Harta Soekarno

emas.jpg TD Pardede , tokoh pengusaha asal Medan jaman dulu jika masih hidup tentu akan tercengang membaca berita majalah Tempo minggu ini :
Dari luar ruangan, sejumlah tokoh melihat pertemuan itu berlangsung dingin. Teh dalam cangkir berlogo Istana Presiden yang diangkut dari rumah Soeharto, tak disentuh. Hendarman – Jaksa Agung – kata sumber itu, lalu mengajukan konsep penyelesaian di luar pengadilan. Diantaranya, keluarga Soeharto harus membayar 4 trilyun kepada negara. Ini sepertiga dari tuntutan Pemerintah, yakni US $ 420 juta dan Rp 185 milyar plus ganti rugi immaterial Rp 10 trilyun atas Yayasan Supersemar .
Mbak Tutut dan adik adiknya hanya terdiam mendengar angka yang diajukan Pemerintah “
.

Si ompung yang dekat dengan Bung Karno pasti teringat saat suatu hari dia dipanggil mendadak ke Jakarta. Mengetahui betapa miskinnya sang Presidennya. Setelah ngobrol ngobrol bersama menteri lainnya, Presiden Republik Indonesia itu mengajak TD Pardede ke pojok ruangan.
“ Pardede, bisa kau pinjamkan aku uang ? “
Gelagapan karena langsung ditodong oleh penguasa negeri. TD Pardede merogoh saku saku jasnya dan memberikan seribu dollar dari kantongnya. Namun Bung Karno hanya mengambil secukupnya dan mengembalikan sisanya kepada Pardede.

Lain cerita salah satu ajudan terakhir,Putu Sugianitri seorang bekas Polisi wanita yang juga harus pensiun tanpa kejelasan. Suatu saat setelah tidak menjadi presiden, Bung Karno jalan jalan keliling kota dan tiba tiba ingin buah rambutan. ” Tri , beli rambutan “.
” Uangnya mana ? ” tanya si polwan asal Bali itu.
sing ngelah pis ” kata Bung Karno dalam bahasa Bali yang artinya ” saya tak punya uang “.
Jadilah sang ajudan memakai uang pribadinya untuk mantan presiden yang tidak memiliki uang.

Ada juga cerita dari Bang Ali Sadikin.
Saat ia menjabat Menko Maritim. Ia ditanya oleh Bung karno apakah ia bisa membantu bisnis mertua Bung Karno yang berkaitan dengan perijinan pelabuhan. Setelah dipelajari Ali Sadikin mengatakan tidak bisa. Peraturan mengatakan demikian.
“ Ya sudah , kalau tidak bisa “ kata Bung Karno.
Bang Ali berpikir. Luar biasa ini manusia. Padahal sebagai Presiden ia bisa memaksakan memberi perintah. Yang mengagumkan Bung Karno selanjutnya tidak pernah dendam, bahkan kelak mengangkat May.Jend KKO Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta.

keluarga-soekarno.jpgDari cerita tersebut diatas, kita tahu Bung Karno tidak pernah peduli dengan uang atau harta. Ketika turun dari kekuasaan kita tak pernah tahu bahwa Bung Karno dan keluarganya meninggalkan kekayaan yang melimpah ruah.
Saat mendapat surat dari Jenderal Soeharto, bahwa Bung Karno harus meninggalkan Istana Merdeka sebelum tanggal 16 Agustus 1967. Maka teman teman Bung Karno yang mengetahui rencana itu segera menawarkan dan menyediakan 6 rumah untuk tempat tinggal dan putera puteri Bung Karno.
Mendengar hal itu Bung Karno seketika marah, bahwa ia tidak menghendaki rumah rumah itu. Ia menginginkan semua anak anaknya pindah ke rumah Ibu Fatmawati.
Semua anak anak kalau meninggalkan Istana tidak boleh membawa apa apa, kecuali buku buku pelajaran, perhiasan sendiri dan pakaian sendiri. Barang barang lain seperti radio , televisi dan lain lain tidak boleh dibawa ! “
Demikian Bung Karno memerintahkan.
Guntur – putera tertua – setelah mendengar penjelasan itu merasa kecewa, karena ia sudah terlanjur menggulung kabel antenna TV yang akhirnya tidak boleh dibawa pergi.

Sementara Ibu Fatmawati mengeluh karena kamar di rumahnya tidak cukup.
Tak berapa lama datang truk dari Polisi yang membawa 4 tempat tidur dari kayu yang bersusun, dengan kasur dan bantalnya tapi tanpa sprei dan sarung bantal. Juga beras 6 karung.
“ Anak anakku semua disuruh tidur di tempat tidur susun dari kayu, tanpa sprei dan sarung bantal “
Konon Ibu Fat, marah marah kepada utusan yang membawa perlengkapan itu.

Bung Karno keluar dari istana dengan mengenakan kaos oblong cap cabe dan celana piyama warna krem. Baju piyamanya disampirkan ke pundak, dan ia memakai sandal bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang kertas Koran yang digulung, berisi bendera pusaka merah putih. Bendera yang dijahit oleh istrinya sendiri, ibu Fatmawati ketika masa proklamasi kemerdekaan dahulu.
Tak ada voor ridjer, pengawalan atau penghormatan seperti ketika Presiden Soeharto – yang diantar Jenderal Wiranto sampai ke mobil Mercedes – meninggalkan Istana Merdeka setelah menyerahkan jabatannya kepada Habibie.

tugu.jpgIa meninggalkan istana dengan mobil vw kodok yang dikendarai seorang supir asal kepolisian. Salah seorang anggota kawal pribadinya membawakan ovaltine, minuman air jeruk, air teh, air putih, kue kue serta obat obatan Bung Karno.
Itulah seluruh harta yang dimiliki Bung Karno ketika meninggalkan Istana.
Selebihnya ditinggalkan.
Kelak harta kekayaan Soekarno yang ditinggal di Istana didata oleh pihak penguasa dengan dibuatkan berita acara. Barang barang itu mulai dari logam emas batangan, lukisan lukisan, buku buku, pakaian, minyak wangi, bolpen, uang dollar yang semuanya bernilai tidak sedikit. Dan semua itu tidak pernah diserahkan kepada Bung Karno atau keluarganya. Tidak jelas siapa yang mewarisi.
Pada akhirnya tidak penting juga mewarisi sebuah kekayaan. Karena dia bukan berhala harta. Hanya sebuah janji yang tersisa yang wajib kita jaga, untuk sebuah Indonesia yang bersatu dan bermartabat. Tidak ada juga deal deal khusus. Hanya sebuah persetujuan dalam segenggam bait puisi Chiril Anwar.
Janji itu terus melintas jaman. Sampai kapanpun.

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
( Persetujuan dengan Bung Karno – Chairil Anwar )

You Might Also Like

211 Comments

  • ardal
    January 22, 2008 at 12:41 am

    wuih, merinding saya membacanya.
    bersih, bersih sekali Pak Karno meninggalkan istana!

    “Karena dia bukan berhala harta. Hanya sebuah janji yang tersisa yang wajib kita jaga, untuk sebuah Indonesia yang bersatu dan bermartabat. Tidak ada juga deal deal khusus. Hanya sebuah persetujuan dalam segenggam bait puisi Chiril Anwar. Janji itu terus melintas jaman. Sampai kapanpun.”

    Bagian ini sungguh ‘dalem’ banget !

  • extremusmilitis
    January 22, 2008 at 1:08 am

    Hidup Bung Karno!!!.
    Tidak sia-sia aku dan banyak lain-nya men-jadi-kan-nya sebagai legenda Pejuang dan Pahlawan yang benar-benar berangkat dari rakyat dan untuk rakyat. Betapa naif-nya bangsa ini setelah bangsa yang kata-nya besar ini di-bangun dengan susah payah oleh pemimpin rakyat, harus hancur oleh pemimpin yang kata-nya ber-jiwa besardompet tebal

  • leksa
    January 22, 2008 at 1:23 am

    sampai kapan mas posting Sukarno bergema di sini?
    walau saya terus menunggu side HIStory lainnya dari blog ini,..
    tetapi hati saya tidak kuat menahan gulana di hati.. 🙁

    Semoga bisa mengalahkan suara2 sumbang berita TV…

  • geblek
    January 22, 2008 at 1:51 am

    wow sosok inikah yg dicari di negeri tempe ini 🙂
    hai bung karno bangunlah, byk org menunggumu !

  • Aris
    January 22, 2008 at 2:31 am

    Mas kalau putra putri Bung KArno mewarisi semangat dan ketauladanan beliau gak ???

  • Doohan
    January 22, 2008 at 7:22 am

    indonesia memang masih membutuhkan pemimpin seperti dia.
    Coba bayangkan seandainya presiden kita, dan mentri-mentrinya punya pikiran seperti beliau yang tidak memikirkan harta,…
    *sambil mikir anggota mpr*

  • Gandhi
    January 22, 2008 at 7:25 am

    Berarti gak salah kalo di rumah leluhurku dipajang poto Bapak Soekarno dalam ukuran besar.

  • eriek
    January 22, 2008 at 8:07 am

    kalau membaca kisah di atas, saya kagum dengan sosok mantan presiden pertama RI Soekarno ini. jika dibandingkan dengan para mantan presiden RI setelah Soekarno, ehm…saya belum bisa mengaguminya, sekalipun termasuk anak Soekarno (Megawati Soekarno Putri) yang juga pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini.

    Betapa tidak, saat masih menjadi presiden RI, Soekarno dikagumi banyak orang karena kepemimpinannya dan termasuk berani. kalau saja ada sosok pemimpin seperti dia lagi kelak memimpin negeri ini ya…

  • parcendol
    January 22, 2008 at 8:44 am

    kelak, semoga terlahir pemimpin yang bertipikal pemimpin sejati, teladan bagi anak negeri..
    bukan tipikal ‘penguasa’ yang terbelit begitu banyak kepentingan sehingga lupa akan betapa beratnya amanat rakyat dipundaknya…
    indonesia saja..!!

  • diyantouchable
    January 22, 2008 at 9:21 am

    begitu seharusnya pemimpin kita, berangkat tidak membawa apa – apa, pulang juga tidak mengambil apa – apa…

  • aprikot
    January 22, 2008 at 9:30 am

    pagi pagi baca ini merinding mas….pemimpin yg seperti itu kekna seribu satu kapan di Indonesia akan terlahir pemimpin yang tak peduli harta? dan hanya benar2 memimpin

  • Donny Verdian
    January 22, 2008 at 10:36 am

    Yupe! Membaca tulisan ini seperti terusan bacaan saya di Majalah Tempo edisi terbaru.
    Tulisanmu sangat mengharu biru, Mas!
    Sewaktu aku membaca interview “si Nitri”, dan berpegang dari tulisanmu yang judulnya “Soekarno – Sejarah yang tak memihak” aku sempat berpikir kau ini anaknya 🙂

  • funkshit
    January 22, 2008 at 10:39 am

    seperti nya mas iman ini bener2 pengagum nya bung karno
    sama seperti bapak saya .. .

  • wieda
    January 22, 2008 at 10:58 am

    ketika bung Karno jadi presiden, negeri ini masih anyar gress…..blom ada kredit kart ato bangunan2 yg ber tingkat2….trus, bung Karno mbangun hotel Indonesia, Hotel bali beach, hotel Ambarukmo, dan Hotel Pelabuhan ratu….
    Tapi semua itu tinggal kenangan, hotel Bali Beach kayanya ngga terawat, Pelabuhan Ratu gelap gulita….Ambarukmo sudah kosong melompong….Hotel Indonesia sudah “game over”

    tapi kenangan ttg kharisma bung Karno akan tetap hidup …….semoga ada salah satu keturunannya yg mewarisi kharisma beliau.

  • the watcher
    January 22, 2008 at 11:12 am

    andai keluarga pak harto pun memenuhi keinginan negara, angka itupun masih belum seberapa dari harta beliau :p

  • edo
    January 22, 2008 at 11:15 am

    ““ Pardede, bisa kau pinjamkan aku uang ? “”

    *speechless. couldnt stop the tears falling…

  • la mendol
    January 22, 2008 at 11:29 am

    ngenes mbacanya. Sampeyan luar biasa, Mas menuangkan fakta sejarah yang banyak orang tidak tahu. Salut.

  • trian
    January 22, 2008 at 11:34 am

    hmm, jelas mas iman ini ingin menyuarakan ‘kebersihan’ soekarno.
    dan dari tulisan akhir2 ini, mas iman ingin sekali ‘menghidupkan’ semangat bung karno lagi.

    tapi sebaiknya fair ma, not only goodness or the behind scene only. 🙂

  • budz
    January 22, 2008 at 11:39 am

    ‘Mbak Tutut dan adik adiknya hanya terdiam mendengar angka yang diajukan Pemerintah’

    Seharusnya susahnya Pak Tua itu menjelang akhir hidupnya menyadarkan anak-anaknya untuk mengembalikan harta rakyat Indonesia. Siapa tahu ‘jalan’nya di permudah.

  • Ajie
    January 22, 2008 at 11:40 am

    Hebatnya Bung Karno sebagai pemimpin bangsa ini tidak bisa dikubur oleh buku2x PSPB karangan Orde Baru, Hidup Bung Karno ! (dikamar saya dari masa sekolah dasar hingga kini terpajang gagah poster Bung Karno ), thanks mas iman atas storynya 🙂

  • rey
    January 22, 2008 at 11:45 am

    Tenang aja pak, ntar kalo ndak punya uang ta’ pinjemin deh… (halahh…) 😀

    Biar para pembaca tambah mengharu biru, coba posting juga soal bung Hatta pak, manusia jujur nan sederhana, kesukaanku 🙂 Lha iya ya, padahal dulu pemimpin2 kita akhlaknya oke2 banget, lha kok sekarang pemimpinnya ndak ada yg bs dipercaya, kok iso yo??

  • iman brotoseno
    January 22, 2008 at 11:51 am

    pangsit , leksa dan trian,
    saya memang sangat personal dalam menuliskan kisah bung Karno. Subyektif ? mungkin. Dan ini tidak ada yang bisa mencegah saya menulis sisi sisi orang yang saya kagumi dalam blog ini.
    Saya banyak menerima email baik hujatan maupun dukungan atas tulisan ini.
    Walaupun dia juga seorang manusia dengan segala kesalahannya..Mungkin saya akan mencoba menulis sisi mana dia sebagai ‘ diktaktor ‘ dengan segala ego revolusinya …
    Tunggu saja he he

  • edratna
    January 22, 2008 at 12:28 pm

    Jika kita meninggal , yang dihitung hanya amal baik, bahkan hanya memakai selembar kaffan. Dan kita harus ingat ada pengadilan setelah kita meninggal….ini yang perlu kita renungkan.

    Mungkin bung Karno sangat miskin, tapi kaya dalam amalnya…semoga beliau diterima arwahnya dan amal baiknya oleh Allah swt. Amien.

  • ebeSS
    January 22, 2008 at 12:44 pm

    keknya sekarang kita gak usah muluk2 nuntut SBY . . . .
    cukup jadilah seperti Sukarno . . . ! tapi keknya sampe turun tahta . . SBY tetap SBY . . 😛

  • Rynie
    January 22, 2008 at 1:13 pm

    Bergetar hati saya….
    dan betapa beruntungnya Indonesia memiliki seorang SOEKARNO…
    akankah ada lagi pemimpin yang seperti itu di Indonesia??

  • Sari
    January 22, 2008 at 1:32 pm

    Saya senang sekali membaca tulisan-tulisan mas iman. Tulisan apapun. Termasuk soal Soekarno. Kalau saya ke jawa ke rumah eyang saya dan ke rumah saudara atau tetangga di Solo pasti diantara foto keluarga ada fotonya Bung Karno termasuk di rumah saya. Tapi kok saya tidak melihat sosok Soekarno ada di anak-anaknya kecuali raut mukanya aja…

  • titiw
    January 22, 2008 at 2:21 pm

    Sepertinya mas Iman ini emang penggemar, atau bisa dikatakan admiring Bung Karno so much ya.. hehe.. Anyway ada tulisan2 mas Iman yang beredar di email, apa emang mas Iman pernah nyebar2? karena ada forwardan dari imel temen ke imelku, yang berisi tulisan mas Iman ttg BUng Karno..

  • iman
    January 22, 2008 at 2:35 pm

    titiw,
    saya nggak pernah nyebar he he…beberapa teman juga memberi tahu tulisan mengenai bung karno ada di milis milis radio, majalah, sma dsb
    ya..biarlah mereka menilai kontroversi sejarah bangsa ini

  • andi bagus
    January 22, 2008 at 2:49 pm

    harta yang berlimpah bukan lah satu keabadian dunia..namun kebersihan jiwa utk menghindar dari nafsu jiwa adalah pencerahan dunia tuk ke akhirat. Soekarno teladan pemipin yang bijaksana juga kharismatik..two thumbs for Mr Soekarno..

  • annots
    January 22, 2008 at 2:54 pm

    mas iman, di jaman pak karno dulu apakah beliau pernah bercerita tentang sosok ratu adil di Indonesia ini? kalau ada saya tunggu tulisan mengenai ratu adil

  • -may-
    January 22, 2008 at 3:22 pm

    Kata orang, Mas, jaman sekarang orang gak bisa sukses (bisnis) 7 turunan. Cuma bisa 3 turunan: angkatan pertama sukses karena usaha sendiri, angkatan kedua masih sempat ngerasain ortunya susah jadi masih ada usaha untuk “mempertahankan” kesuksesan (bisnis keluarga), naaah.. angkatan ke-3 sih udah silver spoon, jadi taunya cuma ngabisin harta, nggak bisa usaha.

    Kalau di sejarah bernegara, ternyata lebih parah ya? Pengabdian kepada negara cuma tahan 2 turunan. Angkatan pertama, karena ngerasain susah payahnya “memerdekakan” Indonesia, begitu mencintai bangsa sampai nggak mau ngambil sepeser pun. Angkatan ke-2 sudah “kacang lupa kulitnya”.. ngambil harta kekayaan sesukanya, nggak perduli rakyat susah dan terbeban hutang 🙂

  • dnk_setiawan
    January 22, 2008 at 4:10 pm

    kayaknya mas iman sangat mengidolakan bung karno ya
    tp kok menurut aku isi postingan mas iman tentang bung karno selalu tentang kebesaran jiwa dan perlakuan orde baru kepadanya
    apa mungkin mas iman memiliki bahan lain perihal sisi lain dari bapak proklamator kita ini
    kan manusia itu kebanyakan tidak bisa selalu bersikap baik

  • siska
    January 22, 2008 at 5:02 pm

    pengagum Soekarno pak? sayang saat itu saya belom lahir. cerita ttg beliau pun tidak banyak saya baca sih.
    hmm saya tunggu tulisan ttg Soekarno, yang ‘sedikit berbeda’. sisi lain Soekarno. hehehehe….

  • Tia
    January 22, 2008 at 5:29 pm

    mengidolakan bung karno ni….:) ya sah2 aja kok mas….tapi sebenernya kalau ditilik lagi, anggota DPRD zaman sekarang ini ada juga lho beberapa yg bersih, tapi mungkin emang lom bisa dibandingkan dengan kebesaran nama Soekarno…oke, saya tunggu lagi cerita behind scene nya bung Karno….

  • mila
    January 22, 2008 at 5:51 pm

    ufh.. tarik nafas.. pengen nangis..

  • venus
    January 22, 2008 at 6:51 pm

    waduh…merinding….

  • triadi
    January 22, 2008 at 7:16 pm

    dah banyak cerita ttg kebesaran sang putra fajar, bahkan kompas dah pernah bahas habis-habisan…
    yang saya tunggu justru yang diktator, ego revolusi itu mas 🙂

  • ikram
    January 22, 2008 at 8:30 pm

    Segala sesuatu punya dua sisi, bahkan lebih 😀

  • icha
    January 22, 2008 at 8:46 pm

    masya Allah…sebegtu mulianya si Bung ituh..pantas saja papaku sampai koleksi kaset2 berisi pidato2 bung Karno…. ternyata memang dia seorang pemimpin yg beda dr yg lain…
    dijaman sekarang ini..mana bisa lah kita mengharapkan pemimpin sperti itu lagih…. tuntunan zaman pun sudah beda dengan zaman dulu

  • pacul
    January 22, 2008 at 9:07 pm

    nunggu lanjutan kisahnya mas…………..

  • nico
    January 22, 2008 at 9:32 pm

    senada dengan mbak ichaawe, yah beda jamannya kali ya*sambil ngbayangin salah satu dialog di nagabonar jadi 2, yg dedy mizwar dgn wulan dialog di taman yg abis ajeb2 itu*.

    Tapi saya masih optimis, masih ada orang yang bener2 bener menganggap jabatan itu sebagai amanah yang tak ringan pertanggungjawabannya.

  • Totok Sugianto
    January 22, 2008 at 9:33 pm

    kalau seorang pemimpin bisa menjadi teladan seperti beliau, kira2 bawahannya malu kali ya kalau masih mau korupsi, atau menipu rakyat. duh.. adakah sosok seperti beliau kelak yg bisa memimpin negeri ini, dengan ketegasan dan kesederhanaan seorang pemimpin rakyak??

  • darma
    January 22, 2008 at 9:57 pm

    Mas Iman, ini bukannya saya membantah apa yang mas Iman tulis, tapi saya melihat ada kejanggalan pada tulisan anda, anda bilang Presiden Soekarno sederhana tapi anda juga menuliskan sbb: ” Kelak harta kekayaan Soekarno yang ditinggal di Istana didata oleh pihak penguasa dengan dibuatkan berita acara. Barang barang itu mulai dari logam emas batangan, lukisan lukisan, buku buku, pakaian, minyak wangi, bolpen, uang dollar yang semuanya bernilai tidak sedikit.” Berarti Presiden Soekarno bukan orang yang sederhana tapi juga mengumpulkan harta walaupun saya tau itu pemberian sahabat- sahabatnya seperti Pak Teuku Markam, Pak Hasjim Ning dan Pak Dasaad yang merupakan pengusaha pribumi yang sangat sukses pada era Orde Lama. Rumah Bung Karno yang di Jl Sriwijaya juga dibangun dari utang dan bantuan pengusaha.

    Belum kalau kita gaya hidup Ratna Sari Dewi yang Jetset diluar negeri ( Bung Karno sendiri sering mengeluh tentang gaya hidup Ibu Dewi), apa tidak mungkin ada uang Bung Karno yang dipakai untuk membiayai gaya hidup borjuasi Ibu Dewi? Terus kalau kita lihat rumah Ibu Hartini di Jl Proklamasi begitu besar dan megah dan setau saya beliau hidup dari menjual warisan Bung Karno ( barang barang antik ). Menurut Mas Iman apa etis seorang Presiden menerima pemberian pengusaha sekalipun bersahabat? Tulisan ini bukan karena didorong kebencian atau sentimen, saya hanya mengajak marilah kita mengkaji sejarah bangsa karena begitu banyak yang tersembunyi dan dapat kita pelajari, saya ingin kita dapat saling bertukar pengetahuan.

  • BARRY
    January 22, 2008 at 10:35 pm

    Saya ingat dulu pernah bertemu Kapolri yang sangat sederhana. Namanya saya lupa, yang pasti telah pensiun lebih dari 25 tahun yang lalu (sebelum kapolri Anton Sujarwo). Beliau saat pensiun memberikan seluruh barang-barang yang dipakai saat masih bertugas. Sampai radio komunikasi (CB) yang dipakai juga dikembalikan. Saat bertemu dengan teman sejawat beliau selalu memakai batik yang sedikit berwarna pudar. Namun senyumnya selalu menghiasi wajah yang terlihat sangat menikmati kehidupan.

    Jika ingin dibandingkan dengan yang sekarang- wah seperti langit dan bumi.

  • endik saja
    January 22, 2008 at 11:21 pm

    saya bukan marhaenis, juga bukan suhartois, saya bukan siapa siapa, saya sekolah di jaman suharto, kalau saya lahir 50 tahun lalu pasti saya sekolah di jaman sukarno. permasalahan siapa meninggalkan istana dengan apa sebenarnya tak jadi soal, yang jadi soal justru bagaimana yang bakal duduk di istana bisa membawa perubahan yang baik. ada seorang aktivis memukul saya 5 tahun lalu. ketika dia berapi api menuntut apa apa di kampus bahkan mencoba membawa idealisme ke politik praktis ala anak mahasiswa. ketika cangkemnya mulai njelehi, saya cuman tanya. bagaimana indonesia kalo anda yang jadi presiden? tak menjawab, lho bukankah semua itu bisa direncanakan? semua bisa tergambar? melalui perencanaan yang baik dan dimulai dari sekarang? tak ada jawaban, cuman pukulan yang melayang ke pelipis saya. jadi massal deh.. tetapi kenapa saya harus menulis surat pernyataan tak bikin onar ya..?? haha..

  • stey
    January 22, 2008 at 11:24 pm

    saya paling tidak suka membandingkan sejarah,toh sejarah berdiri sendiri2,membawa dampak sendiri2,tapi apa yg saya baca dari tulisan pak iman ttg bung Karno, bikin saya harus buat perbandingan ttg beliau,dgn presiden2 sesudahnya..well,Bung Karno toh manusia,dia tidak sempurna,tapi sampai dengan hari saya belum menemukan pemimpin sekarismatik dengan paham nasionalisme sedalam beliau,tidak dari putrinya sekalipun..dia orang hebat yg dikelilingi orang2 hebat lainnya dimasa itu. Toh saya sampai sekarang tidak melihat kluarga Bung Karno hidup dengan sejuta kemewahan..

  • Ray
    January 23, 2008 at 12:31 am

    Kemarin ketika saya jalan jalan sepintas melihat Bung Karno sedang mengajar beberapa orang tentang nasionalisme dan kepemimpinan, mungkin tak lama lagi mereka akan kembali menggenggam Indonesia ini menjadi negara yg lebih bersatu dan makmur. aminnn.

  • dian
    January 23, 2008 at 12:54 am

    kalo gue pikir2x, suharto ngumpulin harta buanyak2x, buat apa sih yak ? toh dia gak menikmati juga.

  • antobilang
    January 23, 2008 at 1:55 am

    banyak yang nyangka mas iman anaknya soekarno..
    kalo beneran iya, saya bikinin partai deh mas..
    (soale kecewa ama partai2 anak soekarno yang ndak menjiwai semangat dan kemampuan bapaknya babar blas)
    logo segera disiapken…

  • Paman Tyo
    January 23, 2008 at 2:02 am

    perlakuan si jenderal terhadap sukarno, bahkan sampai “pengobatannya”, sangat menyakitkan. teganya orang itu mengaku mikul dhuwur mendhem jero. hmmmhhh

1 2 3 5

Leave a Reply

*