Bang Haji


Lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Rhoma pernah meratap kepada gurunya, seorang Kiai. Hatinya cemas, bahwa ketika ia sedang menyanyi dia mendadak lupa dengan segala sesuatu. Juga dengan Allahnya.
“ Kenapa hal itu bisa terjadi Kiai ? Aku takut berdosa karena tak lagi zikir kepadaNya “.
Sang guru tersenyum. “

Itulah taqwa. Ketahuilah tanganmu yang memetik gitar itu berzikir. Juga spontanitas lagu dari mulutmu. Suara yang terdengar itu kehendakNya. Sang Kiai meneruskan. “ Kaum sufi akan berkata, Allah lah yang bermain gitar “. Rhoma menjadi tenang dan mendapat kekuatan baru yang mantap. Bang Haji demikian panggilan mesranya telah menghipnotis massa yang berdesak desakan berjoget menonton konsernya. Barangkali mereka tidak melihat sekadar superstar, tapi juga ratu adil, pahlawan dan panutan mereka.

Sejak tahun 1977, Bang Haji berani mengambil sikap berkampanye untuk partai Islam, ketika semua artis memilh berkampanye untuk partai penguasa Golkar. Ia sadar resiko dicekal penampilannya dari TVRI. Satu satunya televisi yang ada saat itu.
Kali ini Bang Haji berkampanye untuk kandidat Gubernur inkamben penguasa dengan stempel Islam.
Satu satunya yang membedakan, bahwa dalam kampanyenya dulu ia tidak menyerang Pemerintah apalagi issue Kristen dan golongan lain. Beberapa tahun kemudian ia juga tidak alergi berkampanye untuk Golkar dan duduk mewakili di MPR. Alasannya Golkar sudah islami sekarang.

Kerapuhan tentang entity yang dinamakan Indonesia semakin tampak, karena Bang Haji kini tidak ragu untuk menghilangkan hak hak demokrasi dan berbangsa dari kaum minoritas dengan menggunakan stempel yang sama. Islam,
Disisi lain pendamping calon Gubernur penantang, seorang Kristen dan Cina asal pulau Belitung menjadi sasaran empuk untuk untuk menolaknya sebagai calon pemimpin Jakarta. Bang Haji mungkin lupa bahwa Jakarta dulu pernah memiliki Gubernur Kristen asal Minahasa. Henk Ngantung.

Tahun 1953, terjadi peristiwa yang mengherankan. Fakih Usman, Menteri Agama dalam kabinet Wilopo, menyatakan bahwa syarat syarat yang harus dipenuhi sesuatu agama agar diakui Pemerintah, adalah harus memiliki kitab suci, mempunyai nabi, harus ada kesatuan ajaran serta pengakuan dari luar negeri. Menteri Agama berargumantasi bahwa Sila Pertama Pancasila harus diartikan monoteisme, sehingga kepercayaan kepada Roh-roh, dewa dewa tidak diperkenankan.
Tak lama kemudian serombongan pegawai Departemen Agama datang ke Bali dan memberitahu penduduk bahwa agama mereka tidak memenuhi syarat, maka penduduk Bali mesti mendaftarkan diri sebagai golongan Islam statistik. Mendadak sontak, Bali menjadi geger sampai ke pelosok, Penduduk Bali merasa terkejut. Roh, dewa, pura dan kebudayaan Bali akan dipisahkan dari penduduk. Protes keras dilancarkan seantero Bali.

Anggota parlemen asal bali, Ida Bagus Mauaba di Jakarta mengatakan, Indonesia Timur akan memisahkan diri jika Bali akan di Islamkan. Kita akan meminta perlindungan kepada Australia, Pemerintah buru buru mengatakan itu pendapat pribadi Menteri Agama. Presiden Soekarno sendiri merasa kecolongan, sehingga memutuskan memulai kampanye di seluruh negeri tentang negara Pancasila.
Hasil gerakan tersebut akhirnya memaksa Jakarta memenuhi permintaan Bali bahwa Hindu Bali diakui sebagai agama resmi.

Peristiwa di atas menunjukan bahwa sejak dahulu agama ( baca : Islam ) berpretensi menentukan neraca benar salah, baik buruk dan halal haram menurut kacamata sendiri. Sehingga kerap menimpulkan ketidaknyamanan, terutama bagi kalangan minoritas. Ini terasa getir sampai sekarang ketika 10 % penduduk non Muslim di kepulauan Nusantara ini kadang masih dianggap bukan pemilik negeri ini.
Issue issue Kristen, non pribumi masih menjadi bahan ampuh untuk mencari minat pemilih, apalagi urusan kampanye Pilkada Jakarta yang akan memasuki putaran kedua.
Dan kita termangu mangu melihat selebaran provokatif dari organisasi etnis Betawi, Forkabi dipasang di pohon pohon sepanjang jalan. Juga dakwah Bang Haji, mengharamkan pemimpin non muslim. Kita sekaligus menebak nebak, bagaimana perasaan saudara kita yang Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, Agama Djawa Sunda, Agama Adat lainnya, ketika kita bilang mereka kafir, dan tidak punya hak mengelola negeri ini.

Perbedaan memang tidak perlu disembunyikan, karena itu kenyataan. Tapi tidak perlu dipakai sebagai ‘ tool ‘ untuk menumbuhkan kebencian dan aksi sewenang wenang. Ada cara cara yang lebih elegan dan terhormat untuk menyatakan hegemoni Islam sebagai golongan mayoritas. Tidak perlu dengan mengkafirkan, merendahkan golongan lain.

Kita merayakan hari proklamasi kemerdekaaan sebagai cara untuk mengingat bagaimana para pendiri Republik ini menyatukan dari keberagaman etnis, suku, agama dengan pijakan satu bangsa. Dari awal penyusunan dasar negara ini, sudah duduk wakil Kristen dan golongan Tionghoa.
Bung Karno beberapa kali menyebut nama nama dari etnis Tionghoa itu dalam pidatonya di sidang Dokurutu Zyunbi Tyoosakai.

Gempita kemerdekaan tidak hanya monopoli rakyat Jawa. Juga mereka rakyat Bangka Belitung yang banyak terdapat etnis Tionghoa. Dukungan masyarakat Tiionghoa yang diwakili organisasi Persatuan Tionghoa ( perkumpulan Tionghoa Peranakan ) dan Tjunghwa Tjungwi ( perkumpulan Tionghoa totok ) kepada Republik.
“Kedatangan pemimpin Repulik telah membangkitkan semangat perjuangan pembebasan warga Bangka Belitung, “ – Hok Djoeng Fong ( Junaidy Hidayat ) kini 89 tahun.
Hok Djoeng Fong dijuluki si anak cina gila, Pada tahun 1946 Djoeng Fong adalah anak Tionghoa pertama di Pangkal Pinang yang berani memekikkan kata merdeka saat berlangsung rapat buruh di sebuah bioskop di Pangkal Pinang.
Saat itu Doeng Fong menjadi kepala Biro Industriel Herstel Pangkal Pinang dan ia aktif dalam panitia penyambutan Bung Karno dan Agus Salim. Ia berlari lari disamping kanan mobil yang membawa Bung Karno ke rumah residen Bangka.

Barangkali Bang Haji tidak perlu berzikir dengan mengumbar kebencian sebagaimana kegelisahannya dulu bahwa ia melupakan Allah. Bang Haji tetap berzikir sekaligus menjadi panutan massa dan juga perempuan perempuan yang dikawininya.
Tentu saja Bang Haji tidak mungkin lupa lagu yang diciptakan beberapa puluh tahun lalu.

Seratus tiga puluh lima juta
Penduduk Indonesia
Terdiri dari banyak suku-bangsa
Itulah Indonesia

Janganlah saling menghina
Satu suku-bangsa dengan lainnya
Karena kita satu bangsa
Dan satu bahasa Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika
Lambang negara kita Indonesia
Walaupun bermacam-macam aliran
Tetapi satu tujuan

Gambar Rhoma dari sini

You Might Also Like

45 Comments

  • Ceritaeka
    August 15, 2012 at 7:09 am

    Aku semacam bertambah pinter kalau ke blognya mas Iman!
    🙂

  • saifulmuhajir
    August 15, 2012 at 7:13 am

    Entah apa yang ada di pikiran bang Haji ini.
    Dia berubah.
    😐

  • slamsr
    August 15, 2012 at 7:27 am

    di SMP dulu gak ada ini nih, apa aku yg ketiduran…

  • Wilson
    August 15, 2012 at 7:31 am

    Terima kasih ulasannya. At least we know where Indonesia should be standing in the face of multiculturalism.

  • goenrock
    August 15, 2012 at 7:33 am

    Dia harusnya malu kalau disuruh nyanyi lagu itu lagi mas. :))

  • Amril Taufik Gobel
    August 15, 2012 at 7:49 am

    Ulasan yang mantap dan bernas mas Iman.

  • didut
    August 15, 2012 at 7:54 am

    selalu suka dgn fakta sejarah yang ditampilkan Mas Iman 🙂

  • Pambudi
    August 15, 2012 at 7:54 am

    Mudah 2an Bang Oma memang sedang khilaf dan memang harus diluruskan karena dia publik figur sehingga kesalahan cara berfikirnya tidak menyebar.Tentu dengan cara yg hasanah. Well said Mas Brotoseno …

  • susandevy
    August 15, 2012 at 8:25 am

    tulisan yang bagus sekali dengan riset yang mendalam dari sejarah multikultur dan multiagama di indonesia, saya percaya warga indonesia sudah cukup bijak untuk tidak terpancing oleh isu2 sara yang sayangnya diplintir untuk kepentingan politik. terima kasih untuk pencerahannya

  • angki
    August 15, 2012 at 8:42 am

    Keknya sih, nominal yang diberikan dari Foke ke bang haji yang mengubah segalanya. TrioMacan2000 jugakah?
    😀

  • bennythegreat
    August 15, 2012 at 9:04 am

    agama gak pernah mengajarkan yang jelek,
    yang bikin jelek ya manusianya.

    sayang jika ada oknum ataupun gerombolan yang berniat membela agama namun dengan cara yang jelek apalagi sampai membawa-bawa ayat suci kitabnya.

    sayang juga bila fanatisme sempit harus bercokol dan memaksa untuk mendominasi

    artikel bagus bang @imanbr

  • Emanuel Setio Dewo
    August 15, 2012 at 9:05 am

    Manusia begitu mudah berubah…

  • nengbiker
    August 15, 2012 at 9:14 am

    setelah ke klinik tong… ah baiklah uda jadul guyonannya

    kira2 perubahan itu akibat materi atau beliau memang sudah lupa ya sama akarnya dulu?
    kecewa iya.. tapi, karena dia juga manusia yaa wajar deh jadinya

  • rani
    August 15, 2012 at 9:16 am

    saya selalu berpikir bahwa tanggung jawab pemerintah itu, yang paling minimal, adalah melindungi hak-hak minoritas.

  • Antyo Rentjoko
    August 15, 2012 at 9:49 am

    Secara umum, kecenderungan mereka yang jadi mayoritas adalah mengabaikan yang minoritas. Kemudian perubahan nilai-nila terjadi, sehingga yang mayoritas lebih mengakui keberagaman, apalagi yang mayoritas di suatu tempat bisa menjadi minoritas di tempat lain.

    Bagaimana dengan agama? Menganggap agama sendiri sebagai yang benar tentulah memang pada tempatnya. Lha kalo gak bener ngapain dipegang kan? 🙂 Nah, pluralisme itu gak nganggap semua agama sama. Pluralisme itu mengakui kahadiran dan hak hidup pihak lain.

    Bagaimana hubungan agama dan pilkada? Pada tingkat permukaan (yang terdengar, terlihat, terbaca) mestinya para tokoh lebih bijak. Tapi lebih mendasar lagi ya masyarakatnya, mau belajar atau tidak. Kalau gampang digosok soal kulit ya gimana lagi.

  • wongkamfung
    August 15, 2012 at 10:14 am

    Sejak kemunculannya dulu, saya sudah tidak simpatik. Apalagi sekarang. 😉

    Salam persahablogan,
    @wkf2010

  • sibair
    August 15, 2012 at 10:15 am

    Posting ini kayak sekali informasi yang disampaikan, sampai lagu tua itu pun ikut memperkaya tulisan ini hehe

  • max
    August 15, 2012 at 10:27 am

    terlaluuuuu…. wkwkwk

  • mun
    August 15, 2012 at 10:53 am

    saya pikir… bang haji ada benarnya…! bang haji tidak pernah bilang yg minoritas bukan pemilik negeri ini. akan tetapi beliau hanya menyampaikan ke umat islam saja untuk memilih pemimpin yg islam krn itu memang anjuran dalam islam. saya rasa itu wajar saja krn beliau penda’wah…

  • ade aulia
    August 15, 2012 at 11:48 am

    Hmm Mas Iman lebay ni… yang terjadi di Indonesia belum apa2 dengan yang terjadi di Spanyol/ Andalusia dan Manila …. Kalau Mas Iman baca sejarah dunia pasti tahu yang saya maksud, disitu orang Islam diperlakukan sebagai warga pinggiran dan dibantai. Lagian Rhoma Iramakan ceramah di masjid dilingkungan dia dan yang seumat dengan dia. Kecuali kalau dia ceramah dilingkungan yang nonmuslim baru aneh. Cuma yang saya sayangkan disini Rhoma Irama ini kayaknya ngga tulus dan mengusungnya bukan karena Islam tapi lebih ke salah satu kandidat. Oya lagian di Islam boleh kok memilih pemimpin yang non muslim jika dia lebih baik dan lebih adil dari pemimpin yang muslim. Tapi kalau kapasitas dan perilakunya sama maka dipilihlah yang muslim…. Wassallam….

  • @eryaryani
    August 15, 2012 at 12:07 pm

    Menarik sekali membaca tulisan om Iman. Terimakasih untuk berbagi tulisannya. Met mudik n oleh-oleh nya ya 🙂

  • gry
    August 15, 2012 at 12:25 pm

    Bang Haji mungkin sedang bimbang menentukan arah, ketika kedua calon yg lbh banyak mementingkan kelompok & golongan tertentu saja, beliau cukup berpegangan dgn keyakinan bahwa yg “Islam” harusnya sudah cukup utk memimpin! Padahal di Islam seorang pemimpin jg hrs bisa jd teladan.

  • Zam
    August 15, 2012 at 12:30 pm

    postingan mas iman selalu memberi insight dan pengetahuan sejarah! bahkan bang haji pun bisa jadi cerita menarik!

  • joni
    August 15, 2012 at 2:06 pm

    Terima kasih, boleh belajar lewat ulasan ini..

  • Bang Togar
    August 15, 2012 at 3:15 pm

    Mun & Ade Aulia,
    Apakah elok bagi seorang pendakwah di rumah ibadahnya sendiri jusru menjelek jelekan agama lain. Di Kristen pun, ada ayat yang menjelaskan bahwa hanya melalui diriNya ( Yesus ) untuk menuju jalan ke surga. Tapi tidak serta menjadikan pastur atau pendeta bisa menjelek jelekan umat agama lain di Gerejanya masing masing. Menurut saya,ajarilah kasih sayang bukan kebencian.

  • Reality
    August 15, 2012 at 6:37 pm

    kita hidup dalam satu planet, banyak hal2 yg tak terduga dan resiko bencana yg datang dari luar mengancam kehidupan seluruh umat manusia..mengapa kita sebagai manusia harus dikotak2an oleh suku,ras dan agama.. kita semua punya perasaan dan hati yang sama.. saat umat manusia mengahadapi bencana.. siapa yg datang menolong kita kalau bukan sesama kita.. agam memang baik utk menghindari manusia berbuat jahat, tapi klw agama justru membuat manusia jadi bejat, lebih baik jangan ada agama.. kalau Tuhan bisa dikubuli manusia oleh ritual2 agama, berarti itu bukan Tuhan.. karena Tuhan tidak melihat manusia agamanya apa atau ras nya apa.. yg penting tanggung jawab manusia secara moral di hadapan Tuhan… jadi kalau pemerintah mau berhasil..harus memiliki pemimpin yg taat pada Tuhan, bukan pada agama nya apa.. baru pemerintahan RI yg adil dan makmur ini bisa tercipta… jaman Majapahit, dulu wawasan Nusantara sampai meliputi Srilanka..itu bukan karena agama, tapi karena komitment dari Mahapatih Gajah Mada..komitmen seorang laki2 sejati yang penuh integritas..

  • DV
    August 15, 2012 at 9:54 pm

    Saya sih malah salut dengan Rhoma. Setidaknya dia lebih konsisten ketimbang bigot-bigot baru yang waktu jamannya Harto melarikan diri entah ke Pakistan atau Malaysia itu… 😉

  • dude
    August 15, 2012 at 11:29 pm

    Namaste..

    artikel yang menarik sekali…salut, itulah realitas nusantara ini yg sebenarnya,dimana sejarah Hindu Bali pada waktu tidak diakui sebagai salah satu agama resmi teknik yang halus hingga tahun 1965 terjadi kudeta besar oleh PKI dimana setelah keluarnya supersemar . terjadi pembantaian dan pembersihan dimana yang dimanfaatkan oleh oknum dan golongan tertentu untuk mengurangi jumlah kafir termasuk BALI karena jelas banyak yg tdk tersangkut harus mati di bantai. hingga jumlah penduduk Bali berkurang dratis dari hasil penelitian di BALI jumlah manusia Bali yg terbunuh sekitar 1 juta jiwa..
    Mudah mudahan dgn masih adanya PANCASILA dan UUD 45 tetap Kuat dalam mempersatukan nusantara ini. Semoga…rahayu..

    kebangkitan-hindu.com

  • edidablek
    August 16, 2012 at 4:15 am

    Kalau bicara sama orang munafik memang susah……mending maling jadi haji dari pada haji jadi maling……PARAH

  • purwoshop
    August 16, 2012 at 5:21 am

    Terima kasih untuk tulisannya mas, memberikan banyak cerita yg menginspirasi. Ketika semuanya sudah menjadi abu2 agak sulit utk menilai mana yang benar. Maka dari itu pegangannya tinggal dari kita langsung ke Allah dan Al Quran 🙂

  • orbaSHIT
    August 16, 2012 at 3:17 pm

    satu kata OPURTUNIS!, pengen eksis tp kgk tau caranya, gayung bersambut ketika tim sukses KeRa melakukan “silaturahim” ke BANG HADJI..entah ada deal apa tp doi semangat jd vote gatherer KeRa…. namun yg jelas caranya sungguh OLD SCHOOL,KAMPUNGAN dan MURAHAN yaitu eksploitasi isu2x SARA…sepertinya sklompok orang yg “inspired by” wahabisme+salafisme telah bekerja keras untuk memakai simbol ISLAM AGAINST THE WORLD untuk “play victim” seolah2x kalo ada kelompok yg kontra dengan islam versi mereka dianggap akan menghancurkan tatanan keislaman dan mengganti kepercayaan islam dengan ajaran “infidel” (contoh kasus terakhir masalah rohingya yg ditanggapi nyaris histeris)….so mereka membuka front konfrontasi bukan hanya dengan katolik+kristen tp juga budha,hindu,kepercayaan dan islam diluar versi wahabisme+salafisme…paranoida ini sdh cukup akut disebabkan PEMBIARAN/sengaja dibiarkan yg berlarut-larut (1998~2012)…..padahal pemberontakan paling lama dan hampir melumpuhkan republik adalah DI/TII (dimulai akhir tahun 1948 berakhir tahun 1965 stelah tertembaknya kahar muzakar) bukan PKI atau PRRI/permesta! tp mmg isi kepala para “kaum mayoritas versi wahabi KW” ini susah utk diubah……the only thing that we have to do is FIGHTING even though this means WAR!

  • edratna
    August 17, 2012 at 7:19 am

    Dan karena bang Haji menyinggung etnis tertentu, teman yang juga blogger ini tersinggung…dalam fesbuknya dia mengatakan bahwa dia CINA MUSLIM..apa tak boleh bermimpi suatu ketika jadi Gubernur DKI? Padahal dia lahir dan besar di DKI…beda dengan saya sebagai pendatang dan KTP DKI sejak 33 tahun lalu.

    Penasaran, jadinya nanti yang menang siapa ya?

  • Rudi
    August 21, 2012 at 10:45 pm

    Miris memang. Saya akui sebagai muslim susah mencari ulama MUI & pemuka agama yang nggak jelek-jelekin agama lain. Sayapun terus terang sudah makin malas dengarkan mereka. Beberapa kali saya keluar saat khotbah, karena bukannya menyejukkan malah bikin hati nggak tentram karena menghasut bahkan memfitnah. Buat apa “soleh” tapi hidup penuh curiga dan ketakutan? Nggak heran makin banyak rumah ibadah minoritas yang dirusak, orang lain nggak boleh ibadah, bahkan Ahmadiyah dibantai karena khotbah seperti itu memprovokasi sebagian umat yang barbar. Plus, aparat dan presiden cuma nonton saja. Masih ada nggak ulama yang intelek? Yang lebih fokus pada toleransi, menghormati perbedaan, kasih sayang dan khotbah antikorupsi dan pendidikan? Kenapa mereka diam saja melihat ini?

  • gurukecil
    August 23, 2012 at 12:24 pm

    Kita berdemokrasi baru sampai pada yang mayoritas ingin memaksakan kehendak, belum pada yang mayoritas membela yang lemah. Kalau di negeri lain Islam minoritas diperlakukan kurang adil, haruskah mayoritas Islam di Indonesia memperlakukan minoritas non-Islam secara tidak adil supaya dapat dilatakan membela Islam? Bang Haji hanyalah satu kasus yang mencuat, orang-orang semacam Bang Haji ini semakin banyak saja di negeri ini. Terima kasih postingannya Mas Iman, so inspiring …

  • mitra w
    August 28, 2012 at 1:08 pm

    minggu lalu sempat ngikutin acaranya Karnie Ilyas di TVone yang mempertemukan antara bang haji dg jokowi. Saya sebenarnya juga ga dukung2 jokowi amat, tp ya merasa miris juga ngeliat cara Bang Haji mendiskreditkan keluarga jokowi.

  • titiw
    August 28, 2012 at 3:42 pm

    Mungkin karena penduduk kita udah lebih dari 135 juta, jadinya dia berubah mas. Ah, kakak Oma.. Kamu berubah.. :'(

  • zuhdi
    September 12, 2012 at 8:00 pm

    tambah pengetahuan nih,btw selamat milih gubernur kita cuma nonton doang

  • ade aulia
    September 12, 2012 at 9:41 pm

    buat BANG TAGOR… Saya cuma mau blg bahwa yg dikatakan Rhoma itu benar adanya. Saya rasa tidak ada yg salah. Cuma salahnya niat dia menyampaikan karena memberikan keuntungan bwt dia. Btw bakar Al-Quran dan menghina Nabi Muhammad SAW juga tidak diajarkan di agamakan? Tp di luar negeri dimana Islam minoritas itu terjadi. Ingat kasus kartun Nabi, pembakaran Al-Quran di amrik dan yg terakhir pelecehan thdp Nabi Muhammad SAW yang mengakibatkan dubes AS di Libiya dibunuh? Itu cuma contoh kecil Bang Tagor…..

  • orbaSHIT
    September 13, 2012 at 6:06 am

    @ade jd menurut LOGIKA ente indoNISTAN HARUS sama seperti somalia,pakis dan libya gitu yah? 😛 mnurut logika ente lagi kalo ada gereja,vihara,mesjid ahmadiyah dan syiah yg dihancurkan umat kristen,budha dan kaum minoritas yang lain juga harus membalas doong…..

  • Alris
    December 21, 2012 at 9:39 pm

    Dulu Bang Haji ini kan memberikan “perbedaan” ketika orang rame pergi ke partai penguasa dan golkar begitu berkuasa. Sekarang mungkin ada posisi tawar yang didapat, sopo nyono? Soal bayar membayar sejak jaman baheula sudah ada, cuma tidak kentara.

  • prahestama
    January 7, 2013 at 7:57 am

    aku 41 tahun, waktu SD saat pelajaran menyanyi pernah menyanyikan “jangan begadang” nya bang rhoma. aku lebih menghargai bang haji sebagai satria bergitar daripada politikus bergitar.

  • Teja Wahyudi
    March 30, 2013 at 1:58 pm

    Membaca tulisan2 Mas Iman yang sangat berwawasan dan penuh pesan yang bijak.
    Dari tulisan2 itu mencerminkan karakter/pribadi/pemikiran/ideologi dsbnya seseorang.
    Hati ini rasanya teduh sekali.

  • saleb 888
    July 31, 2013 at 3:19 am

    hemp,

    kenapa sesama manusia membesarkan persoalan dan aib, seseorang ..

    apakah kalian hanya sebagian seseorang yang senang dengan mendoktrin, menyebarkan aib, atau membesarkan persoalan. jika anda sadar anda lebih baik tidak usah membuat karangan bodoh ini…

  • SEJARAH ISTILAH HINDU | Sukapura Ngadaun Ngora
    October 9, 2017 at 3:11 am

    […] , Diakses 27 Agustus 2017 [2]Iman Brotoseno, 15 Agustus 2015, Bang Haji, http://blog.imanbrotoseno.com/bang-haji/ , Diakses 21 Agustus […]

  • ibas
    October 10, 2023 at 11:06 am

    good article, thank you

Leave a Reply

*