Ini cerita dari Gunawan Mohammad sekitar sepuluh tahun lalu. Saat itu Lamijah dan suaminya, Vllaznim Jaha harus meninggalkan Pristina, ibu kota Kosovo , karena orang Serbia mengusir mereka. Mereka harus masuk lewat jendela kereta yang berjejal, tak tahu persis perjalanan akan berakhir dimana. Dua tas mereka hilang, juga barang barang kenangan, foto keluarga, buku harian dan potret ayah. Namun seakan akan masa lalu tak bisa dihancurkan 100 persen, ada yang masih tertinggal. Sebuah sertifikat. Disana disebut nama “ Dervis Korkut “. Nama ayah Lamijah.
Dervis adalah korator museum Sarajewo tahun 1940an. Ketika Bosnia-Herzegovina diduduki Jerman dan orang Yahudi diburu, Ia melakukan sesuatu yang nekat. Ia menyembunyikan beberapa orang Yahudi di rumahnya. Termasuk Mira Bakovic. Gadis yahudi ini tinggal selama setahun dengan keluarga Korkut. Jika ada perwira Jerman bertandang – karena Dervis Korkut adalah orang terpandang – Mira disamarkan sebagai pembantu rumah tangga yang memakai jilbab. Keluarga Korkut adalah keluarga muslim, dan mereka bisa mengatur penyamaran dengan cara jitu.
Lalu Jerman kalah. Perang berhenti. Yugoslavia berdiri, merdeka dan selama setengah abad hidup seakan normal. Mira Bakovic pindah ke Israel. Dervis bahkan tidak pernah menceritakan fragmen masa lalu itu kepada anaknya, bahkan sampai ia meninggal tahun 1968. Tapi orang orang yang diselamatkan masih ingat – horror kemanusiaan yang sangat membekas dalam hidup mereka. Oleh sebab itu Dervis seorang muslim mendapat sertifikat tanda penghargaan dari Yad Vashem , sebuah lembaga di Yerusalem, atas usahanya mempertaruhkan nyawanya sendiri menolong orang orang Yahudi. Sertifikat itulah yang menolong Lamijah. Sebenarnya ia dan suaminya tak bermaksud ke Israel. Mereka diturunkan diperbatasan Macedonia . Gelap sampai di tanah dan selama 11 jam mereka berjalan kaki menuju tapal batas. Hari itu pikiran mereka adalah Swedia, namun pemerintah Swedia tak mau menerima mereka. Tak tahu harus kemana, di Skopje ibu kota Macedonia. Lamijah menunjukan sertifikat Yad Vasleem kepada ketua perhimpunan masyarakat Yahudi di kota itu.
Ia sebenarnya tak tahu persis isi dokumen itu. Tapi dengan cara itu ia dan suaminya dapat masuk mengungsi ke Israel. Di Bandara Ben Gurion, seorang datang menyambut; Davor Bakovic. Lelaki berumur 50 tahun itu adalah anak Mira Bakovic yang sudah meninggal pada usia 76 tahun. Ia selalu bercerita bagaimana keluarga Korkut menyelamatkan jiwanya dahulu.
“ Saya merasa seakan akan seorang saudara kandung muncul dari tempat jauh “ kata Davor. “ Lingkaran hidup saya bertaut dengan Lamijah “.
Lamijah dan suaminya Vllaznim diberi tempat di sebuah wisma tamu di tepi laut Tengah dan mereka dipersatukan dengan kedua anak mereka, Fitore dan Fatos yang terlebih dahulu diselundupkan melalui Hongaria – sesaat sebelum NATO menjatuhkan bom untuk menghentikan terror orang Serbia terhadap minoritas muslim di Kosovo.
Kisah catatan pinggir ini memang sangat menyentuh saya, yang selalu saya simpan apik dalam kliping di ruang kemanusiaan. Membentuk sebuah garis lingkaran dimana sisi ujungnya selalu ada manusia saling membunuh atas nama perbedaan. Bertemu dengan ujung lainnya ketika ada manusia menjadi juru selamat sebuah keragaman. Kita tak tahu rahasia Tuhan mengapa Ia menciptakan etnis dan agama yang berbeda, kalau pada akhirnya juga menuju sebuah jalan yang sama padaNya. Mempersaingkan religi, memaksakan kesamaan, menarik garis, menebar terror, kebencian mungkin menjadi makanan suplemen sebuah pembenaran. Dalam babad tanah jawa dikisahkan Raden Patah – putra Raja Brawijaya dari puteri Cempa – setelah masuk Islam melalui Sunan Ampel, menolak mengabdi pada kerajaan Hindu Majapahit yang ‘ kafir ‘. Ia memilih menyepi ke hutan Bintara dekat Demak. Kemudian hari ia menyerbu Majapahit dan membunuh ayahnya sendiri. Demikian juga bala tentara Spanyol dan Portugis mengatasnamakan kerajaan Kristus menghabisi serta menjarah suku suku Maya atau Inca di pedalaman benua Amerika.
Amrozi dan Imam Samudra mungkin melihat surga yang berbeda, dan keyakinannya yang kokoh membuat makna kemajemukan ini terasa getir. rapuh dan menyesakan.
Ini bukan kegilaan. Selalu saja ada ketulusan yang ditawarkan oleh mereka yang berbeda dari kita. Entah itu Davor Bakovic yang yahudi atau pastur pastur Jesuit yang mendidik saya tanpa pamrih. . Saya tidak tahu apakah Tuhan sampai hati memasukan mereka kedalam api neraka. Ketika Lamijah terdampar di Israel. Ia telah melihat rasa kemanusian telah mengalahkan dogma dogma agama. Saya juga tidak percaya kadar keIslaman saya berkurang karena mengucapkan salam Natal kepada teman, keluarga dan mereka yang merayakannya. Sebuah harapan kedamaian.
Semoga masih ada harapan di negeri yang semakin gila ini.
“ Selamat Hari Natal dan Damai di bumi “
85 Comments
The Sandalian
December 23, 2007 at 3:44 pmDalam beberapa literatur, disebutkan bahwa Kerajaan Majapahit diserang oleh Girindrawardhana dan Brawijaya kabur. Setelah itu Kerajaan Demak menyerbu Majapahit.
Tapi semua masih belum jelas, karena tidak ada saksi mata yang masih hidup..
kw
December 23, 2007 at 4:42 pmmenyentuh capingnya om gm. tentang kadar keislaman saya (mungkin) lebih parah mas. karena saya tak mau menjadi budak kitab suci manapun. 🙂
Helene
December 23, 2007 at 5:41 pmSaya sampe terharu baca tulisan mas Iman yg satu ini. Saya tinggal di negara yg berazaskan Islam, dan toleransi negara ini patut di acungi jempol. Bahkan ada gereja yg berdampingan dng sebuah mosque, sesuatu yg jarang ada di Ind yg katanya negara demokrasi!!!
icha
December 23, 2007 at 6:16 pmyap..bener banget…setauku cuma diindonesia yg begitu mas…yg selalu menyebut si anu non-muslim, si anu bla..bla..bla…
mmmhh wait..wait..gak juga sih…di jerman juga ketidak damaian antar umat beragama juga mencolok banget … tapi beda dgn indonesia …secara dijerman yg mayoritas itu umat kristen…
bahkan sekarang sampe aparat2 polisi turun tangan…supaya Islam tdk menyebar luas disana..ckckckk..speechless deh..aku pribadi sih binung sama orang2 yg masalahin perbedaan agama…wong aku jjg banyak sahabat yg berbeda agama dgn saya… mereka justru baik2 bgt sama aku
Iman Brotoseno
December 23, 2007 at 6:39 pmyenni a.k.a sandalian,
Serat Babad Tanah Jawa, memang dibuat sebagai legitimasi kekuasaan terutama raja raja mataram. Sehingga juga disebutkan asal usul mulai nabi adam. Sesuatu yang tidak harus dipercaya. Disebutkan disitu. Raden Patah ( yang sudah Islam ) bersama saudara kandung lain ibu, raden Husen ( yang belum Islam ) menyerang Majapahit. Kemungkinan juga Girindrawardhana adalah Brawijaya ke sekian, Mengingat gelar raja terus berpindah ke penguasa berikut. Disebutkan Brawijaya mengumpulkan kerabatnya yang setia lalu semua MOKSA..ditengah pengepungan oleh Raden Patah.
pengki
December 23, 2007 at 7:18 pmandai agama hanya menjadi urusan pribadi kita dengan sang Pencipta, mungkin sisi kemanusiaan tidak perlu menjadi korban.
terima kasih tulisannya mas. menyadarkan saya kembali arti indahnya perbedaan. 🙂
fahmi!
December 23, 2007 at 8:36 pmsorry OOT, dan terpaksa ngejunk di comsys karena nggak nemu form komunikasi lain.
1. RSS feed untuk entry blog ini kok masih belom terbaca ya mas? yg terbaca cuman RSS feed untuk comments.
2. kalo boleh tau alamat email ato form kontak lain untuk komunikasi japri mas? karena jadi OOT kalo ngejunk di comsys kayak gini hehe, maap.
3. kalo mas iman udah baca, comment ini di-delet aja gpp, karena memang OOT hehe.
makasih 🙂
Iman Brotoseno
December 23, 2007 at 8:41 pmfahmi,
sepertinya nggak ada masalah anda tinggal isi di kolom subscribe this blog di bawah…kemudian mengenai jalur japri dilihat di page ” selamat datang ” di atas yang ada alamat email dan YM.
terima kasih atas atensinya
Liemz
December 23, 2007 at 9:25 pmAlumni Kolese ya mas…
AMDG mas…
Amrih Mulyo Dalem Gusti, Demi Kemuliaan Allah Yang Lebih Besar…hehehehe
nico wijaya
December 23, 2007 at 11:41 pmSaya ada keturunan raja brawijaya gak ya?*kabor*
rozenesia
December 24, 2007 at 2:11 amSelamat Natal~ Bring PEACE to the whole universe~ Yeah~
😀
Saya justru teringat pada sosok Mother Teresa yang pengabdiannya pada umat manusia walau kepada yang bukan pengikut Kristus, begitu jujur dan tanpa pamrih… 😀
Donny Reza
December 24, 2007 at 2:22 amJangan-jangan ‘kita’ memang nggak mungkin pernah damai…:) Selalu ada sisi baik dan buruk kan?
antobilang
December 24, 2007 at 3:48 amsayangnya oknum-oknum dari agama yang katanya ‘rahmatan lil alamin’ itu yang jadi biang onar.
bener-bener bikin malu. 😐
Hedi
December 24, 2007 at 4:14 ammanusia cenderung memilih bergaul dengan habitat sejenisnya, tapi ya kok malah jadi aneh lha wong ciptaan di bumi ini macem2 kok…
elly.s
December 24, 2007 at 5:47 amKalu perbedaan selalu dipermasalahkan akan timbul golongan yg mempertahankan perbedaan itu. Itulah kanjeng rasul selalu bilang Perbedaan itu indah dan Lakumdienukum waliyadien. Jadi bukan Rahmatan lil alamin nya yg salah.
Sebanyak teman2 agama lain mengucapkan selamat lebaran, sebanyak itu pula selamat Natal aq ucapkan..mudah saja bukan. Friendship forever!
andi bagus
December 24, 2007 at 7:03 amsemoga ada ketentraman di bumi ini.
leksa
December 24, 2007 at 7:33 amseberapa besar kita bisa berbesar hati?
seberapa besar kita berani mengaku lemah dan kalah?
seberapa besar kita berani memulai kata maaf?
untuk 3 itu saja masih sangat sulit ternyata..
…
Sebenarnya dalam 2 tahun ini, sangat indah kalau kita mau berbesar hati merenungi rahasia Allah menciptakan perbedaan di muka bumi…
venus
December 24, 2007 at 8:26 amselamat natal buat semua yang ngrayain. peace o earth.
Ida Arimurti
December 24, 2007 at 9:22 amSelamat Lebaran Haji,Selamat Natal, semoga kita mau menghargai siapapun yg mempunyai keyakinan yg telah dipilihnya atau yg dibawa sejak lahir. Lebih enak kan kalau kita punya teman dari berbagai agama, semoga pikiran kita jadi tidak bertambah sempit…Selamat Tahun Baru 2008, esok akan lebih baik dalam segala hal! Thanks Mas Iman yg selalu bijak mengingat kita…
peyek
December 24, 2007 at 10:23 amAgh… iya mas, kadang terasa aneh, mengatas namakan agama, dan kepercayaan untuk saling membunuh. saya ndak tahu mas kenapa mereka begitu, butuh analisa panjang dan mendalam serta melelahkan untuk menjawabnya.
Bukankah agama juga mengajarkan perdamaian bagi semua ummat yang berbeda, saya masih saja yakin hal seperti ini akan terus terjadi, karena masing-masing agama punya misi masing-masing, atau keterbatasan kita untuk memahami hal yang jelas-jelas sama. embuh mas!
wieda
December 24, 2007 at 10:38 ammerry x-mas and happy new year……
buat saya perbedaan itu indah, dengan bangga saya menceritakan ttg hikmah puasa pada kawan2 saya disini, dan saya juga menghargai kepercayaan mereka tanpa merasa terganggu…..
malah mereka selalu bilang…jangan makan ini Wied..ini ada babi nya….nah….
sangat indah kan?
dan hari natal ini saya juga ikut tukar2 an kado…..hehehehe tapi mereka tau klo saya tidak merayakannya…..hanya partisipasi
kepercayaan beragama adalah hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya
jadi lebih baik hidup berdampingan tanpa rasa iri atau saling melecehkan
Totoks
December 24, 2007 at 2:44 pmjust info di malang masjid agung sama gereja bersebelahan lho coba main ke malang deh. kadang susah memaknai perbedaan itu mas, kadang yg sesama agama saja masih suka berantem karena beda aliran atau rebutan tempat ibadah.
mengenai surga dan neraka sepenuhnya adalah hak prerogatif Tuhan mas. Salam damai dibumi 😀
-may-
December 24, 2007 at 2:54 pmYa, ya, saya ingat pernah baca catatan pinggir GM yang itu. Cuma waktu itu timbul pikiran nakal saya: bagaimana lanjutan kisah Lamijah dan keluarga di Israel, dalam konflik Israel – Palestina yang berkelanjutan :)? Apa yang akan terjadi jika suatu hari konflik Israel – Palestina memuncak dan keluarga ini berhadapan dengan tentara Israel: akankah sertifikat itu cukup sakti sekali lagi, ataukah mereka lebih dilihat dari atribut keislaman mereka yang membuat mereka lebih terasosiasi kepada Palestina daripada pembela Yahudi dalam masa Holocaust :)?
Sebab, seperti diceritakan Elie Wiesel dalam “Dawn”, pada akhirnya pun sama. Mereka yang terburu melakukan apa yang dulu dilakukan pemburunya 🙂
Dalam setiap kekisruhan, di semua pihak, kita selalu melihat wajah2 yang bertentangan saling berdampingan: mereka yang bisa mengesampingkan perbedaan, dan mereka yang melihat perbedaan sebagai dasar dari segala2nya 🙂 I guess that’s the fact of life, yang mau nggak mau mesti kita terima, walaupun… yaaah, walaupun hidup rasanya akan lebih indah kalau lebih banyak lagi orang yang bisa mengesampingkan perbedaan 🙂
BTW, RSS Feed-nya sudah berapa kali saya coba subscribe, kok nggak pernah berhasil ya, Mas? Katanya forbidden 🙁
-may-
December 24, 2007 at 2:56 pmOhya, nambahin soal gereja & mesjid yang saling berdampingan 🙂 Di Solo juga ada mesjid dan gereja yang berada di satu pekarangan. Malah, kalau Natal, kursi jemaat sebagian ditaruh di halaman mesjid, dan kalau Lebaran, shalat Ied sampai di halaman gereja 🙂
Nama jalannya saya nggak inget.. hehehe.. Tapi yang jelas di sebelah utara bang-jo (lampu lalu lintas) Djamsaren, dan di selatan bang-jo Plaza Singosaren
siska
December 24, 2007 at 3:09 pmkalo gak salah Cak Nur juga pernah bilang gitu. Beliau heran kenapa ada fatwa yang bilang sebaiknya tidak memberi ‘greeting’ pada orang yg merayakan hari besar agamanya. saya malah terbiasa berada di lingkungan yang sangat berbeda dg saya.
hanya saja, (mengutip pernyataan teman saya) apakah Tuhan saya dan Tuhan mereka berbeda? sampai segitunya membesarkan perbedaan.
hmm….
Kurt
December 24, 2007 at 6:17 pmSELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU.. bagi umat Kristiani
semoga Tuhan menganugrahi kedamian di hati kita masing-masing untuk terus menyemangati kami yang berbeda dalam mengemban misi membangun bangsa dan negara *halah*
Mengucapkan natal kepada saudara yang berbeda agama tidak apa-apa kok. semua sudah tahu, MUI juga tidak mengharamkan.
http://mui.or.id/mui_in/fatwa.php?%20Id=71
Kurt
December 24, 2007 at 6:18 pmMaaf linknya salah ini yang benar:
http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2359&Itemid=0
siska
December 24, 2007 at 6:58 pm@Kurt: hehehe saya hanya mengutip pernyataan Cak Nur duluuu banget di Kompas..
(lho, kok jadi menjawab komen orang di blog blogger lain? hehehehe)
Iman Brotoseno
December 24, 2007 at 8:25 pmKurt & Sisca,
Memang kita menghormati pluralisme, dengan tetap meyakini amal ibadah masing masing..itulah semangat ketulusan…
May,
Kayaknya nggak ada problem, Ida Arimurti baru saja membuat feed reader dengan Bloglines, dia bisa tuh memasukan feed saya..Memang kamu pakai apa readernya ?
endiks
December 24, 2007 at 10:00 pmkemajemukan selalu majemuk adanya. bagi masyarakat sekitar gunung lawu dimana brawijaya terakhir bertahta dalam pelariannya saat di buru raden patah cs, mereka tak berhasil membinasakan sang sinuhun karena dipercaya muksa di puncak hargo dalem. dan ada pesanggrahan yang diyakini oleh masyarakat kejawen abangan untuk menepi dan ngangsu kawruh dengan sang raja. berbanding terbalik dengan cerita masyarakat pesisir lor dan buku sejarah yang mengatakan sang brawijaya ke V terbunuh oleh anaknya sendiri akibat perselisihan keyakinan dan kepercayaan terhadap Sang Hyang Widhi. logika sepertinya dimatikan meskipun kita tahu kita sama sama menyembah Sang Hyang Widhi yang sama, ibarat ada seribu cara mendaki gunung namun ada satu puncak yang di tuju. ketika sampai diatas gunung, ritual yang pantas dan jamak adalah menyeduh kopi dan memandang keindahan ciptaanNya, ya gak om..?? begitu damai dan begitu menyegarkan. saya tak pernah belajar kalau damai itu berbeda adanya, kalaupun itu benar, peduli amat, yang saya tahu Damai itu satu. damai selalu besertamu om.. makacih ya KFCnya… 😛
yoki
December 25, 2007 at 4:15 amsigh…dulu sahaya pernahlah di cap mempunyai kadar keyakinan yang rendah karena bernama tidak berbau asal keyakinan ituh…ada juga memberikan cap yang tidak lebih rendah ketika saya senang membaca Gibran…lantas apa yang di lihat antara sahaya, dia, mereka dan kalian?…. “Selamat Hari Natal” semoga masa depan lebih diberkati menjadi lebih baik…..
de
December 25, 2007 at 9:49 amselamat natal buat yang merayakan. damai di bumi..
kenny
December 25, 2007 at 10:56 amperbedaan itu indah klo bisa berdampingan yah, contoh kecil ya di keluargaku beda budaya anaknya cantik2 hahahaha oot tenan, pizz ya mas
met natal buat yg merayakan, met th baru buat mas iman dan semuanya.
triadi
December 25, 2007 at 12:06 pmada bahasan yang lumayan ttg ucapan selamat yang “kasuistik”
http://abuaufa.multiply.com/reviews/item/15
wku
December 25, 2007 at 3:14 pmsaya kok justru merasa damai di tengah perbedaan …
chiw
December 25, 2007 at 3:39 pmDan bertebaranlah teror serta ancaman…
😀
Lance
December 25, 2007 at 7:54 pmdamai di bumi dan surga..apakah semudah itu ??
merry x mas !!
danalingga
December 26, 2007 at 12:04 amTuhan sih tidak buta saya kira. 😀
Luigi
December 26, 2007 at 2:48 amSemoga hiruk-pikuk dan babat-alas lampau dan woro-woro yang sedang kita alamai ini membawa kita menjadi bangsa yang besar dan benar-benar menghargai tepo-seliro dan mampu mengembalikan kerukunan beragama seperti dahulu.
Every great nations must learn from its past dark ages..
Sebuah ulasan yang bermanfaat. Happy Holidays and wishing each one of you a prosperous 2008. Hugs from Liberia, West Africa.
Peace!
🙂
andriansah
December 26, 2007 at 12:44 pmTulisan yang menarik mas
Seandainya agam adalah milik kita sendiri, tapi yah itu…
Tidak ada manusia yang sempurnya.
dodski
December 26, 2007 at 7:47 pmlhoo… kan yg nyuruh mas iman? hehehe
*kabuuuuuuuuuur*
maaf.. ga nemu shoutbox… di sini aja yah cuap2nya 😀
extremusmilitis
December 26, 2007 at 11:09 pmWow, edan kisah-nya Mas 🙄
Aku percaya Mas masih ada harapan dan kedamaian bagi kita di seluruh bumi ini termasuk bangsa ini 😉
Mira
December 27, 2007 at 6:40 amternyata saya menemukan surga tulisan disini.
unai
December 27, 2007 at 8:29 amtulisannya bagus om..kemarin ke jogja saya ndak sempat ketemu 🙁
Ajie
December 27, 2007 at 11:26 amNabi Muhammad SAW sangat menghargai pemeluk agama lain, kita juga demikian seharusnya tokh ?
pencerita
December 27, 2007 at 1:56 pmMasya Alloh, tulisan yang sangat menyentuh, Mas!
Kedamaian makin susah aja ditemuin di sana-sini. Semoga blog ini bawa damai for everyone.
tania
December 27, 2007 at 2:27 pmbagus bagus bagus banget banget!
wawasanku bertambah.. makasi makasi
keren banget
siLia
December 27, 2007 at 3:14 pmTulisan yang menarik
saya juga percaya kadar ke kristenan saya tidak akan
berkurang dengan mengucapkan selamat idul adha
biarpun telat ^_^
Makasi udh berkunjung ke blog saya
Shelling Ford
December 27, 2007 at 7:34 pmada sumber yang menyebutkan kalo raden patah itu malah keturunan orang mongol, mas. makanya dia ketakutan sama siti jenar yang dapat dukungan dari ki kebo kenongo yang konon cucu brawijaya. makanya kemudian siti jenar dihukum pancung supaya kerajaan demak aman2 saja dari kemungkinan makar. konon, sih…
guuuuuh
December 28, 2007 at 11:13 amAmin, semoga damai di bumi, semoga semua mahluk berbahagia.
Btw, ada yang tahu, dimana saya bisa dapatkan kisah sebenarnya tentang pembabadan jawi oleh raden patah ini?