ANTARA EKSPETASI DAN REALITA

Neil French, worldwide creative director dari Ogilvy & Mather pernah menerangkan apa yang disebut 3 langkah ke surga ( Three Steps to Heaven )….” I always say that advertising is a bit like trying to get laid in singles’s bar. You wake up one evening after your little nap for the day, and you need to gou out. First you’ve got to be noticed. Secondly, you’ve got to get their interest. And thirdly, you might get laid. So get noticed, get their interest, Get laid. Now you can’t get to number two without getting past number one, and you certainly can’t get to number three without getting past number two…”
Saya melihat getting noticed adalah elemen utama, begitu anda melalui langkah ini, dengan mudahnya anda akan mendapatkan getting interested, bahkan getting laid. Neill French lebih lanjut mengkhawatirkan bahwa mencoba membuat getting noticed akan berakibat banyaknya kepentingan yang harus diakomodasi,..” ..as they usuallya are, with far too many bits and pieces thet they want to put in.

Getting noticed adalah prioritas utama dalam membuat iklan Televisi Telkomsel Corporate dengan durasi 60 seconds. Ini yang mau diambil oleh teman teman creative muda dari Biro Iklan yang menghire saya. Namun memang tidak semudah itu dalam perjalanannya, Art director menjadi tidak begitu percaya diri, dengan begitu banyaknya references yang terus bertambah dari hari ke hari mulai dari looks, cutting, colors, typography, effects sampai technique yang mau di capai. Sementara copy writer yang mungkin merasa cukup mempunyai wawasan tentang dunia film karena sering menonton bioskop, banyak berbicara tentang soul of the filming, characters serta menginginkan jalan cerita yang story telling tetapi tidak ingin adanya ‘ cut ‘ antara transisi scene. Padahal antara ‘ storty telling ad ‘ dengan ‘ no cut ala gaya motion control approach ‘adalah suatu yang berbeda. Story telling membutuhkan cutaways untuk menambal emosi cerita atau karakter, sementara dalam gaya transisi tanpa cut lebih masuk ke ranah teknik sinematografi yang tentu saja intensitas karakter dan emosi menjadi tidak dalam. But you cant have it all !.

Semua persis yang dirasakan Neill French dalam pengalamannya,..” They also sent me example of everyone else’ s ads in the market, as well as their own reel, and that was very drepressing. All their ads, with which they’re extremely pleased, look absolutely identical to everyone else’s. And the reason they’re so pleased with them is because they’ve got everything in them that they think ought to be in them. They’ve completely forgotten that the consumers is going to ignore them, or be confused…”. Pada tahun 1996, sewaktu masih menjadi produser di Katena Films, saya pernah bekerja membuat iklan permen Coffe Club, dengan salah satu pimpinan biro iklan ini yang sekarang tidak mengurusi kreatif lagi. Tentu saja pengalaman yang berbeda, karena belum jamannya internet, DVD dan masih sedikit sumber referensi , membuat pekerja kreative menitikberatkan konsep cerita, dan tentu saja bisa menjadi lebih focus karena tidak bias dengan hal hal lain. Ini tentu tidak bisa disalahkan karena dengan perkembangan jaman sekarang, para manusia creative agency bisa mengakses dengan mudahnya referensi iklan, film, fashion, gaya hidup, yang disatu pihak bisa memberikan pencerahan tetapi disisi lain membuat bingung sendiri, yang ujung ujungnya menjadi nggak PeDe, pendekatan mana yang mau diambil dalam sebuah iklan. Pengaruh ini pula membuat ekspetasi iklan yang akan digarapnya menjadi meluas melewati batas budgeting yang di alokasikan klien. Cilakanya, produser agency juga tidak mempunyai gambaran mengenai proses produksi film serta pemahaman budgeting produksi yang ideal.

Tidak saja itu, koordinasi yang berantakan dalam pemilihan lokasi, membuat saat eksekusi terutama di airport membuat mimpi buruk bagi saya. Bahkan ( mungkin karena masalah budgeting juga ) scene di gunung semula direncanakan hanya menggunakan format 16 mm, sementara scene lainnya tetap memakai format 35mm, komposisi against blue screen dengan background pegunungan dari stock footage. Terus terang pikiran saja menjadi blur nggak keruan memikirkan bagaimana menyatukan semua itu. Akhirnya dengan perdebatan dan perjuangan keras, saya bisa memaksakan untuk mengembalikan ke format 35 mm dan syuting di lokasi asli di puncak gunung Tangkuban Perahu. Walau dengan konsekuensi saya menanggung bahan baku film dari kocek sendiri. Ditambah sewaktu syuting di gunung, tidak seorangpun wakil dari production house entah producer atau unit manager yang datang menemani.

Sementara si produser pelaksana, mempunyai problem dalam mengawasi jalannya produksi, kadang kadang ia terlihat menyendiri dan berbicara berbisik bisik di telpon. Sepertinya ia mempunyai masalah personal yang cukup berat sehingga tidak bisa berkonsentrasi penuh. Secara tidak sengaja saya melihat foto bayi di screen saver handphone, dan sambil tertawa ia menjelaskan bahwa ini bayinya. Saya tidak mau berpikir aneh aneh walau saya tahu dia tidak bersuami, toh jaman ini dengan alasan kepraktisan, sudah banyak wanita karier yang memilih menjadi single parent. Namun pada akhirnya, film iklan ini juga selesai juga, dan saya merasa puas dengan hasilnya. Saya sendiri tidak berani menduga duga apakah agency ini merasa iklan ini cukup terdelivery dengan baik atau malahan buruk. Tapi justru sejak itu saya banyak mendapat telpon dari teman creative dari biro iklan lain yang mengatakan bahwa iklan tersebut sangat baik eksekusi maupun konsepnya. Cocok menggambarkan jiwa pioneer dan pencapaian teknologi tinggi perusahaan sekaliber Telkomsel. Yang jelas, saya banyak mendapat order pembuatan iklan lagi.

Suatu hari ketika saya sedang memilah milah story board yang akan saya kerjakan, tiba tiba mata tertumbu pada sebuah berita infotainment di TV. Ternyata si produser pelaksana saya sedang menggelar konperensi pers, mengatakan bahwa ia sudah mempunyai anak dan menuntut pengakuan penuh dari bapaknya, seorang sutradara film layar lebar ternama yang banyak mendapat penghargaan di festival festival film.
Oalah Gusti !!!

You Might Also Like

11 Comments

  • totot
    October 4, 2006 at 8:01 pm

    Gue bilang juga apa. Jangan pake HP, apalagi kalo lagi kerja! 😛

    Asyik juga nih, tiap posting ada bonus infotaintment. Emang dia belum dikawin sama si Mas ya? Halah! 🙂

  • Iman Brotoseno
    October 5, 2006 at 2:58 pm

    masih ngeles sih tot,..he he,..kayaknya sih iya, padahal si cewe udah ngajak tes DNA ha ha

  • the seeker
    October 5, 2006 at 9:24 pm

    halo mas iman,,

    saya angga.. excited sekali bisa tau ada sutradara yang punya passion seperti mas iman.

    saya punya cita-cita untuk jadi sutradara. sudah beberapa film pendek saya kerjakan, dan 3 tvc juga sudah pernah saya direct. tapi setelah itu susah bgt buat jualan reel saya. sampai akhirnya kerena ngga laku-laku, saya ngebisin waktu bareng salman aristo bikin film “foto, kotak dan jendela” (FKJ). FKJ ini film panjang tapi ngga masuk bioskop. kita milih buat sidestream. ini film panjang pertamaku sebagai director dan producer.

    aku baca “tetap semangat + ipang wahid”. kelihatannya mas iman punya will buat memajukan director local. untuk share skill dan kesempatan. aku tertarik sekali.. memungkinkan ngga kalo aku ngelamar jadi asisten sutradara atau apapun di departemen directing? ngga usah dibayar dulu juga nggapapa deh mas,, aku kangen syuting iklan dan pengen banyak2 belajar dari director yang udah establish.

    mungkin aku juga ngerasa punya keinginan yang sama dengan mas iman tentang gimana ngasih kesempatan sama crew2 muda (seperti aku) untuk memproduksi sesuatu. makanya waktu aku dapet kesempatan buat ngewujudin mimpi ku bikin film panjang, aku ngajak semua temen2 ku untuk jadi chief crew di film ini. sebuah kesempatan untuk maju bareng2. so, film ini akhirnya diselesaikan oleh sebagian besar para debutan, termasuk aku dan aris (produser), penulis skenario, amsal fadli jadi DoP, editor, sound, dll…

    makanya setelah baca blog ini aku makin excited untuk kenal mas iman.

    begitu dulu mas,,

    tx kalo udah baca tulisan ngga penting ini,,

    regards.
    angga

    nb: blognya ternyata penting kan?? (at least buat saya)

  • Iman Brotoseno
    October 6, 2006 at 11:33 am

    no worries datang aja ke pelatihan sutradara iklan APFII tgl 15 october di Gedung Film..there’s lot of chances ketemu teman teman established film director

  • the seeker
    October 6, 2006 at 2:10 pm

    iya, kebetulan sekali saya sudah booking disitu.. oke, it will be nice to see u there!

    thanks a lot!

  • Stevie Sulaiman
    October 6, 2006 at 11:00 pm

    Kalau tidak salah klien juga suka sama iklan arahan Anda.

  • Stevie Sulaiman
    October 6, 2006 at 11:02 pm

    … and by the way, selamat menikmati hobi baru ya. Ternyata ada “dunia” lain kan yang bisa diselami :-))

  • Anonymous
    October 9, 2006 at 1:35 pm

    wah… ternyata anda sudah membuat infotainment pindah ke blog…. walaupun gosipnya udah basi…..

  • dian mercury
    October 11, 2006 at 5:27 am

    hwahaha..ada yg keki…*sambil lirik2x diatas gue

  • mellyana
    October 22, 2006 at 1:59 pm

    sebetulnya iklan itu satu yang aku suka loh, walopun suka agak terlalu maksa 🙂

  • Real Estate
    April 12, 2010 at 6:30 pm

    There’s a wealth of information here. Thanks! I’ll be back for more.

Leave a Reply

*