HITUNG HITUNGAN DENGAN TUHAN

“ Orang orang Barat sudah pergi ke bulan, tapi kita masih bertengkar mengenai mengintip bulan “ – KH Hasyim Muzadi

Bulan puasa hampir selesai tetapi masih saja orang ribut ribut bertengkar tentang kesepakatan 1 syawal 1428 Hijriah. Sementara di pojok negeri para pembela syariat , sibuk melakukan razia orang orang berpuasa dan penggerebakan warung dan restaurant yang buka di siang hari. Puasa juga membuat seolah kita memiliki privilege untuk dihormati dan lebih penting lagi menentukan ‘hitam putihnya’ sebuah konsep kehidupan dalam masyarakat yang pluralistik. Karena puasa ribuan orang pegawai pijat bersih, spa dan refleksi ,harus kehilangan uang tambahan berlebaran karena tempat kerjanya kena imbas harus tutup. Karena puasa juga orang orang kecil pemilik warung makan dan jamu hanya bisa menangis melihat usahanya diobrak abrik laskar .

Bisakah bulan puasa berjalan tanpa mengganggu hajat hidup orang banyak ? Padahal kalau keimanan saya berpuasa terganggu, itu karena diri saya sendiri yang gemblung, bukan karena orang orang yang asyik mengunyah makanan di pinggir jalan. Akhirnya dengan puasa kita menjadi polisi fiqih yang bertindak atas nama Tuhan, padahal mungkin Tuhan sendiri tidak pernah repot repot memikirkan ini. Karena Allah bukanlah tipe oppressed yang perlu dibela.

Bulan puasa beberapa tahun yang lalu saya sempat bertemu dengan Pak Yoesoef, seorang editor dan penerbit buku dari Hasta Mitra, sebuah lembaga yang pertama tama menerbitkan buku buku Pramudya Ananta Toer. Ia juga ikut mendekam di pulau Buru bersama tahanan politik lainnya. Waktu itu saya setengah menyindir setengah bertanya mengapa dia tidak berpuasa hari itu.

Ia hanya tersemyum dan menjawab, “ Nak, janganlah kau mengajarkan aku hakekat puasa, jika kau bangga dengan ritual selama 30 hari dalam setahun sekali..Saya telah berpuasa setiap hari selama 15 tahun, dalam ketakutan karena nyawa kami yang bisa setiap saat diambil tentara, ketika kami harus memakan apa saja, tikus, belalang untuk memperpanjang hidup..”

Ternyata saya baru tahu karena Pak Yoeseof sudah tua,maka banyak penyakit yang menggerogoti sehingga tidak bisa berpuasa. Kalau Pak Yoesoef tidak puasa, kita tidak berhak memarahi atau membencinya dengan landasan kita sedang membela hukum Allah. Pak Yoesoef sudah cukup tua untuk mengkalkulasikan pertimbangan hitungan hitungan pribadinya dengan Allah dan Allah sendiri sudah menyediakan lembaga peradilan atas dosa pahala manusia, sehingga tidak perlu diambil oleh peradilan budaya keagamaan manusia atau organisasi bentukan manusia.

Budayawan Emha Ainun Najib menjabarkan ilustrasi menarik mengenai pembagian kesadaran rohani yakni ana insan, ana abdulah dan khalifatullah . Saya mungkin masih ana insan atau ‘ aku manusia ‘ yang terlalu disibukan dengan eksistensi sebagai seseorang. Sehingga dengan mudah membatalkan puasa dengan segelas es teh manis,saat matahari terik teriknya di lokasi syuting gunung kapur Cibinong. Hanya dengan alasan kepala kleyengan. Sementara ada juga orang orang dalam tahap ana’abdullah atau ‘aku hamba Allah’. Sehingga hanya kepatuhan kepada Allah yang dibela.

Dua kesadaran ini membuat Islam hanya terbelenggu oleh tata krama, sembayang sunnah, serta yang dibicarakan masalah halal haram. Tetapi diam diam Pak Yoesof juga menyumbangkan sebagian besar pendapatannya dari penerbitan buku buku Pram untuk anak yatim, fakir miskin. Berarti ia manjadi khalifatullah, bersikap demokratis terhadap seluruh anggota alam, seluruh hamba Allah dan segenap isi bumi. Orang orang beriman kini makin diuji apakah mereka lebih memilih ‘pahala pribadi’atau ‘ menyumbangkan diri ‘ bagi proses proses sosial, demokrasi, keadilan dan hak asasi manusia.

Kalau sewaktu berangkat ke Mesjid untuk salat jum’at tiba tiba anda melihat orang tertabrak mobil – padahal suara ikamah sudah terdengar di corong mesjid – apa yang anda lakukan ? Jika Pak Yoesoef tahu bahwa seluruh pemasukan dari penerbitannya tidak seluruhnya merupakan hak miliknya, sehingga sebagian diserahkan kepada kaum miskin yang menghakinya. Pasti bukan jaminan kemiskinan akan lenyap dari muka bumi. Tetapi ia telah menjalankan kerangka duniawi-ukhrawi hitung hitungan dengan Allah.
Ia telah lebih dari tingkatan insan dan abdullah,ia Khalifatullah.

Mudah mudahan juga Kyai Hasyim dan Kyai Din tak perlu buang buang energi bertarung siapa yang benar, toh menurut Al Qur’an patuhi ulil amri yakni Pemerintah. Menurut para ahli fiqih, keputusan waliyyul amri, atau hakim syari’i atau sulthan atau pemerintah bisa menyelesaikan permasalahan.
Selamat Idul Fitri, Minal aidin wal faidzin.

Photo : from Google

You Might Also Like

32 Comments

  • goz
    October 10, 2007 at 3:16 pm

    hmm.. very inspiring post, salam kenal mas iman =)

  • Urip Herdiman
    October 10, 2007 at 3:27 pm

    Memang menyedihkan, karena banyak yang harus kehilangan nafkah selama bulan puasa ini, sementara kebutuhan meningkat, terutamamenjelang Lebaran.

  • sutrisno mahardika
    October 10, 2007 at 8:23 pm

    minal aidin mas Iman, mohon maaf lahir dan batin….

  • ikram
    October 10, 2007 at 8:55 pm

    “Pak Yoesoef sudah cukup tua untuk mengkalkulasikan pertimbangan hitungan hitungan pribadinya dengan Allah dan Allah sendiri sudah menyediakan lembaga peradilan atas dosa pahala manusia, sehingga tidak perlu diambil oleh peradilan budaya keagamaan manusia atau organisasi bentukan manusia.”

    Saya sepakat dengan kalimat itu. Pahala dan dosa orang sudah ada yang menghitung, bukan bagian kita lagi.

    Bagaimanapun Mas Iman, blog FPI itu bukanlah bikinan FPI, melainkan Radityo Djadjoeri.

    🙂

  • Hedi
    October 10, 2007 at 9:22 pm

    Sebagai orang non muslim, bolehlah saya ikut memohon maap lahir batin, selamat berlebaran.

  • kenny
    October 10, 2007 at 9:36 pm

    minal a’idzin wal faidzin, maaf lahir batin mas

  • Totok Sugianto
    October 10, 2007 at 10:48 pm

    Tak ada gading yang tak retak, selama kita masih manusia “ana insan” maka pasti tempatnya khilaf. Jadi sekalian saya juga mengucapkan Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

  • ekowanz
    October 10, 2007 at 11:22 pm

    mohon maaf lahir batin mas iman…
    udh mudik kah ini?

  • -Fitri Mohan-
    October 11, 2007 at 12:12 am

    mas iman, met idul fitri ya. minal aidin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin.

  • Innuendo
    October 11, 2007 at 12:15 am

    gitulah kalo selalunya ingin dihormati. bukankah puasa itu memang tujuannya untuk manahan godaan ? masak gara2x ngeliat warung buka atau panti pijat jadi ikutan makan atau mijat.

    islam akan terpecah menjadi 72 dan cuma satu yg bener, yg 71 gak tau kemana…mudah mudahan tgl 13 ikut yg ‘satu’ itu.

  • hanum
    October 11, 2007 at 12:56 am

    Begitulah kalau “tentara langit” sudah turun..ada saja yang hancur dibuatnya dengan mengatas-namakan “tuhan”.

    Sepakat dengan Pak Yoesoef…(salam Pak)

    Ya, sebaiknya puasa tidak hanya sampai pada ritual saja. Namun dapat menjadi kaki yang menjejak dibumi. Sehingga menjadi rahmatan lil alamin…(berbagi kepada sesama)

    Bersihkan diri…
    Sucikan hati…
    Selamat Idul fitri…

  • za
    October 11, 2007 at 8:27 am

    lebaran sebentar lagi datang, artinya ramadhan udah akan pergi… padahal keranjang2 ini masih penuh dengan doa…u_u

    yaah mudah2an, kita termasuk orang yang menang. Aminnn

    Minal aidzin wal faidzin ^_^

  • Iko
    October 11, 2007 at 8:33 am

    Taqabbalallahu minna wa minkum
    Minal Aidin Wal Faidzin

    Selamat Idul Fitri, Mas Imam & Kel.

    Betapa senangnya bertemu dengan seseorg yg memberika inspirasi terhadap kita… 🙂

    OOT: Desain templatenya baru 😀

  • Rey
    October 11, 2007 at 8:47 am

    Pendapat sok tauku ya pak, aku rasa Rasulullah kecewa bgt kl tau apa yg dilakukan FPI skrg. Mgkn beliau akan berkata “aku kan selalu mengajarkan utk lemah lembut kpd siapa pun, lha kok kalian sak penak’e dhewe gitu. Bikin malu nama Islam aja”. Maap… pendapat ngawur 😀

    Btw Taqaballahu minna wa minka
    Mohon maaf kalo ada salah2 🙂

  • Mbilung
    October 11, 2007 at 10:32 am

    minal aidin wal faidzin Mas Iman, mohon maaf lahir bathin.

  • wkurniawan
    October 11, 2007 at 11:06 am

    nderek ngaturaken sugeng riyadi… mohon maaf lahir batin…

  • Nico Wijaya
    October 11, 2007 at 2:19 pm

    lagi-lagi pergi kebulan.
    btw mas, saya setuju tuh dengan mematuhi ulil amri. dalilnya jelas sih.
    maaf lahir bathin yaa…

  • ichal
    October 11, 2007 at 4:35 pm

    mari kuatkan tiang-tiang penyangga langit, demi kedamaian.

    met menggapai fitrah,,
    mohon maaf lahir bathin!!

  • Hani
    October 11, 2007 at 6:24 pm

    nice posting 😉

    met lebaran ya mas. ma’af lahir bathin.

    btw, saya kalo lagi kangen indo, pasti ngintip youtubenya mas iman…hehehe

  • Aris
    October 12, 2007 at 5:32 am

    Met idul fitri, maaf lahir dan bathin

  • Kurt
    October 13, 2007 at 3:32 pm

    Menjadi polisi agama itu konon enak, karena hidupnya untuk membela Allah… (apa ini semacam, cari muka di hadapan Allah???

    selamat lebaran ya kang… kami menanti renungan2 lanjutanya…

  • Yunita Panther
    October 13, 2007 at 9:56 pm

    Mohon maaf lahir dan bathin ya mas. Minal aidin wal faidin

  • -tikabanget-
    October 15, 2007 at 2:20 am

    maap maapaaann…!! ^^
    *salaman*

  • rievees
    October 15, 2007 at 11:52 am

    Maaf lahir batin ya mas 🙂

  • ayahshiva
    October 15, 2007 at 12:34 pm

    postingannya mendalam banget, hany bisa terdiam membacanya.
    btw makasih udah mampir ke rumah aku.
    met lebaran ya, mohon maaf lahir batin

  • Goop
    October 17, 2007 at 12:33 pm

    Bagus sangat, sungguh menyadarkan, saia saluth, salam kenal terima kasih sudah mampir kemarin, mohon maaf lahir dan batin.

  • Giel
    October 18, 2007 at 12:52 pm

    Mas Iman, mohon dibukakan pintu maaf untuk segala salah dan khilaf agil…

    selamat berlebaran dan menikmati hari libur….

  • siska
    October 22, 2007 at 12:15 am

    Hmm saya suka postingan ini. nice blog!

  • ado
    October 25, 2007 at 3:55 pm

    sekedar mampir baca2. salam kenal.

  • Iyank Sugesti
    October 26, 2007 at 10:30 am

    still wondering, aku ngeliat & merasa, kenapa bulan puasa seolah jadi pembenaran oleh beberapa oknum untuk mematikan nafkah orang lain.

    seandainya saja, semua orang bisa atau mau berpikir seperti mas iman…

  • mnizar
    October 26, 2007 at 5:25 pm

    mantap kali blognya
    dalam dan mengena..

  • Untitled
    October 22, 2009 at 1:01 pm

    Pak Yoesoef sudah cukup tua untuk mengkalkulasikan pertimbangan hitungan hitungan pribadinya dengan Allah dan Allah sendiri sudah menyediakan lembaga peradilan atas dosa pahala manusia, sehingga tidak perlu diambil oleh peradilan budaya keagamaan manusia atau organisasi bentukan manusia.

    dan

    Orang orang beriman kini makin diuji apakah mereka lebih memilih ‘pahala pribadi’atau ‘ menyumbangkan diri ‘ bagi proses proses sosial, demokrasi, keadilan dan hak asasi manusia.

    Saya punya empat jempol buat dua kalimat itu, bagus.kena. Izin menyimpan ya, mas.
    Salam kenal

Leave a Reply

*