bathin ya mas Iman…
    mrinding bacanyaa…brrrr..

  • elia bintang.
    September 22, 2009 at 4:35 am

    minal aidin wal faidzin. selamat lebaran!

    hidayah memang seringkali datang disaat yg ga diduga2 yah..

  • Ahmad
    September 22, 2009 at 7:54 am

    Selamat lebaran, Mas. Semoga bulu mata kita akan selalu basah dengan air mata.

  • edratna
    September 22, 2009 at 9:53 am

    Cerita yang sangat menyejukkan mas Iman.
    Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin

  • haris
    September 22, 2009 at 2:36 pm

    manusia selalu berpikir ia masih akan (terus) punya kesempatan. tapi apa iya? susah mas mengingat mati itu. selamat lebaran mas. mohon maaf lahir batin

  • nothing
    September 22, 2009 at 7:24 pm

    Tuhan memang ora sare

    maaf lahir batin ya mas Imam, ..

  • dhodie
    September 22, 2009 at 11:40 pm

    Inspiring… Makasih udah berbagi cerita ini Mas.

  • Yuda
    September 23, 2009 at 3:01 pm

    sugeng riyaden

  • wieda
    September 23, 2009 at 11:53 pm

    wow….bener2 bagus crita mas Imam ini…
    saya masih juga “kaco beliau” ibadahnya…sholatnya, sedekahnya dll nya

    “Selamat Idul Fitri, maaf kan segala kesalahan saya”

  • mitra w
    September 24, 2009 at 3:32 pm

    dalem….

  • imemz
    September 24, 2009 at 5:17 pm

    membaca ini jadi membuatku berpikir.
    berarti apa yg kita perbuat pasti diminta pertanggungjawabannya.

    salam kenal dari mas Imam utk mas Iman. hehehe 🙂

  • cc-line
    September 25, 2009 at 6:39 am

    jika para sahabat Nabi SAW aja selalu dan selalu gelisah ketika ditinggal Ramadhan, karena khawatir amal2nya gak diterima-Nya? Pantaskah kita yang beramal “apa adanya” berbangga2 “meraih kemenangan” atau “kembali suci” untuk siap kembali mengotori diri ini pada 11 bulan sesudahnya dengan dosa dan maksiat?
    Jangan lihat kenerhasilan puasa kita pada bulan Ramadhan… tapi mari saling berkaca diri pada beningnya hati. Masihkah kita temui Tuhan pada bulan Syawal dan bulan2 berikutnya… Sapa tau, kemaren adalah Ramadhan terakhir bagi kita…
    Moga zakat, shalat, dan puasa kita meski masih ‘alakadarnya’ bisa jadi penolong kita di Yaumil Hisab layaknya selembar bulu mata yang basah oleh airmata taubat… Amien.
    Thx Mas Iman dah pake foto-ku buat ilustrasi tulisan ini…

  • racheedus
    September 25, 2009 at 6:49 pm

    Adanya Tuhan tergantung diri kita. Seperti untaian lagu Bimbo: Aku jauh, Engkau jauh. Aku dekat, Engkau dekat.

    Sugeng riyadi, Mas Iman. Nyuwun agunge pangapunten.

  • bang FIKO
    September 25, 2009 at 7:40 pm

    Minal Aidin Walfaidzin…
    Mohon Maaf Lahir dan Bathin

  • Fickry
    September 27, 2009 at 1:40 pm

    T_T

    merinding saya mas Iman. T_T

  • wahyu hidayat
    September 28, 2009 at 6:50 am

    jalani kewajiban semampi kita dan sebaik2 nya, pelan-pelan memperbaiki kekurangan dan kesalahan..baru itu yg bisa saya lakukan.

    Selamet idul fitri mas iman..maaf lahir bathin..u’r my fave… :p
    (btw, koq ga bisa di buka pake opera mini via hp ni blog)

  • lady
    September 30, 2009 at 6:37 pm

    bagi saya ini postingan terbaik dari yang pernah saya baca di blog ini 🙂

  • Untitled
    October 22, 2009 at 1:37 pm

    Gusti Allah ora sare.

    🙂

  • indrafathiana
    October 23, 2009 at 12:48 pm

    nice posting..
    hadits terakhir yg disebut itu aku suka banget.. jg jadi penyemangat waktu takut sm dosa2..
    smg kita menjadi org2 yang taqwa, mas. amin..

  • ihda qori
    August 27, 2011 at 2:17 am

    Allah Maha besar…..
    dalam keterlambatan ini aku datang, membaca dan memaknai
    belum terlambat, karena ku yaqin saat ini pintu taubat masih terbuka…..
    gapai tanganku Rabb…. aku masih hamba_Mu, yang tetap setia mengabdi…semoga..
    tiket ridlo_MU masih ada untukku…

    trim’s mas Iman…
    Taqabbalallah minna wa minkum

Leave a Reply

*