Browsing Category

BLOGGERS

Tantangan Blog di era Social Media

Ada sebuah pertanyaan menarik yang sejak dulu selalu diperdebatkan. Apakah blog merupakan trend sesaat. Ini terjadi ketika kini blog tidak lagi dianggap sebagai trend setter, bagi mereka yang ingin dianggap eksis di ranah internet. Berbagai fitur fitur social media yang lebih sexy dan simple bertaburan. Facebook atau Twitter menawarkan pencitraan social media yang yang lebih real time. Jika dulu, sebuah topic dalam blog bisa menuai respon berhari hari kemudian, bahkan saat topic itu tidak lagi menjadi headline. Sementara twitter dan facebook terkoneksi secara real time, dan menuai komen seketika, saat update status terbaca di networking.

Manusia selalu bergerak cepat seiring dengan peradaban. Demikian juga teknologi. Komunikasi internet tidak lagi melulu menggunakan computer konvensional, ketika penetrasi mobile phone masuk di segala lapisan masyarakat. Untuk pertumbuhan pasar selular di Indonesia merupakan nomer 3 di dunia, yang mana 80 % handset yang terjual adalah web – enabled, atau bisa mengakses internet.

Namun tidak dapat dipungkiri blog masih dianggap sebagai salah satu sumber informasi yang terpercaya di bawah Koran, televisi dan portal web. Artinya bahwa blogger masih memiliki peluang untuk menangkap pembaca dengan cara yang tepat. Memang pertumbuhan user blog di Indonesia terus meningkat. Jika tahun 2007 baru sekitar 300 ribu blog. Tahun ini ( April 2011 ) tercatat 4, 8 juta blog. Di sisi lain, hampir 35 juta pengguna Fabebook dari Indonesia merupakan no 2 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat. Sementara pengguna twitter merupakan no 6 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, Brazil, Inggris dan Jerman.

Melihat data itu juga menimbulkan pertanyaan menarik. Apakah pertumbuhan blog itu seiring dengan dinamika interaksi jumlah pengunjungnya. Saya bisa membayangkan era blog beberapa tahun lalu, sebuah blog bisa melakukan posting hampir setiap hari atau seminggu tiga kali, dengan komentar atau respons yang sangat dinamis.
Ini ditambah dengan kebiasaan orang yang mempunyai waktu lebih untuk sekian jam per hari duduk di depan computer melakukan browsing, blogwalking dan meninggal jejak disana sini.

Continue Reading

Menyongsong Masyarakat ASEAN

Menjelang proklamasi Kemerdekaan, team perumus BPUPKI sudah memikirkan batas wilayah. Pada tangal 10 Juli 1945, Mohammad Yamin saat itu sudah mengusulkan wilayah negara Indonesia yang meliputi negara Indonesia sekarang, ditambah seluruh daratan Papua, Timor Timur, Kalimantan Utara, serta semenanjung Malaya. Pemikiran itu didasarkan jaman keemasan wilayah kekuasaan Majapahit.
Untuk memperkuat pendapatnya, Yamin menyitir kitab Negarakertagama, buku karya Mpu Prapanca yang ditulis pada sekitar abad ke-13. Yamin membawa para peserta sidang untuk membayangkan era kejayaan Majapahit dengan wilayah kekuasaan yang luas, mulai dari Semenanjung Malaya hingga ke Papua.

Sementara Soekarno walau menolak ide Yamin, mengakui pernah membayangkan Pan Indonesia yang bahkan bisa mencakup wilayah Filipina. Di sisi lain Hatta mengatakan batas wilayah Indonesia hanya mencakup bekas jajahan Hindia Belanda saja.
Siapa sangka jika pemikiran itu bisa terwujud kelak tahun 2015. Tentu saja tidak dalam bentuk negara baru, tetapi dalam bentuk masyarakat baru. Sebuah masyarakat ASEAN yang melepaskan batas wilayah negaranya untuk kesatuan pasar ekonomi bersama.

Jika melihat kilas balik deklarasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, menggambarkan sikap dan pemikiran negara negara Asia Tenggara untuk untuk bekerja sama daripada kepentingan sendiri, seperti konfrontasi Indonesia dengan Malaysia. Selain itu Philipina juga berselisih karena klaim Malaysia atas Sabah.
Serangkaian kegiatan diplomasi dari pemimpin di kawasan ini tidak hanya menghentikan konfrontasi dan perselisihan, tetapi juga mencari titik temu untuk kerja sama di masa depan.

Indonesia yang saat itu jumlah penduduknya sekitar 60 % dari populasi kawasan memainkan peranan yang sangat besar bagi terwujudnya kerja sama ASEAN. Bahkan sebagai negara besar, sejak awal posisi tawar Indonesia jauh lebih diperhitungkan oleh negara negara lain. Indonesia bahkan bisa menjadi negoisator dalam beberapa perselisihan seperti pemberontakan Moro di Mindanao, Philipina dan juga pertikaian di Kamboja.

Continue Reading

Sumpah Pemuda dan Jejaring solidaritas

Seorang pengamat asal Belanda, Van der Plas yang hadir dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 memberikan catatan menarik.
” Pemimpin Kongres, Soegondo tidak dapat memenuhi tugasnya dan kekurangan otoritas. Ia mencoba untuk berbahasa Indonesia, tapi tidak mampu membuktikan dirinya melakukannya dengan baik “
Disamping itu ia membuat laporan kesimpulan yang lebih jauh. Bahwa ada penolakan secara diam diam dari sebagian besar peserta terhadap penggunaan bahasa Melayu. Banyak orang Jawa, Sunda dan suku lainnya yang tampak tidak leluasa karena harus melepasakan bahasa Belanda atau bahasa daerahnya selama Kongres.

Namun Moh Yamin salah satu perumus konsep Sumpah Pemuda memang dengan gigih memaksakan pemakaian bahasa Melayu. Dia sendiri melakukan penerjemahan pidato Ny. Poernomowoelan yang berbicara dalam bahahsa Belanda tentang pendidikan dan lingkungan untuk anak anak. Walau sebenarnya tidak perlu dilakukan karena sebagian peserta berlatar belakang pendidikan Belanda, tetapi secara mengejutkan mereka justru berteriak teriak meminta diterjemahkan kedalam bahasa Melayu.

Ini menjadi tonggak karena, untuk pertama kalinya dalam sebuah pertemuan – kongres dalam masa penjajahan – bahasa Melayu, kelak Indonesia bisa diposisikan sebagai bahasa nasional yang membedakan dengan bahasa Belanda sebagai bahasa kolonial. Beberapa peserta kongres bahkan harus meminta maaf karena memakai bahasa Belanda dan tidak menguasai bahasa Indonesia.

Continue Reading

Tak ada yang salah dengan Pesta


Sebenarnya saya malas untuk bicara Pesta Blogger. Ini memang remah remah, tapi tetap saja jadi polemik, ketika masih ada orang orang menganggap Pesta Blogger sebagai pesta yang ditunggangi sponsor atau asing, mungkin sama kastanya dengan mereka yang dituding sebagai agen nekolim sampai neolib. Ah masa sih. Saya sih simpel simpel saja. Dulu saya pernah mengkritik penyelenggaraan Pesta Blogger pertama 2007. Totot menyebut saya sebagai pengkritik paling keras. Tapi tidak melulu membabi buta bahkan saya tetap hadir, bahkan kelak terlibat di dalamnya. Esensinya adalah saya menikmati perhelatan ini.

Dugaan saya tidak salah. Ini memang hajatan kopdar raksasa skala nasional. Jadi memang benar pesta dalam tanda kutip. Pestanya blogger blogger nasional – tentu saja yang mau datang. Bukankah rukun Blogger yang paling utama adalah Kopi darat. Kumpul kumpul serta ha ha hi hi, photo photo dan makan makan. Lihat saja kopdar blogger di seluruh penjuru negeri. Saling berkenalan, bertukar sapa dan yang paling penting bertukar url.

Its only blog. Nobody dies. Ya tidak usah serius serius amat tentang aspirasi yang didapat dari Pesta Blogger. Mau yang menyelenggarakan misalnya perusahaan MLM, yang mensponsori agen zionis, logonya diklaim sepihak. Santai saja. Kata Bang Rhoma, T-a-k-m-a-s-a-l-a-h.
Toh Pesta Blogger tidak akan membuat hidup mati kita. Apalagi sampai membuat dikotomi blogger nasional, blogger daerah, blogger Jakarta, blogger sosialis, blogger kapitalis, blogger sensitive, blogger minder.. Eh.
Ada teman yang mungkin sedemikian antinya, sehingga mentautkan widget komunitasnya saja bisa membuatnya meradang. Sedemikian sakralnya blog dan widget. Padahal mungkin dia lupa, bahwa pertemanan lintas blogger sedikit banyak membantu memperkenalkan, mensuarakan komunitasnya yang baru lahir waktu itu. Teman temannya mau datang ke kotanya, memenuhi undangannya dan sekaligus menulis postingan tentang komunitasnya. Kotanya. Semua sukarela.

Continue Reading

Tunai sudah janji saya

Tunai sudah janji saya. Kemarin, Pesta Blogger 2009 berlangsung dengan meriah dan sukses. Beberapa hal memang saya akui – terutama teknis pelaksanaan –memang agak mengganggu, seperti suara antar ruangan break out seassion yang saling nyelonong. Juga AC yang tidak maksimal.
Namun yang penting bahwa lebih seribu orang dari seluruh belahan negeri yang menghadiri hajatan ini bisa menemukan esensi yang utama. Kopi darat temu Blogger skala nasional yang luar biasa.
Sebagaimana petikan pidato pembukaan yang saya sampaikan. “ …. walau selalu saja ada pro kontra tentang sebuah ide besar Pesta Blogger, tapi ini memang bukan melulu Pesta. Ada semangat persahabatan, semangat kebangsaan, semangat gotong royong. Insya Allah akan membuat blogger Indonesia lebih baik bagi masyarakat dan negerinya “.

Ada kejutan lain, bahwa Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring bersedia hadir. Ternyata kesan puritan orang partai yang ditakutkan sebagian blogger tidak beralasan. Ia sangat humble dan membiarkan berfoto ria bersama para blogger. Berbagai petikan pantun yang disampaikan memang membuat suasana cair. He was stealing the show.
Ada sebuah janji yang akan saya tunggu ketika ia ucapkan kepada saya di ruang VIP. Bahwa ia akan memberi waktu perwakilan blogger blogger Indonesia untuk melakukan audiensi tentang apa dan bagaimana dunia blogging Indonesia.

Continue Reading

Pesta Blogger beberapa hari lagi

Gempita pesta blogger sudah memperlihatkan gaungnya. Seminggu sebelumnya di Jogyakarta pada malam 15 Oktober 2009 kemarin. Ini merupakan pamungkas acara dari penutupan rangkaian blogshop di sepuluh kota Indonesia.

Ada ratusan blogger dari – selain tuan rumah Jogjayakarta sendiri – juga dari Semarang, Jakarta, Bogor, Solo, Makasar, Wonosobo bahkan Banjarmasin. Mereka tumpah ruah dalam kemeriahan gathering – Herman Saksono , ketua Komunitas Cahandong Jogyakarta menyebut kopdar sebagai budaya yang paling popular masyarakat Indonesia – di pendopo Museum Nasional Yogjakarta.

Hanya satu kata. Keren !. Apalagi ini merupakan swadaya solidaritas anggota komunitas sendiri. Ada pameran batik, dan juga workshop membatik. Pojok kopi nusantara, lesehan nasi brongkos, pameran photo, presentasi dari Yahoo South East Asia, tari tarian tradisional dari Jawa, Bali, Aceh sampai Adonara, Nusa Tenggara Timur.

Ini membuat saya selalu percaya bahwa tak ada yang yang lebih hebat daripada sebuah pewartaan tentang Indonesia yang disuarakan oleh blogger. Yogjakarta adalah teater sebuah mini Indonesia, dan mereka bisa menampilkan utuh dalam sebuah solidaritas satu semangat satu bangsa.
Richardson Logan tak pernah menyangka bahwa sebuah nama yang diusulkan – Indonesia – dalam majalah ilmiah tahunan Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) pada tahun 1847, kelak merupakan entity yang menyatukan semangat kebangsaan negara kepulauan di selatan katulistiwa ini.
Kita bangga menjadi bagian dari nama itu.

Continue Reading

Seberapa jauh kita ingin berpetualang ?

Semua mungkin pernah mengalami sebuah petualangan yang menarik dalam kehidupannya. Apapun itu. Saya pernah mengalami terombang ambing menembus laut banda yang terkenal dalam dengan memakai sebuah boat kecil berukuran 2 x 6 meter selama 9 jam. Beruntung laut tenang. Ini memang nekat sebenarnya. Tapi siapa yang bisa mengatakan itu tidak sepadan setelah melihat keindahan laguna dan gunung api di Banda Naira.
Juga ketika ikut kapal nelayan bajau menembus teluk tomini menuju Kepulauan Togean di Sulawesi tengah. Agak ciut nyali, karena perjalanan malam hari dan selama 7 jam mengandalkan pengetahuan bintang di angkasa sebagai pedoman si nakhoda. Bagaimana jika tersasar ?

Sejak dulu manusia sudah memiliki hasrat penjelajahan di luar batas peradaban yang exist pada jamannya. Jules Verne sudah menceritakan daya khayalnya dalam petualangan menembus angkasa, di bawah laut sampai ke dasar bumi.
Ini memang kodratnya, demikian pula David Livingstone membuka jalan menembus belantara Afrika. Anak jutawan minyak Rockefeller, harus membayar mahal , dengan hilang di belantara Papua tahun 60an. Konon dibunuh oleh suku suku pedalaman yang saat itu masih berada dalam jaman batu.

Jadi pemenuhan hasrat gila jaman dulu harus bersiap siap dengan resiko yang besar. Bahkan nyawa. Tapi siapa peduli. Dr Pratiwi Sudarmono, calon astronot pertama dari Indonesia sangat bersedih ketika rencana penerbangan space suttle dibatalkan menyusul meledaknya pesawat ulang alik. Padahal ketika ditanya , dia tidak takut dengan resiko itu.

Continue Reading

Sepenggal Kisah dari Medan

Medan mungkin adalah mini Indonesia sesungguhnya. Kita bisa melihat kebinekaaan di sana. Ada melayu, batak – Islam, Kristen, Hindu – juga Jawa, India dan Tionghoa. Menakjubkan, kita hampir tak pernah mendengar ada peperangan antara Batak Islam dan Kristen misalnya, atau bunuh bunuhan antara Melayu dan India, sebagaimana masa masa suram perang etnis dan agama di berbagai belahan negeri ini dulu.
Jauh sebelum masa sekarang. Dulu tahun 60an sudah ada pelari keturunan Sikh, Gurnam Singh yang merebut emas di Asian Games. Dia berasal dari Medan. Saya juga selalu mengagumi keuletan Nobon pemain bola eks PSMS jaman dulu.

Bagi saya, Sumatera Utara selalu spesial. Dulu ada wanita wanita Batak yang pernah mengisi ruang hati saya. Entah kenapa saya selalu pacaran dengan gadis Batak. Ada yang dari Sipirok, Karo dan Toba.
Kini dalam rangkaian blogshop minggu lalu, saya kembali ke Medan. Menjejakan kaki di bandara Polonia yang unik dan sekaligus menyeramkan karena terletak di tengah tengah kota. Grup musik lawas Bimbo bahkan pernah menciptakan sebuah lagu tentang penantian kekasih yang tak pernah datang di Polonia, karena pesawatnya jatuh. Yang lebih asyik, duduk mencicipi steak daging spesial restaurant Tip Top yang telah berdiri sejak jaman kolonial.

Bertemu dengan teman teman baru dari Medan selalu menyenangkan. Mereka wajah wajah blogger Sumatera Utara yang mewakili kebinekaan Indonesia. Komunitas Awak Medan yang dikomandoi Putra Nasution , juga Ronald dan blogger Bandung yang terdampar di Medan, Adam Soemantri membuat pelaksanaan rangkaian Pesta Blogger ini sungguh menggembirakan.

Continue Reading

Ayo motret !

Ajang photo contest blogger Indonesia kembali digelar. Apalagi kalau bukan pestablogger photo contest 2009 . Ini sebuah seri kedua setelah tahun lalu cukup mengundang pencinta dan pemerhati photography. Dengan tema yang sama dengan motto Pesta Blogger. “ One Spirit One Nation “, diharapkan akan hadir potret negeri ini dari segala aspek. Tentu saja aspek semangat , gotong royong dan persaudaraan sebagai satu bangsa.

Para juri selain muka lama seperti Kristupa Saragih, Deniek Sukarya dan Arbain Rambay. Juga bergabung tokoh photography Indonesia, yakni Darwis Triadi. Satu hal yang membedakan dengan kontes tahun lalu. Kali ini semua jenis format digital bisa ikut, mulai kamera DSLR, compact, semi pro sampai kamera handphone !.
Kali ini juga Photocontest akan dimotori oleh duet photographer muda berbakat asal Jogja, Antobilang dan Gage Batubara .

Continue Reading

Bumi Etam yang menggegerkan

Dulu ketika Bung Karno mengangkat Jendral Soemitro menjadi panglima di Kalimantan Timur, pesannya hanya satu. “ Tolong jaga kilang kilang minyak di Balikpapan sana “. Tak beberapa lama, jenderal itu justru menangkapi orang orang komunis dan beberapa pimpinan onderbouw serikat buruhnya.
Bung Karno diam saja. Menurut sang jenderal, mungkin sepanjang kilang kilang minyak tidak terganggu, dan tetap berproduksi. Dia tak perduli. Pragmatis memang. Itulah kota Balikpapan, kota minyak, yang sejak dulu menjadi sumber pemasukan devisa negeri ini.
Jadi kalau dulu minyak yang ‘ dijaga ‘ , sekarang jaman sudah berubah. Justru antusias masyarakat tentang nge-blog yang harus ‘ dijaga ‘.

Bagaimana menjaga minat nge-blog ini memang tidak sia sia. Saya melihat semangat yang luar biasa dalam roadshow sepuluh kota – blogshop – di Kalimantan Timur. Sejak mendarat di Balikpapan, dukungan media massa setempat, komunitas blogger Balikpapan, yang dikomandani Alfa dan Bambang Herlandi , juga STIKOM.
Khusus di Balikpapan, ternyata peserta Blogshop paling banyak diminati oleh ibu ibu rumah tangga dan guru guru sekolah. Ini sekaligus menunjukan bahwa penetrasi blog sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Ada yang lebih gila lagi. 3 orang blogger dari Komunitas Blogger Kalimantan Selatan. Wawan, Farid dan Dillah . Dengan mengendarai motor, rela menempuh perjalanan 12 jam melalui hutan dan jalanan yang rusak. Demi bisa mengikuti Pesta Blogger di Balikpapan.

Continue Reading

Kode Etik

Hari belum begitu malam. Namun kantor sudah sepi, dan hanya saya sendiri masih mengerjakan beberapa catatan untuk syuting iklan produk telepon seluler besok. Ketika semua selesai, iseng iseng saya membongkar archive tulisan beberapa tahun lalu. Semuanya tergambar jelas dan tiba tiba saya merindukan masa masa itu. Masih menulis di blog gratisan, dan menjadi nobody. Tanpa harus mengenal dan dikenal. Hanya tulisan saya yang dikenal. Tidak penting siapa saya.

Terasa atmosphere yang meluap luap dari cara penyampaian kebebasan dalam remah remah tulisan saya waktu itu. Mungkin karena saya merasa tak memikirkan konsekuensi dari tulisan. Siapa yang akan membaca blog saya ?

Saya tidak harus memikirkan tetek bengek, dan tak perlu tahu apa itu kode etik. Hanya menulis dan kadang bisa pahit bagi siapa yang tersentil. Sebuah potret kehidupan yang nyata. Bukan gossip.
Living in my viewfinder. Begitu motto saya.
Itu dulu. Kini tiba tiba saya merasa blog menjadi belenggu dengan sebuah norma yang dinamakan etika atau bahkan kode etik. Saya katakan belenggu dalam tanda kutip, karena begitu saya akan menuangkan topik, sudah harus memikirkan konsekuensi apa yang mungkin timbul dari tulisan ini. Sukur sukur bukan tuntutan hukum.

Continue Reading

dari Wonosobo ke Malang

Apa yang dibayangkan tentang sebuah kota kecil yang bernama Wonosobo. Bayangan dingin, kabut dan gunung gunung melintas. Juga tembakau dan sayur mayur. Ketika seorang Belanda, HC Cornelus menemukan reruntuhan candi di kawasan, yang sekarang dinamakan dieng pada tahun 1814. Ia berpikir telah memecahkan salah satu rahasia pusat kebesaran jawa di masa silam.

Ternyata Wonosobo lebih dari itu. Ini tidak salah, karena sebelumnya Gubernur Jenderal Raflles – yang sangat tergila gila dengan aspek historis suatu wilayah – mengatakan dieng masih lebih menarik – secara spiritual – dibanding Borobudur.
Perjalanan menuju Wonosobo dari Yogjyakarta kali ini melewati Sapuran, memotong jalan dari arah Borobudur. Rute ini dipilih untuk mempersingkat waktu. Sekaligus menjadi pemandangan yang indah dengan melewati jalanan menanjak dan berkelok diantara sawah sawah dan tebing.
Setidaknya menjadi terapi yang menenangkan terutama karena keterlambatan jam keberangkatan maskapai Garuda yang kesekian kalinya.

Continue Reading