Film James Bond terbaru “ Casino Royale “ baru saja beredar , dengan pendekatan yang berbeda dengan film film bond sebelumnya. Karakter Daniel Craig si pemeran baru 007, berwajah keras, berdarah dingin dan gemar berkelahi ala Jet Li. Lain dengan Pierce Brosnan yang flamboyant dan cenderung ‘ bermain ‘ halus, dan banyak mengandalkan teknologi pemberian M. Mungkin film James Bond, adalah salah satu jenis film yang pasti laku dan ditonton. Orang menonton karena ‘ heritage ‘ warisan nama 007 yang sudah melegenda dari jaman dahulu. Ceritanya ya begitu begitu saja, tapi yang lebih penting siapa pemerannya, siapa gadis bondnya, siapa tokoh penjahatnya dan satu hal, di negara mana film ini dibuat. Karena salah satu daya tarik film ini adalah lokasi lokasi di belahan dunia yang menjadi backdrop lokasi.
Saya jadi teringat kira kira tahun 1996, waktu itu saya sering berhubungan dengan Nigel Goldsack, seorang produser film asal London yang sering melakukan shooting dokumenter dan corporate di Indonesia. Kebetulan ia sangat terkesan dengan alam geografi negeri ini, sehingga ia merekomendasikan kepada EON Productions, perusahaan yang memproduksi film film Bond, untuk memakai Indonesia sebagai salah satu tempat lokasi buat pembuatan film James Bond , kalau tidak salah “ Tomorrow Never Dies “. Akhir kata ia dan Michael Wilson, si executive produser datang ke Indonesia, dan meminta saya dan Lance ( sekarang sutradara film layar lebar ) untuk menemani melakukan ‘ recce’ atau location scout berminggu minggu di seluruh penjuru Indonesia. Dari Krakatau, Jawa, Bali sampai Toraja semua area dijelajahi dan sudah diplot untuk sesuai dengan skenarionya. Misalnya kapal perang Kerajaan Inggris akan bersandar di selat sunda dengan background Gunung Krakatau, lalu situasi sarang penjahat si raja Media di bawah Pura Besakih ,Candi candi sekitar Jawa Tengah atau gunung gunung di Tanah Toraja. Wisma BNI akan dijadikan head office imperium bisnis si penjahat. Bahkan adegan James Bond meluncur dengan sebuah banner raksasa dirancang dari puncak gedung ini. Kejar kejaran ( Bond dengan mobil BMW ) akan dilakukan di daerah pecinan kota tua Glodok dan sekitarnya. Pertemuan dengan Mabes TNI dilakukan untuk menjajaki peminjaman ( baca : menyewa ) salah satu kapal fregatnya atau pesawat tempur HS Hawk untuk di cat ulang menjadi warna identitas Kerajaan Inggris. Juga bertemu para pejabat, terutama Gubernur dan Departemen Pariwisata untuk mendapat dukungan pembuatan film di Indonesia.
Yang menyedihkan, bahwa aparat dan pihak berwenang ( baca : Pemerintah ) sama sekali tidak tertarik atau memberikan dukungan yang nyata, malah terkesan ogah ogahan dan tak peduli. Mereka sama sekali tidak membayangkan impact yang di dapat Indonesia, jika produksi di lakukan di Indonesia, terutama dari segi promosi pariwisata, disamping pemasukan devisa sebesar 70 juta US ( sebagaimana yang dikatakan Michael Wilson waktu itu ) untuk biaya produksi, pembuatan infrastruktur set konstruksi, akomodasi, pekerja film / crew di Indonesia, perijinan dsb. Bahkan saya selalu mengingat apa yang diucapkan Dirjen Pariwisata waktu itu,Bp Mapasameng sewaktu menerima kita, “ I don’t like James Bond movies…ceritanya tidak masuk akal bla bla bla.. “. Tentu saja saya tercengang dan tidak percaya ucapan itu bisa keluar dari mulut seorang pejabat teras yang seharusnya berbasa basi, serta menjanjikan kemudahan prosedur perijinan di sini. Walhasil EON Productions akhirnya memilih Thailand sebagai lokasi produksi mereka, dan hilang sudah kesempatan nama saya berada dalam credit title produksi film James Bond. Jadi memang film dan birokrasi agak susah untuk bisa seiring sejalan di negeri ini.
22 Comments
Agusti Anwar
November 17, 2006 at 4:36 amSedih juga kesempatan besar seperti ini terlewatkan ya Mas. Semestinya jika jadi dishoot di Indonesia, juga dapat menjadi promisi wisata yang luar biasa.
Memang agak terlambat, namun sekarang sudah mulai dicanangkan tampaknya pemanfaatan promosi lokasi untuk shooting film. Ingat Kamboja dengan Tom Raider itu serta banyak sekali lainnya. Indonesia yang kaya dan indah jelas perlu menjadi pilihan prioritas. Yok dorong terus, siapa tahu koneksi Mas bisa balik lagi…salam, Anwar
Iman Brotoseno
November 17, 2006 at 9:24 amya mudah mudahan bisa lebih baik…
Oggy
November 17, 2006 at 10:41 amKadang2 orang tidak memikirkan apa baiknya untuk kepentingan & kesejahteraan rakyat Indonesia ya mas. Ego dulu y muncul hanya karena tidak suka mengorbankan kemajuan bangsa ini 🙁
oca
November 17, 2006 at 11:13 amhmm, that stupid mapasameng..
mungkin pas lagi masuk angin karena kebanyakan maen di teras, mas?
landy
November 17, 2006 at 12:58 pmya udah gak papa mas , kan masih banyak kesempatan untuk orang sehebat mas : ) yang penting mas masuk credit title di blog aku : )
danu
November 17, 2006 at 4:46 pmsusah emang urusan sama petinggi yg gag ngerti atawa pura2 ngerti urusan. keindahan alam endonesa emang gag usah diraguin lagi kan. ada satu tvc mobil yg syutingnya di jawa barat dikirain di ustrali. *emang blom rejekinya kali mas. sapa tau dpt job nyang lebih gede dari 007. lagian nama iman brotoseno kan udah te-o-pe be-ge-te kan mas :)*
ewink
November 18, 2006 at 12:44 pmDengan kualitas birokrasi yang masih juga semacam itu, mending shootingnya gak di sini deh mas. Maluuu….
NiLA Obsidian
November 18, 2006 at 4:19 pmya amppuun…
mungkin lain kali pemilihan pejabat terasnya juga kudu diperhitungkan lagi wawasan nya kali ya….
tapi betul kata mas ewink…
kalo masih kyk gitu mending ga usah….
maluuuuuu
koeaing!
November 18, 2006 at 7:17 pmTjoeba kowe fikir boekan dari mas’alah doewit poen….
dian mercury
November 20, 2006 at 2:38 amkayaknya seru juga neh casino rayale. bondnya beda.
mapasameng dulu harusnya disantet ama ki gendeng hahaha…i dont like james bond’s movies..halah…i dont like you harusnya jawab gitu, mas hehehe
riris
November 20, 2006 at 9:37 amiya, saya ikut merasa sayang juga.
seharusnya itu bisa jadi kesempatan emas bagi indonesia.
semoga saja bangsa ini tidak lagi melewatkan kesempatan keduanya…..
salam kenal
achmadi
November 28, 2006 at 10:30 amBenar – benar kelewatan orang2 pemerintah, sampe berani ngomong gitu. Baca tulisan anda aja rasanya nyesek banget, gimana kalo waktu itu ngadepin orangnya langsung.
Salam kenal.
Anonymous
November 28, 2006 at 9:04 pmkok menyebalkan sekali yah cara ngomongnya.
Susah deh Indonesia negara yang kebanyakan birokrasi. Orang-orangnya masih senang menganggap kalo mereka berhasil menyusahkan orang itu artinya mereka “penting”
rina
November 28, 2006 at 9:06 pmkok menyebalkan sekali yah cara ngomongnya.
Susah deh Indonesia negara yang kebanyakan birokrasi. Orang-orangnya masih senang menganggap kalo mereka berhasil menyusahkan orang itu artinya mereka “penting
Anonymous
December 4, 2006 at 11:00 pmAstaga. Astaga. Hampir sesak napas bacanya. Dari dulu sebetulnya sering denger juga bahwa birokrasi di Indonesia menyusahkan film-maker2 luar yang sebetulnya berminat syuting di sini. Ternyata separah itu tanggapannya?
Padahal dari dulu rasanya pengen banget kalo sesekali Indonesia dijadikan tempat/setting film. Bosen liat Thailaand terus. Semakin “ga rela” ketika Malaysia pun muncul di Entrapment. Bahkan satu2nya film bersetting Indonesia pun (The Year of Living Dangerously), syutingnya di Filipina! Hoho.
Btw, saya pernah baca di TEMPO agak2 baru yang liputannya Festival Film Busan. Katanya Indonesia juga sempet buka stand dan mempromosikan negeri ini sebagai lokasi syuting ya?
Mudah2an tidak mengulangi kesalahan lama.
Salam kenal, Mas.
erni
December 5, 2006 at 4:09 pmwaduh pak,bener nih si bpk mapasameng ngomong kayak gitu.wah…tuh bpk kale mungkin pd saat itu grogi jadi cuma bisa ngomong bhs inggris I don’t like aja pak.jgn putus asa ya…pak,bantu indonesia untuk maju oke.
rani
December 7, 2006 at 8:58 amjangan2 karena “Wisma BNI akan dijadikan head office imperium bisnis si penjahat.” alasan pejabat kita kan sering gak masuk akal kayak film2 james bond ;P
jaka
November 9, 2008 at 5:25 pmThis is an overdue comment. Got this from therabexperience.blogspot.com . Our government, then and now, seems hate of change.
Gue kerja di lembaga akademik dan penelitian. Sama saja. Ide-ide “breakthrough”, asal kelihatan butuh duit banyak udah bikin mereka (pemerintah) ketakutan. Sebagai pegawai negeri, gw sebetulnya bisa sedikit banyak tahu latar belakang sikap itu. Kayaknya mereka memang butuh training soal yg namanya PR (international amrketing) dan international etiquette.
Ada lagi mungkin penjelasannya. Latar belakang rezim wkt itu. Bayangin kalo di skenarionya ada yg “sensitif” dan ngga disukai “Pak Bos”. Bakal repot itu dirjen yg ngasih izin.
Kelvin
April 3, 2010 at 2:56 pmAdvantageously, the post is actually the greatest topic on curing acne naturally. I concur with your conclusions and will eagerly look forward to your future updates. Just saying thanks will not just be enough, for the wonderful clarity in your writing. I will instantly grab your rss feed to stay abreast of any updates.
Sarah
April 5, 2010 at 6:19 pmYou had some nice points here. I done a research on the topic and got most peoples will agree with your blog.
Isaiah
April 7, 2010 at 8:16 amThis a little bit funny. I found your site via search engine a few moment ago, and luckily, this is the only information I was looking for the last hours.
Ab Circle Pro Machine
August 18, 2010 at 6:04 aminteresting post, pretty much covered it all for me, thanks.