Browsing Category

INDONESIANA

Haruskah aku memusuhi mereka ?

Haruskah Aku Memusuhi Mereka yang bukan Islam dan Sampai Hatikah Tuhan Memasukan Mereka ke Dalam Api Neraka ? – September 1969

Ini adalah penggalan dari catatan harian yang menggetarkan dari seorang pluralis, Ahmad Wahib yang seandainya masih hidup mungkin akan berhadapan dengan golongan garis keras. Saya mengutipnya, karena Catatan harian saat itu , berisi pergulatan pemikirannya tentang pluralisme dan saat ini .masih relevan, ketika persoalan keragaman masih menjadi issue bangsa ini.

Kali ini issue LGBT ( lesbian, gay, bisexual, and transgender ) sudah beberapa lama memenihi time line saya karena postingan bertubi tubi seorang sahabat. Tiba tiba saja saya teringat pengalaman Bung Karno. Dalam penjara di Sukamiskin, Bung Karno pernah mengalami ‘ ditaksir ‘ seorang lelaki Indo Belanda yang juga menjadi tahanan di sana.
Tentu saja Bung Karno merasa ketakutan. Bagaimana tidak, sebagai seorang pencinta wanita yang ulung, kini harus berhadapan dengan lelaki yang tulen dalam penampakan. Tentu saja Bung Karno menolak rayuan tadi. Selain dia lelaki normal, Bung Karno tentu paham, saat itu menjadi homoseksual bisa dihukum pidana oleh pemerintahan kolonial. Pelukis Jerman, Walter Spies pernah dipenjara di Bali tahun 1938, karena tuduhan homoseksual ini.

Memang tidak sesimpel itu, kita menaruh stigma dosa di kening mereka. Membawa dogma agama juga tidak akan menyelesaikan masalah. Tentu kita sepakat. Tidak hanya Islam. Dalam Kristenpun, menolak hubungan sejenis. Sebegitu murkanya Tuhan, melihat umatnya melakukan praktek ini, sehingga sebelum menghancurkan Sodom dan Gomorah. Ia bersabda. “ Tunjukan kepadaku lima orang saja yang baik, sehingga aku tak akan menghancurkan kedua kota ini “.

Ini menjadi pelik ketika sekelompok orang – atas nama Tuhan – menunjukan kebenciannya untuk menggerus mereka yang memiliki orientasi berbeda. Agama menjadi polisi, dengan pecut neraka di tangan kanannya dan api di tangan kirinya.. Tentu saja saya tidak akan mendebat dalam ranah agama. Karena siapa yang akan menyangkal kebenaran Islam.
Saya sepakat dengan orang orang yang menghujat LGBT bahwa Islam adalah jawaban semuanya. Jika itu sudah menjawab atas segala pertanyaan alam semesta. Mengapa kita harus memaksakan kebenaran Islam dengan aroma kebencian versi kita.

Tapi Mas, saya tidak benci dengan LGBT. Saya punya teman teman baik daei mereka juga. Saya hanya benci dengan kegiatan komunitasnya. Saya benci karena ini dilarang agama. Saya benci mereka yang menyebar brosur. Saya juga benci ke mereka yang meminta perkawinan sejenis dilegalkan disini. Begitu seorang ‘ sahabat ‘ yang berusaha menjelaskan duduk perkaranya kepada saya.
Apakah ini menjelaskan semuanya ketika dalam kampanye ini kamu justru menggandeng akun akun atau kelompok yang berpotensi menyebar kebencian selama ini ? Paradoks pada akhirnya.

Continue Reading

Masih perlukah Partai Politik

Di India, korupsi berlangsung di bawah meja. Di Cina terjadi diatas meja sedangkan di Indonesia sekalian dengan mejanya – “ The Wages of Corruption “ Asia Times Online

Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko mengatakan dalam kicauan twitnya bahwa belum pernah di sebuah negera demokrasi besar, ada 2 pimpinan partai politik besar yang ditangkap dalam waktu berdekatan karena kasus korupsi .
Ini bukan kebetulan atau menganggap KPK menjalani konspirasi kepentingan penguasa. Sebuah analogi yang salah kalau Anas Urbaningrum, menganggap penetapannya sebagai tersangka sebagai rangkaian utuh, terkait sangat erat terkait dengan Kongres Partai Demokrat yang dia menangi. Dia membuat analogi “ Anas adalah bayi yang lahir tidak diharapkan ‘.

Saya masih percaya, rasanya sebagian besar publik juga bahwa KPK tidak mungkin diintervensi. Bagaimanapun juga banyak kader partai penguasa yang ditangkap. Pembelaan Anas hanya sebagai bagian dari strategi pencitraan. Sudah lazim dalam kasus korupsi politik, tersangka atau terdakwa selalu tampil bak korban. Sebagai strategi mengaburkan pandangan publik.

Sebenarnya bukan hanya Partai Demokrat dan PKS. Sejak orde reformasi bergulir, semua partai besar mengalami kasus kasus korupsi yang melibatkan kader kadernya. Partai partai yang dekat dengan kekuasaan, memang memiliki jalan pintas untuk melakukan “ pat gulipat “ proyek Pemerintah. Tiba tiba saja partai – baca : kader – menjadi orang yang penting dan berkuasa. Jauh hari Soe Hok Gie sudah berbicara. Mereka yang idealis ketika menjadi aktivis atau mahasiswa, pada akhirnya akan tergilas begitu masuk ke dalam sistem kekuasaan.
Rakyat menjadi muak dan apatis dengan kehidupan politik. Bagaimana tidak ? Hiruk pikuk politisi DPR dan kader kader Partai yang korup membuat kita semakin bertanya tanya. Perlukah Partai Politik di negeri ini ?

Continue Reading

Bismar

Bismar Siregar pernah dianggap suatu waktu, sebagai hakim yang kejam. Dia pernah mengganjar terdakwa pembunuhan dengan hukuman mati. Entah apakah waktu itu hukumannya dieksekusi atau tidak. Jika ditanya, ia mengatakan bahwa itu adalah keadilan yang sesungguhnya. Jangan membayangkan dia seorang yang garang. Pak Bismar bicara lembut dan sangat santun. Dia juga toleran. Sebagai muslim dia fasih mengutip ayat ayat injil untuk memberi sebuah analogi kasus.

Kenapa Bismar ? Karena kita terusik dengan keputusan hakim yang menjatuhkan hukuman hanya 4,5 tahun serta denda 250 juta untuk korupsi sebesar hampir 35 M yang dilakukan Angelina Sondakh. Dimana keadilan ?
Dengan kasat mata, semua bisa melihat bahwa ini tidak setimpal. Efek jera apa yang diharapkan ketika hanya dengan bersabar ‘ menunggu ‘ di penjara – itu kalau tidak dapat remisi, Angie akan keluar dengan status orang kaya.
Tentu saja dia bisa mendapatkan kembali privilegenya sebagai warga kelas atas dengan harta kekayaannya yang tetap melimpah.
Wacana pemiskinan para koruptor dan memburu harta yang dikorup untuk dikembalikan hanya pepesan kosong. Untuk kesekian kalinya kita tersandera oleh sesuatu yang disebut ketidakadilan.

Kalau sudah begini korupsi sudah menjadi soal teknis. Lolos atau tidak, di hukum berat atau ringan. Bukan lagi masalah etis. Seperti malu atau tidak.

Continue Reading

Habibie

If someone insults you, take it as a compliment that they spend so much time thinking about you, when you don’t give a second thinking about themHabibie

Tiba tiba seantero negeri kebakaran jenggot karena ucapan mantan Menteri Penerangan Malaysia yang mengecam BJ Habibie sebagai ‘anjing imperialis’ . Ini sehubungan dengan undangan Mantan Deputy Perdana Menteri Anwar Ibrahim ke BJ Habibie untuk memberikan pidato di perhelatannya. Mungkin BJ Habibie juga tidak perduli. Bisa jadi dia teringat Soekarno – Hatta pun kerap disebut ‘ budak fasisme ‘.
Tapi siapa yang ingat, kalau BJ Habibie dulupun ketika menjadi Presiden RI pernah menyinggung Lee Kuan Yew dengan menyebut Singapore sebagai ‘ little red dot ‘.

Manusia Indonesia memang pemarah. Supir nabrak motor, pasti digebuki si supir walau yang salah mungkin pengendara motornya. Bonek nyasar bisa dikeroyok. Ibu Ibu Garut juga marah, karena hak hak perempuan yang dilecehkan sang Bupati. Bukan karena kawin siri atau istri kesekian, tapi karena proses perceraiannya dengan melalui SMS. Padahal tahun 50an KOWANI, Korps Wanita Indonesia marah dan melakukan demo karena mengkritik keputusan Bung Karno mengawini Hartini. Ibu Ibu Indonesia tidak terima kalau presidennya melakukan poligami.
Sutan Syahrirpun marah karena merasa kebisingan dengan suara falsnya Sukarno yang bernyanyi nyanyi di kamar mandi, di tempat pembuangannya. Lalu dia berteriak. ‘ Tutup mulutmu ‘. Sejak itu Sukarno tambah dendam.

Continue Reading

Kebanggaan itu

Chris John akhirnya memenangkan pertarungan di Marina Bay Sands, Singapura melawan petinju Thailand yang lebih muda, Chonlatarn Piriyapinyo. Ia mempertahankan gelarnya yang ke 17 kali. Walau wajahnya bengep bengep, terkena bogem mentah lawan. Chris John masih menebar senyum di konperensi pers. “ Saya ingin bertinju sampai usia 35 tahun “. Masih ada 2 tahun lagi, kita masih boleh berbangga memiliki juara dunia.
Apa yang dinamakan kebanggaan tentang Indonesia. Karena dipuji Perdana Menteri Inggris bahwa Indonesia kelak akan menjadi negara maju karena kekuatan perekonomiannya.
Tentu bukan sepak bola juga. Kita sendiri bingung antara terpuruknya prestasi juga mana yang benar atau salah. PSSI atau KPSI. Lalu liga versi mana yang sebenarnya berhak memutar roda kompetisi.

Chris John dicibirkan ketika memilih dilatih di Australia daripada dilatih pelatih dalam negeri. Dicap tidak nasionalis. Tapi Dia tetap konsisten dengan pilihannya dan hidup disiplin dalam ‘ Ausralian’s way ‘ untuk tetap mempertahankan gelarnya demi keharuman nama negaranya.
Ketika dulu saya bawa syuting untuk iklan minuman energi. Dia tidak mengeluh dibawa naik turun bukit masuk keluar hutan dengan berjalan kaki selama 2 jam di Kabupaten Manggarai, Flores. Terus terang saya bangga bisa men’direct’ seorang juara dunia. Menyuruh lari, berekspresi atau berakting sesuai kebutuhan shooting board.
Kita juga tak tahu apa perlu bangga dengan penganugrahan gelar pahlawan Sukarno dan Hatta. Dua bapak bangsa yang sekian lama sengaja ditenggalamkan reputasinya demi kebutuhan rezim orde baru.

Continue Reading

Tentang Polisi

Saya tak bisa memungkiri kalau pernah menyogok polisi.  Alasannya karena malas menghadiri urusan pengadilan, karena pelanggaran lalu lintas. Ya kadang saya salah melanggar marka jalan, atau berjalan di bahu jalan tol. Tapi kadang pula saya merasa  tidak rela, menganggap polisi hanya menjebak. Saya merasa tidak melanggar lampu merah, tapi masih disemprit.  Selain itu, saya berpikir, polisi juga mencari cari kesalahan.  Jika dia bisa mencegah orang memasuki jalan itu, kenapa dia tidak mencoba mencegah. Bukannya malah menunggu di balik tikungan jalan.

Saya juga mengaku salah, memberikan uang pelicin, ketika membuat perpanjangan SIM di polres. Tentu saja melalui calo calo yang berkeliaran dan menjadi perpanjangan tangan oknum polisi dibalik pengurusan SIM.
Ujung ujungnya adalah masalah kesejahteraan Polisi. 

Apalagi dulu ketika Polisi masih menjadi bagian ABRI, mereka mendapat alokasi budget yang paling rendah. Waktu SMA, saya melihat tentara pengawal Presiden Soeharto, menendang seorang Polisi hingga terjengkang, karena dianggap menghalangi jalan.
Setelah peristiwa Trisakti, Di rumah dinasnya, Jenderal Wiranto membentak ngamuk ngamuk ke Kapolri Dibyo Widodo. “ Lu serahin anggota “.  Polisi jadi angkatan paria, diantara angkatan lainnya.
Sejak kecil istilah ‘ prit jigo ‘ sudah jadi anekdot untuk oknum oknum Polisi. Konon juga razia jalanan akan semakin sering menjelang hari hari besar seperti Lebaran.  Tragis fenomena ini menjadi sebuah prejudice.

Continue Reading

Kebangkitan Nasional dan politik Identitasmu

Dan sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan benua Australia, antara lautan Teduh dan Lautan Indonesia, adalah hidup satu bangsa yang mula mula mencoba untuk hidup kembali sebagai bangsa, akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsa bangsa kembali – kembali menjadi een natie van koelies, en een koelie ondr de naties – Sukarno ‘ Tahun Vivere Pericoloso , 1964 ‘

Jika Soekarno hidup dan berkuasa di jaman sekarang, tentu dia akan merekam pidatonya dan mengupload ke dalam You Tube, sekaligus menggaet massa untuk meresapi makna ajarannya. Tidak salah, karena You Tube sudah menjadi sumber informasi dan gadget yang banyak di klik manusia yang hidup di planet bumi. Lihat saja surat permohonan yang dikirimkan FPI ke Polda, sehubungan dengan permintaan untuk tidak mengijinkan konser Lady Gaga.
“ Setelah melihatnya di You Tube, penampilannya sungguh tidak sesuai dengan moral budaya di Indonesia “ You Tube pun menjadi referensi kehidupan moral.

Social media telah membawa bangsa Indonesia dalam milenum kebangkitan nasional yang baru. Bukan lagi bangkit untuk melawan penjajahan colonial. Tetapi bangkit untuk menyuarakan suara baru tentang Indonesia yang ideal. Keluar dari bungkus agama atau etnik semata, tetapi Indonesia yang berpikir logis.
Urusan Lady Gaga hanya menghabiskan energi yang tidak perlu. Apalagi kalau kita membahas dari kaca mata sudut pornografi dan ajaran sesat. Saya tidak pernah tahu lagu atau isi liriknya yang katanya memuja setan ( Lucifer ), tapi apakah para penonton akan serta merta terpengaruh ?
Sementara sejak dulu, banyak musisi yang lirik lagunya memang kontroversial. misalnya Queen dalam Bohemian Rhapsody sudah menyebut setan Beelzebub.

Continue Reading

Lebaran tak kan lewat

Mantap sudah keputusan yang saya buat. Sholat ied saya lakukan hari selasa pagi kemarin di Masjid Al Azhar bersama anak lanangku. Bukan versi pemerintah yang menetapkan 1 syawal hari Rabu tanggal 31 Agustus. Ini bukan karena saya pengikut Muhamadiyah. Ini masalah kepraktisan saja. Makanan sudah dimasak sejak siang, dan secara spiritual dan emosional saya sudah mempersiapkan kalau Selasa tanggal 30 adalah hari raya.
Terlebih juga, tidak salah merayakan kemarin. Wong Pemerintah memberi kebebasan kepada umat. Jadilah saya sepakat dengan Muhamadiyah. Kalau melihat pada lelucon di twitter. Ini mungkin mashab JK – Jusuf Kalla – dengan jargonnya. Lebih cepat lebih baik.

Saya malas juga membahas sahih tidaknya perbedaan dua kubu tentang 1 syawal. Bukan itu masalahnya. Jauh lebih penting dua duanya juga sepakat inilah hari kemenangan setelah sebulan penuh melawan hawa nafsu. Silahturahmi dan saling memaafkan. Inilah kearifan lokal yang tidak ada di negara negara lain, bahkan di Arab sendiri. Ada ciri kebersamaan, gotong royongnya.
Para pemudik, tetap saja bergembira bertemu handai taulan. Tidak salah, karena Idul Fitri di Indonesia bersifat kultural. Kita memanggilnya hari raya. Bahasa Arabnya Yaumul Haflah, hari pesta.

Urusan mengintip bulan memang bukan sekali ini saja. Dari dulu orang sudah ribut menentukan tanggal jatuhnya lebaran. Namun secara adminstrasi dan tetek bengek duniawi itu bukan urusan Islam. Karena Islam tak akan bergeser sedikitpun dari kebenaran. Islam tak akan berubah satu inci karena salah paham.

Kata Cak Nun – Emha Ainun Nadjib. Laa raiba fiih. Tak ada keraguan padanya. Kalau orang ragu, itu urusan dia. Islam tidak rugi. Islam bebas dari untung rugi. Hanya manusia yang terikat untung rugi.
Jadi jangan ragu. Mau memilih sholat ied. Ya monggo. Asal jangan mengugat mereka yang berbeda. Yang penting, Lebaran tak akan kelewatan.
Satu permintaan dari saya. Jika ada salah kata dan sikap, mohon dibukakan pintu maaf sebesar besarnya.

Selamat Hari Raya Idul Fitri
Taqobbal Allahu minna wa minkum

Tradisi XL, Tradisi Mudik

“ Lebaran sebagai perayaan budaya memiliki paralisme makna, yang pertama adalah perjalanan pulang ke dalam hakikat diri ( inner journey ) setelah nyaris setahun kita semua asyik merantau dengan kehidupan duniawi kita sebagai mahluk sosial ( outer journey ). Adapun lebaran dengan tradisi mudiknya juga merupakan perjalanan pulang. Pulang yang patut dirayakan karena kembali ke akar budaya, ke awal kita memperoleh sosialisasi yang membentuk jati diri “ Komaruddin Hidayat

Ketika saya kecil, tak ada saat saat yang lebih mendebarkan ketika ikut bapak ibu pulang mudik ke Solo dan Jogja dengan menggunakan mobil atau kadang kereta api. Setiap tahun dengan ritual yang selalu sama. Saat itu bola mata saya melompat lompat mencari jawaban. Ada apa di rumah eyang nanti ? Bagaimana kabar saudara saudara saya saat nanti kami bertemu ? Persis seperti kutipan diatas. Mudik lebaran merupakan pengalaman dan tradisi budaya yang hanya ada di Indonesia.
Dari dulu selalu saja kami mengalami pengalaman yang sama. Jika naik mobil, pasti melewati pasar tumpah di beberapa kota, yang membuat arus tersendat. Jika menggunakan kereta api, pasti akan berjuang melawan hiruk pikuk dan desakan gelombang manusia yang berebutan masuk kereta.

Sejak eyang meninggal, dan banyak keluarga yang pindah ke ibu kota. Saya sudah tak pernah lagi mengalamai ritual mudik . Sementara sekarang jika harus bepergian, tentu saya akan memilih kereta api atau pesawat terbang. Masalah kepraktisan saja.

Kali ini saya kembali mudik. Walau tidak dalam arti sesungguhnya, karena saya menggunakan kereta api atas undangan XL Axiata untuk mengikuti ‘ XL Network Rally 2011 ‘. Keistimewaannya, gerbong kereta jenis ini khusus didisain untuk kelas VIP dan konon sering disewa tokoh pasangan selibritis untuk pulang kampung ke Purwokerto.
Jadilah saya bersama 12 orang blogger lainnya diundang untuk menikmati perjalanan menuju Semarang. Ini bukan sembarangan perjalanan, karena sekaligus bisa menguji kesiapan peta sinyal XL sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Untuk memastikan kesiapan jaringan tersebut, XL melakukan uji jaringan (drive test). Sebuah program tahunan sebagai antisipasi lonjakan traffic komunikasi sms, voice dan data menjelang mudik lebaran.

Continue Reading

Belajar ilmu ikhlas

Saya pernah diundang sebuah seminar tentang HAM oleh sebuah LSM dan saya sebagai wakil blogger – diminta untuk bicara tentang peran blog dalam kaitannya dengan advokasi , penegakan hukum dan sebagainya. Setelah selesai, panitia menyodorkan amplop berisi honor dan setelah saya tanda tangani, saya diminta menyumbang ‘ setengah ‘ dari honor tadi untuk dana LSM tersebut. Jadilah saya kembali menandatangani form sumbangan.
“ Iklhas khan pak “ Tanya mbak mbak panitia tadi sambil tersenyum.
Tentu saja saya ikhlas. Karena berbicara tentang blog kepada orang orang yang belum mengerti blogging, saya anggap sebagai kerja amanah. Apalagi di bayar.
Cuma bagaimana dengan para peserta pembicara lainnya ? apakah mereka ikhlas tiba tiba ditodong untuk merelakan honornya dipotong ?

Problemnya adalah apakah ikhlas ini sejalan dengan ekpektasi kita ? ini yang membuat akhirnya kita justru tidak ikhlas, ketika kita merasa terjebak dalam situasi yang tidak enak.
Ada cerita lain. Karena saya suka menyelam di daerah Flores, maka saya merasa akrab dengan masyarakatnya dan daerah ini adalah salah satu daerah termiskin di Indonesia. Jadi ketika saya membaca sebuah postingan di milis group tentang program beasiswa anak anak SMA di Maumere. Saya serta merta mendaftar dan membuat komitmen untuk membiayai pendidikan 5 orang anak. Jadilah saya bapak angkat mereka selama setahun, untuk uang sekolah, seragam dan buku buku. Jika cocok, akan diperpanjang lagi.

Yang membuat saya tertarik, karena sejak awal saya dijanjikan bahwa saya akan mendapat laporan rapor, sampai korespondensi dari anak anak itu. Tentu saja saya ingin tahu bagaimana progress pendidikan mereka. Saya juga ingin tahu buku buku lain yang mereka inginkan.

Continue Reading

Masih. Pancasila

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan, macam-macam, tetapi alangkah benarnya perkataan dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo, bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan faham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische grondslag, mencari satu “Weltanschauung” yang kita semua setuju: Saya katakana lagi setuju! Yang Saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hadjar setujui, yang Saudara Sanoesi setujui, yang saudara Abikoesno setujui, yang saudara Lim Koen Hian setujui, pendeknya kita semua mencari modus. Tuan Yamin, ini bukan kompromis, tetapi kita bersama-sama mencari satu hal yang kita bersama-sama setujui. Apakah itu? Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia Merdeka untuk sesuatu orang untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan?

Ini bukan kebetulan, bahwa nama Lim Koen Hian – disamping nama Baswedan – disebut berulang ulang oleh Bung Karno dalam pidatonya tentang dasar negara dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosaki tgl 1 Juni 1945.
Dua nama tersebut bisa menjadi sosok identitas ‘ bukan pribumi ‘ dalam sebuah bentukan negara baru. Satu keturunan Tionghoa dan satu lagi berasal dari Arab.
Bung Karno sekali menegaskan pentingnya asas kebangsaan yang melandasi kehidupan bernegara.
”Lupakan itu Daratan China, lupakan itu Hadramaut. tanah airmu bukan di sana, tetapi di sini, di Indonesia.” Itulah filosofi kedua orang tersebut. Dan sekian puluh tahun kedepan Pancasila menjadi sebuah dogma.

Saya adalah generasi yang besar ketika dogma Pancasila memasuki ruang hidup sehari hari. Urusan bertetangga, agama, perkawinan, kampus sampai afiliasi politik. Poster Pancasila menghiasi ruang tamu dirumah rumah. Mata pelajaran Pancasila atau kewarganegaraan menjadi ilmu pengetahuan dasar. Pak lurah akan menyelipkan Pancasila ketika bicara tentang panen di desanya. Seorang Dirjen akan bicara Pancasila disela sela upacara bendera di kantornya. Bahkan seorang Kuntilanak – ini nyata dari sebuah film pada masa orba – bicara Pancasila kepada warga desa yang datang mengepungnya.

Continue Reading

Tifatul menatap modernisasi

Dalam sebuah perjalanan kunjungan ke Wina , Austria. Suatu malam, Presiden Soekarno memanggil ajudannya, Letnan Kolonel Bambang Wijanarko. Ia perintahkan agar sang ajudan pergi keluar menuju klub klub malam yang bertebaran di kota itu. “ Pilihlah wanita lokal “ demikian pesannya, sambil tak lupa memberi bekal 150 dollar. Uang itupun bukan dari Bung Karno semuanya. Presiden Republik Indonesia itu hanya punya 50 dollar, lalu meminjam 100 dolar lagi dari M Dasaad, seorang pengusaha yang ikut dalam perjalanan itu.

Tentu saja saran memilih wanita lokal hanya gurauan. Walau disisi lain, bisa dijadikan saran sesungguhnya. Intinya bahwa Bung Karno ingin agar ajudannya yang baru pertama kali keluar negeri, bisa lebih terbuka wawasannya tentang dunia barat termasuk wanita wanitanya.

Sejak muda, memang Soekarno kagum dengan barat, khususnya modernisasi yang bisa membawa bangsa bangsa barat menguasai dunia. Dalam majalah “ Panji Islam “ tahun 1940 , ia menulis artikel berjudul ‘ Memudakan Islam ‘ yang memuji langkah sekuler yang dilakukan pemimpin Turki, Kemal Ataturk.
Bung Karno menyebut pemisahan agama dari negara yang dilakukan Ataturk sebagai langkah berani dan radikal.
Katanya, “Agama dijadikan urusan perorangan. Bukan Islam dihapuskan oleh Turki, tetapi Islam itu diserahkan ke manusia manusia Turki sendiri. Tidak kepada negara. Maka salahlah kita, kalau menyebut Turki itu anti agama, anti Islam. Salahlah kita kalau menyebut Turki seperti misalnya, Russia “.

Menurut Soekarno, apa yang dilakukan Turki sama dengan apa yang dilakukan negara negara barat dimana agama diserahkan kepada individu pemeluknya, bukan menjadi urusan negara. Ia percaya tidak saja di Turki, tapi dimana saja, jika Pemerintah campur tangan dalam urusan agama, akan menjadi halangan besar dalam kesuburan agama itu sendiri.
Kini Istambul berbeda dengan Karachi. Istambul menampakan sebagai kota modern yang bergerak terbuka sementara Karachi tidak modern dan memberikan kesan lingkungan yang tertutup. Suatu masyarakat tertutup disebut ethnocentris. Bangsa, suku, agama dilihat menjadi sebagai pusat segala galanya. Misalnya, orang Yahudi yang melihat dirinya sebagai bangsa terpilih – the chosen people.

Continue Reading